“Apa yang kamu bicarakan, Honey!” sentak Andra melepas tangannya dari sang istri. Dia tidak percaya kalau Tere akan melakukan hal itu. Tadi wanita itu hanya ingin ditemani ke restoran favorite mereka, tidak disangka ternyata sang istri merencanakan untuk menjodohkannya dengan Kiara, teman baik istrinya.
Tere menatap sendu sang suami dan dengan lirih dia berkata, “Aku cuma mau kamu punya anak dari darah dagingmu sendiri, Bang. Dan dari sekian wanita, aku percaya pada Kiara yang bisa menggantikan peranku saat sudah tiada di dunia ini.”“Tere!” seru Kiara dan Andra secara bersamaan.“Kamu ngomong apa sih, Re?!” lanjurt Kiara yang tidak pernah menduga permintaan teman baiknya. “Tidak ada satu pun wanita yang lebih dari kamu untuk menjadi istri Mas Andra, termasuk aku! Lagian mana mungkin aku menikahi suami temanku sendiri, Re! Sama saja aku mengkhianati kamu dan aku tidak mau seperti itu!”Meski membutuhkan banyak uang, Kiara tidak akan pernah mau kalau harus menikah dengan suami teman baiknya. Lebih baik dia cari cara lain daripada harus melakukan hal gila yang ditawarkan oleh Tere.“Ra, kalau kamu nikah sama Bang Andra, kamu bisa membiayai pengobatan Kak Fira. Kamu tidak perlu-- .”“Tapi tidak begitu caranya, Re! Tidak dengan menikahi suamimu!” lirih Kiara memandang sendu teman baiknya. “Aku rela memberikan apa pun padamu, asal tidak dengan menikahi Mas Andra.”“Kalau begitu ... anggap saja kamu meminjamkan rahimmu untuk dibuahi oleh suamiku!” ucap Tere belum menyerah dengan keinginannya.Sebagai seorang istri, Tere terganggu dengan kenyataan tidak bisa memberikan keturunan untuk suaminya. Sudah lama dia menyuruh Andra untuk menikah lagi agar punya keturunan, lelaki itu malah marah sampai tidak pulang ke rumah. Kini Tere punya firasat kalau waktunya tinggal menghitung bulan saja, maka dari itu Tere mencarikan wanita yang tepat untuk menggantikan perannya. Hingga pilihan Tere adalah Kiara yang sangat dia kenali sifat dan sikapnya. Apalagi Kiara memang membutuhkan bantuan. Syukur-syukur nanti Tere masih diberi kesempatan untuk menggendong anak mereka.Sedangkan Kiara mendesah lelah dengan keras kepala temannya. Bisa dia lihat Andra pun lelah dengan sikap sang istri, padahal Kiara sangat yakin kalau lelaki itu tidak pernah mempermasalahkan soal keturunan. Karena Kiara tahu sendiri, kalau Andra sangat mencintai Tere.“Kamu gila, Re!” balas Kiara tidak peduli dengan tatapan tajam Andra.Tere tersenyum paksa. “Aku memang gila, Ra. Gila dengan penyakit yang menggerogoti tubuhku dan gila karena sampai akhir hayat tidak bisa memberikan kebahagiaan untuk suamiku. Ini adalah caraku untuk membahagiakan Bang Andra dan membantumu untuk membiayai pengobatan Kak Fira.”Tidak ada wanita yang baik-baik saja saat mengetahui dirinya menderita penyakitu parah, sampai tidak bisa punya anak. Dan Kiara tahu itu, tetapi cara yang Tere lakukan menurutnya kurang tepat. Jaman sekarang banyak berbagai pengobatan yang bisa mungkin bisa membantu Tere agar bisa sembuh. Dan Andra pasti akan melakukan apa pun agar wanita itu bisa pulih seperti semula.“Kata siapa?!” sentak Andra berusaha menahan diri agar tidak lepas kendali untuk marah pada istrinya. “Aku sudah cukup bahagia dengan keadaan kita berdua, Honey. Tidak perlu kamu pikirkan soal anak, apalagi sampai menyuruhku menikah lagi! Kalau kamu mau aku bantu membiayai pengobatan Kakak Kiara, aku bisa melakukannya tanpa harus menikah dengannya!”“Bang!” Tere belum mau menyerah begitu saja.Baru ingin menguntarakan kembali pendapatnya, Tere merasa pusing dan badannya terasa lemas hingga tidak sadarkan diri. Beruntung Andra dengan sigap menangkap tubuhnya.Tanpa banyak kata, Kiara mengikuti langkah Andra yang membopong Tere keluar dari restoran. Sampai di parkiran, Andra meminta Kiara untuk menemani istrinya di kursi belakang mobil, sedangkan dirinya akan menyetir.Kiara pun memeluk Tere dengan perasaan cemas, sama seperti saat mendapatkan kabar tentang kakaknya. Dan dia tidak mau kalau harus kehilangan teman yang sudah dianggap seperti saudara sendiri.*****Tere sudah berada di ruang perawatan. Kiara duduk menunggu bersama Andra yang mondar-mandir di depan ruangan dengan wajah kalut. Melihat jam tangan di pergelangan tanganya, malam semakin larut. Kiara sudah terlalu lama meninggalkan kakaknya keluar, sehingga dia harus kembali menemani sang kakak.“Mas,” panggil Kiara sambil berdiri menghadap Andra yang menatapnya dingin seperti biasa. “Aku ... izin mau ke ruangan kakakku. Nanti tolong kasih tau kalau Tere sudah sadar.”“Hm,” sahut Andra singkat.Kiara tersenyum singkat seraya melangkah pergi dari sana. Namun, baru beberapa langkah, dia berbalik karena panggilan dari Andra.Lelaki itu mendekat sembari berkata, “Aku tau permintaan Tere adalah hal yang gila, tapi kalau dengan itu dia bisa bertahan lebih lama ... aku harap kamu mau memenuhi keinginannya.”Tidak ada sahutan dari Kiara yang masih belum bisa menerima permintaan Tere. Dia hanya mengangguk singkat dan kembali melanjutkan langkahnya. Selama menuju ke ruangan sang kakak, Kiara memikirkan perkataan Andra. Tidak pernah dia duga kalau lelaki itu akan menyuruhnya demikian, di sisi lain Kiara tahu kalau Andra melakukannya agar Tere lebih memiliki semangat hidup.“Kamu baru datang, Ra,” sapa Fira yang tersenyum dengan wajah pucat.Kiara tersenyum sembari duduk di pinggir ranjang kakaknya. “Iya, Kak. Maaf Ya, Ara kelamaan perginya.”“Tidak apa-apa, Ra. Kamu ‘kan punya aktivitas lain. Maaf ya, karena kakak kamu jadi jarang keluar kumpul sama teman-temanmu,” ucap Fira merasa bersalah sudah merepotkan sang adik.“Dih, aku ‘kan tidak punya teman yang bisa diajak ngumpul. Palingan cuma Tere saja,” balas Kiara tidak mau Fira merasa bersalah. “Oh ya, bagaimana keadaan Kakak?”“Udah lebih baik. Kata dokter ... kakak perlu operasi pengangkatan limpa, tapi biayanya pasti mahal. Kamu sudah banyak berkorban untuk kakak, jadi lebih baik tidak usah--- .”“Kak!” timpal Kiara dengan cepat. “Kakak ngomong apa sih?! Yang aku lakukan tidak sebanding dengan pengorbanan kakak yang sudah merawat, menjaga, dan membiayai pendidikanku. Sekarang gantian, aku yang harus berjuang untuk Kakak.”Air mata Kiara mengalir begitu saja mendengar kepasrahan kakaknya. Tidak peduli dengan apa pun yang terjadi nanti, Kiara akan terus berusaha untuk membuat sang kakak terus bertahan di sisinya.Dengan menghapus air matanya, Kiara kembali berkata, “Kakak tidak perlu khawatir soal biaya. Aku sudah mendapatkan pinjaman kok. Besok atau lusa, Kakak sudah bisa dioperasi.”“Benarkah? Jangan bilang kalau Tere yang ngasih kamu pinjaman?”Kiara tidak pernah menyembunyikan apa pun dari kakaknya. Semua pinjaman yang dia lakukan selalu diberitahu pada kakaknya. Hal itu dikarenakan kakaknya selalu menuntut Kiara untuk jujur dan selalu menceritakan apa pun. Namun, kali ini dia tidak bisa jujur kalau sebenarnya belum mendapatkan uang. Ataupun mengatakan kalau Tere mau membantu, tetapi dengan cara yang lain yang pasti ditentang oleh Fira. Lagian, mana ada seorang kakak yang mau adiknya menjadi istri kedua demi uang? Kecuali kakak yang memang gila uang.“Iya, Tere yang memberikanku pinjaman. Jadi, Kakak tidak perlu khawatir karena ... .” Kiara merasa bersalah harus membohongi Fira. “Tere memberikan pekerjaan sebagai gantinya.”Lebih tepatnya pekerjaan untuk menggantikan Tere melahirkan anak untuk suaminya. Walaupun Kiara belum setuju dengan permintaan itu, namun sepertinya dia perlu berpikir ulang.Apalagi saat dokter memanggilnya ke ruangan untuk menyampaikan kondisi Fira yang memburuk. Operasi harus segera dilakukan, sehingga saat keluar dari ruangan itu Kiara bingung harus mencari uang ke mana.“Kiara,” panggil seseorang yang tak lain adalah Andra.Sekarang dia berada di taman rumah sakit untuk menenangkan diri.“Aku mau bicara!” kata Andra to the point.“Hah? Mau bicara apa--- .”“Menikahlah denganku! Tolong berikan anak seperti keinginan Tere!” ucap Andra memotong kalimat Kiara seolah tidak banyak waktu untuk mengatakannya.Kiara menatap kedua laki-laki berbeda usia di depannya. Saat ini dia berada di kedai bubur dekat taman bersama kedua laki-laki yang asik menikmati sarapan. "Kenapa Mas Arya bisa jogging di sini? Bukannya taman ini jauh dari rumah, Mas?" tanya Kiara yang tadinya mau bicara berdua dengan Arya, namun keberadaan adik pria itu -Kenny- membuat dia mengurungkannya. "Aku hanya menemani Kenny yang katanya mau jogging di sini!" sahut Arya yang sudah menghabiskan makanannya. Dengusan dikeluarkan oleh pemuda di samping Arya. "Ish, Kakak yang ajak aku ke sini! Dan namaku Kenan, bukan Kenny!"Kiara menatap curiga pada Arya. Bukannya merasa ge-er, melihat dan tahu sikap Arya yang seperti ingin mendekatinya, membuat Kiara curiga kalau pria itu memang sengaja ingin bertemu dengannya."Jangan dengarkan dia!" kata Arya meraup muka Kenan sampai terlihat kesal. "Aku mau cari sensasi baru, makanya jogging di sini."Tetap saja Kiara tidak mudah percaya pada pria tersebut. Pandangannya kembali pada Kenan
Kiara merasa asing dengan sikap suaminya, di lain sisi dia merasa hangat dengan sikap Andra. Mereka saling menatap begitu dalam, hingga Andra memajukan wajahnya untuk menyatukan bibir mereka. Lumayan dilakukan oleh Andra seraya memegang tengkuk istrinya untuk memperdalam penyatuan bibir mereka. Perlahan, dia membawa sang istri ke ranjang lalu merebahkannya dengan pelan tanpa melepas penyatuan bibir mereka. Detik demi detik berlalu, Andra mulai melepaskan tautan bibir mereka. Namun, dia masih berada di atas tubuh Kiara sambil melihat bibir bengkak karena ulahnya. "Kamu menyukainya, Ara?" tanya Andra mendapat anggukan pelan dan istrinya. "Bagus, kalau begitu ... bisa kita ke tahap selanjutnya?"Melihat respon istrinya yang pasrah, Andra kembali menyatukan bibir mereka dengan tangan yang mulai bergerilya membuka satu per satu pakaian Kiara. Kini perempuan di bawahnya sudah tidak mengenakan sehelai benang pun. Lalu Andra berdiri dan sedikit menjauh. Kiara merasa sedikit malu dengan pen
Kiara pikir Tere akan meminta sesuatu yang normal untuk orang sakit, seperti makanan tertentu atau lainnya. Namun sang teman malah menginginkan hal yang tidak pernah dia duga. "Ayolah, Ra. Aku mau kamu menemani Bang Andra di rumah. Nanti biar Niken yang menemaniku di sini," bujuk Tere dengan wajah memohon. Kiara mendesah panjang. "Kalau aku menginap di rumahmu, Kak Fira bisa curiga, Re. Aku tidak mau membohonginya terus menerus," balas Kiara dengan jujur. "Kamu 'kan bisa pergi diam-diam seperti biasanya," sahut Tere terus membujuk Kiaranya dengan memegang tangannya. "Aku hanya ingin menebus waktu berdua kalian yang habis karenaku."Sudah berulang kali Kiara bilang kalau Tere tidak perlu merasa bersalah. Dia tidak masalah kalau waktunya dan Andra berkurang. Tetapi wanita di depannya kekeuh ingin Kiara berduaan dengan Andra. Padahal, belum tentu lelaki itu setuju dengan keputusannya. Dan meski Kiara biasa pergi ke rumah Tere sembunyi-sembunyi untuk menjalankan tugasnya sebagai istri
Keadaan Tere masih belum membaik, Kiara menggantikan Andra untuk menjaga Tere. Meski dia masih penasaran dengan ucapan Andra sebelum dia datang bersama Niken ke ruang perawatan. Ya, Kiara mendengar semua percakapan Tere dan Andra, namun Niken segera masuk tanpa memberitahunya, sehingga ucapan Andra menggantung begitu saja. Sekarang di ruang rawat itu, hanya ada Kiara dan Tere yang duduk di atas ranjangnya. Sedangkan Niken ikut dengan Andra pulang ke rumah untuk istirahat. "Ra, maaf ya, karena aku sakit jadinya Bang Andra meninggalkan kamu," ucap Tere dengan raut merasa bersalah. "Aku harap kamu tidak marah."Kiara tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku tidak marah kok, Re. Siapa lagi kalau bukan Mas Andra yang jaga kamu di sini?! Lagian, acaranya sudah selesai, jadi tidak masalah kalau Mas Andra mau pulang.""Padahal aku sangat ingin kalian menikmati waktu berdua," ucap Tere dengan sedikit nada kecewa. Kekehan dikeluarkan oleh Kiara. Kalaupun Andra tidak pulang, tentu saja mer
Setelah mendapat telepon dari Andra, Niken membawa Kiara pulang lalu bergegas ke Jakarta bersama sopir yang sudah Andra sediakan. Selama perjalanan Kiara terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi, apalagi Niken belum memberitahu dirinya. "Nin, apa yang terjadi? Mas Andra tidak apa 'kan?" tanya Kiara untuk kedua kalinya setelah sebelumnya tidak mendapat jawaban ataupun menjelasan. Niken yang duduk bersihkan dengan Kiara menoleh sambil menghembuskan napasnya. "Kak Andra tidak apa-apa.""Terus apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat khawatir dan segera mengajak balik ke Jakarta?" cecar Kiara masih membutuhkan penjelasan yang lebih lengkap. "Sebenarnya Kak Andra pulang duluan karena Kak Tere masuk ke rumah sakit!"Mata Kiara melotot sekaligus menunjukkan raut khawatir. "Tere ... masuk ke rumah sakit?"Anggukan diberikan oleh Niken. Tadinya Kiara pikir kalau Andra pulang lebih dulu karena sengaja ingin meninggalkannya. Mendengar alasan yang sebenarnya, Kiara justru sangat khawatir denga
Niat hati ingin menikmati suasana Bandung walaupun cuma beberapa jam, Kiara malah terjebak dengan Niken yang mengajaknya keluar. Apalagi suaminya pergi sejak pagi tanpa memberitahunya. Bahkan tidak ada panggilan ataupun pesan, sehingga Kiara merasa kalau Andra memang belum menganggapnya. Sehingga hanya ada Niken di apartemen yang kemudian mengajak Kiara untuk pergi.Sebenarnya Kiara sedikit merasa was-was untuk pergi dengan Niken. Namun, dia akan bosan kalau hanya berasa di apartemen sambil menunggu Andra yang entah pergi ke mana, atau mungkin sudah meninggalkannya. "Kak Kiara tenang saja, Kak Andra tidak mungkin meninggalkan Kakak di sini," ucap Niken yang sedang menyetir mobil. "Kalaupun ditinggal, Kakak bisa pulang sendiri atau nanti aku antarkan. Kebetulan aku mau ketemu sama Kak Tere."Kiara menoleh pada Niken yang ada di sebelahnya. "Hm, mungkin setelah ini aku akan pulang sendiri saja.""Ya sudah, kalau begitu kita belanja, jalan, makan, lalu pulang ke Jakarta. Oh ya, boleh ak
Wanita cantik dengan pakaian yang modis memindai penampilan Kiara yang hanya mengenakan piayama. Tentu saja membuat perempuan itu merasa malu dengan penampilannya saat ini, tetapi mau bagaimana lagi Kiara tidak malas untuk ganti pakaian. "Bukannya kamu teman baik Kak Tere? Kenapa kamu malah mesra dengan Kak Andra? Kalian selingkuh di belakangnya?!" tanya beruntun wanita itu dengan mata memicing tajam. Kiara tidak menduga hal ini akan terjadi, di mana anggota keluarga Andra akan mengetahui hubungannya. Ya, wanita yang bertanya pada Kiara adalah keluarga Andra, lebih tepatnya adik dari suaminya. Kiara juga cukup mengenal wanita bernama Niken karena mereka pernah satu sekolah, namun Niken lebih muda dia tahun darinya. "Ya, aku teman dekat Tere dan kakak kelasmu waktu sekolah menengah atas," sahut Kiara sambil tersenyum, meskipun perasaannya tidak nyaman. "Terus kenapa kamu selingkuh dengan Kak Andra?""Soal itu-- ." Kiara menghentikan perkataan sejenak. "Tidak seperti yang kamu lihat
Di dalam gedung sedang berlangsung acara pergelaran busana. Para model berlenggak-lenggok dengan pakaian dari brand terpilih. Kiara duduk di bagian depan berdasarkan undangan yang diberikan oleh Tere. Dengan begitu mudah baginya untuk memindai dan memilih pakaian mana yang akan dibeli sesuai dengan pesanan Tere. Sedangkan Andra berada di lain sisi tempat Kiara berada. Namun, lelaki itu masih bisa dengan jelas memperhatikan sang istri yang terlihat fokus pada acara yang berlangsung. Peragaan sudah selesai dilaksanakan, Kiara sudah menentukan pakaian mana yang akan dia beli. Selagi menunggu pesanannya disiapkan, dia menikmati minuman dan makanan yang disajikan oleh pembuat acara. "Minuman itu ada alkoholnya," gumam sebuah suara membuat Kiara menoleh. "Minum jus di sebelahnya."Tadinya Kiara mau mengambil minuman berwarna coklat, tetapi Andra datang dan menyuruhnya mengambil minuman berwarna orange. Tidak mau ambil risiko, Kiara menurut tanpa sepatah kata pun. Selesai mengambil minuma
Jika hari sabtu biasanya Kiara akan menghabiskan waktu bersama kakaknya, kini dia harus ke Bandung untuk menghadiri fashion show. Bukan untuk ikut memeragakan pakaian dari butik tempatnya kerja, melainkan untuk membeli salah satu pakaian paling baik. Kini dia berada di dalam mobil bersama Andra yang ada di sebelahnya. Seperti biasa, tidak akan ada percakapan dari mereka. Apalagi sudah beberapa hari ini Andra dan Tere bersikap aneh. Keduanya lebih banyak diam, tidak pula meminta Kiara datang ke rumah mereka untuk melakukan kewajibannya. Kiara berpikir kalau mereka sedang ada masalah, tetapi Kiara bingung bagaimana dirinya bisa membantu menyelesaikan masalah pasangan tersebut. "Kita akan menginap di hotel dan pulang besok sore," ucap Andra tanpa menoleh pada perempuan di sampingnya. "Iya, Mas," balas Kiara menoleh pada lelaki itu. "Oh ya, apa Mas ada masalah dengan Tere?"Andra melihat istri keduanya sekilas, lalu melihat kembali ke jalan di depannya. "Hanya masalah kecil."Kiara tid