Demi menyelamatkan nyawa kakaknya, Kiara terpaksa menerima penawaran temannya –Tere- yang menderita penyakit kanker stadium akhir untuk menjadi istri kedua. Pernikahan yang Kiara jalani tentu berbeda dengan pernikahan lainnya. Tidak ada cinta yang diberikan oleh suaminya –Andra-. Mereka menjalaninya hanya sebatas tanggungjawab pada Tere agar segera memiliki momongan. Di balik itu semua, pernikahan tersebut sangat berat bagi Kiara yang dicap sebagai perebut suami temannya sendiri. Begitu pun dengan orangtua Andra yang tidak pernah merestui pernikahan mereka. Hingga Kiara benar-benar berada di ujung batasnya, Kiara pun memilih pergi dari hidup Andra dengan janin yang hadir bersamaan dengan kepergian Tere. Namun, baginya semua itu sudah terlambat dan tidak ada lagi yang perlu diperbaiki. Bagaimana Kiara menjalani kehidupannya setelah pergi dari Andra? Akankah lelaki itu mencarinya atau melepaskannya karena terpuruk dengan kehilangan istri pertamanya?
Lihat lebih banyakSeorang wanita sedang duduk dalam ruangan serba putih. Di depannya seorang dokter sedang membaca hasil tes pemeriksaan kakaknya. Dia –Kiara- sangat gelisah dan khawatir saat mendapat kabar kalau kakaknya pingsan di halaman rumah mereka. Apalagi sang kakak memang memiliki penyakit turunan dari sang ibu yang meninggal karena kanker darah atau leukimia.
“Sel kanker dalam tubuh Fira makin menyebar. Sekarang sudah mencapai stadium tiga,” seru dokter yang selama ini menangani kakaknya.“Ba-bagaimana bisa? Selama ini Kak Fira sudah menjalani kemoterapi dan metode pengobatan lainnya, kenapa sel kankernya masih berkembang?” balas Kiara dengan bibir bergetar menahan tangis.“Karena sel kankernya sudah menyebar pada organ tubuh lainnya, maka dari itu sel kanker makin berkembang. Metode yang selama ini kita gunakan merupakan upaya menghambat perkembangan sel kanker. Dan tingkat keberhasilannya di bawah 50%,” jelas dokter dengan singkat dan jelas.Tubuh Kiara melemas dengan air mata yang menetes di pipinya. “Lalu ... Apa Kakak saya masih punya kemungkinan sembuh, Dok?”“Kemungkinan masih,” sahut dokter tersebut merasa iba pada perempuan di depannya. “Maka dari itu kita harus menemukan sumsum tulang belakang yang cocok untuk Fira. Saya juga sudah berusaha menghubungi kenalan sesama dokter jika ada yang mau mencangkokkan sumsum tulang belakangnya. Namun, belum ada yang cocok sama sekali.”Kiara juga sudah berusaha mencari pendonor, tetapi tidak ada satu pun kenalannya yang mau melakukan itu. Andai saja sumsum tulang belakang Kiara cocok, pasti kakaknya sudah dioperasi dan bisa sembuh.“Selama kita menunggu, Fira masih harus tetap menjalani perawatan. Apalagi ... pembesaran hati dan limpa semakin parah, sehingga perlu dilakukan tindakan operasi splenektomi atau pengangkatan limpa. Operasi itu harus segera dilaksanakan,” jelas dokter laki-laki itu dengan iba.Mendengar kata operasi, Kiara sudah memperkirakan kalau biayanya pasti mahal. Operasi itu termasuk kategori operasi besar, pasti biayanya di atas 100 juta. Sedangkan Kiara tidak punya uang sebanyak itu. Walaupun bekerja di butik besar milik temannya, uang Kiara hanya cukup untuk pengobatan kakaknya dan membayar utang yang masih ada sampai saat ini. Kalaupun harus meminjam, Kiara tidak tahu harus pinjam ke mana. Dia masih punya utang lain, tidak mungkin kalau dia harus menambah utang lagi. Apalagi kepada temannya di tempat kerja, dia malu karena mereka sudah sering membantu.“Kira-kira, biayanya berapa, Dok?”“300 juta!”Deg!!Mata Kiara membelalak tidak percaya. Uang sebanyak itu tentu butuh bertahun-tahun bagi Kiara untuk mendapatkannya. Kalau tidak segera dioperasi, keadaan kakaknya pasti akan memburuk. Kiara pun undur diri dengan pikiran yang kacau untuk mencari uang operasi kakaknya.Begitulah hidupnya selama sang kakak didiagnosa menderita kanker sejak 2 tahun yang lalu. Kiara yang baru bekerja setahun di butik temannya mau tidak mau harus membiayai pengobatan kakaknya yang tidak murah. Sebisa mungkin Kiara tidak menganggapnya beban. Apalagi perjuangan dan jasa Fira yang sudah merawatnya selama ini.“Kiara,” panggil seseorang saat perempuan itu. Wanita cantik dengan pakaian rapi dan modis menghampiri Kiara. “Kak Fira tidak apa-apa ‘kan?”Kiara tersenyum sendu. “Kakak harus operasi pengangkatan limpa, Re. Biayanya 300 juta, aku bingung harus dapat uang dari mana.”Kiara menumpahkan kesedihannya pada sang teman –Tere- yang segera memeluknya. Dia sudah tidak tahu harus bagaimana lagi mendapatkan uang, tetapi dia tidak mau kehilangan kakaknya. Apalagi saat orangtua mereka meninggal, Fira yang baru lulus SMA sudah membiayai sekolahnya sampai bisa kuliah. Kakaknya selalu berusaha memenuhi kebutuhan Kiara, makanya dia tidak mau melihat kakaknya menderita hingga pergi meninggalkannya.“Bagaimana kalau aku bantu kamu?” tawar Tere seperti biasa saat Kiara sedang kesusahan.Namun, Kiara segera melepas pelukan mereka seraya menggelengkan kepala. “Tidak, Re. Aku tidak bisa menerima bantuanmu lagi. Kamu sudah terlalu banyak membantu, Re. Apa kata suamimu kalau aku terus-terusan merepotkanmu."“Ra,” seru Tere seraya menarik lengan Tere untuk duduk di kursi tunggu yang tidak jauh dari sana. “Dulu kamu udah sering bantu aku, sekarang gantian aku yang bantuin kamu.”“Tapi Re-- .”“Oke kalau kamu tidak mau aku bantu secara percuma, aku mau kamu melakukan sesuatu untukku.”Kiara melipat dahinya dengan dalam. “Melakukan apa? Jangan aneh-aneh, Re.”“Tenang saja, aku tidak akan melakukan hal aneh. Justru yang akan kamu lakukan sangat membantuku,” balas Tere dengan senyuman penuh arti. “Nanti malam kamu datang ke restoran dekat butik, oke?”Kiara tidak segera menyahut ataupun menggerakkan kepalanya. Dia masih belum tahu apa yang diinginkan oleh Tere. Meskipun dia sangat percaya kalau wanita itu tidak mungkin meminta hal yang aneh, namun Kiara merasa ada sesuatu yang Tere sembunyikan darinya.Mengetahui kalau Kiara membutuhkan bantuan, Tere selalu siap siaga membantu. Kiara sampai malu sendiri pada temannya yang banyak membantu, bahkan Tere yang sudah memberikannya pekerjaan. Wanita cantik yang menikah dengan CEO sukses itu selalu bersikap loyal dan baik pada Kiara. Padahal jelas kasta mereka berbeda. Namun, tidak sekalipun Tere memandang rendah dirinya.*****Tiba waktu yang Tere tetapkan untuk bertemu dengan Kiara lewat pesan. Saat ini dia sudah berada di depan restoran dan bertanya pada resepsionis meja yang sudah Tere pesan. Kemudian, pelayan pun mengantarkannya ke ruang privasi. Kiara makin merasa tidak nyaman karena Tere mau bicara secara privasi dengannya.Pelayan membukakan pintu, sehingga Kiara tersenyum seraya mengucapkan terima kasih. Di dalam sana ternyata bukan hanya ada Tere, melainkan ada suaminya yang menatap Kiara dengan tajam. Lelaki itu selalu bersikap dingin pada Kiara, apalagi kalau tahu Kiara membutuhkan bantuan Tere. Maka dari itu, perempuan tersebut tidak mau merepotkan temannya lagi.“Hai, Ra,” sapa Tere sembari memberikan kode agar duduk di sebelahnya. “Maaf ya aku tidak bilang kalau datang sama suamiku.”Kiara sudah duduk, lalu tersenyum pada Tere. “Tidak apa, Re. Em, sebenarnya apa yang bisa aku lakukan buat kamu?”“Sebelumnya aku mau mengakui sesuatu padamu, Ra,” seru Tere dengan raut berubah sendu. “Aku ... terkena penyakit parah, Ra.”Mata Kiara melotot dengan bibir sedikit terbuka. “Pe-penyakit parah? Jangan bilang obat-obat yang sering kamu minum itu-- .”Kiara sering melihat Tere minum obat di butik. wanita itu bilang kalau cuma vitamin, ternyata selama ini Tere sudah menyembunyikan penyakitnya dengan sangat baik.“Iya, itu obat untuk penyakitku. Tapi ... sayangnya penyakit yang aku derita sudah tidak bisa disembuhkan, bahkan aku-- .”“Honey,” panggil suami Tere yang bernama Andra. “Kita masih bisa usaha untuk menyembuhkan kamu.”Tere menggelengkan kepala dengan raut sendu. “Dokter bilang kemungkinannya sedikit, Bang. Penyakitku sudah menyebar ke organ lain.”“Kalau boleh tau, kamu sakit apa, Re? Kenapa sampai tidak bisa disembuhkan?” Kiara masih belum menyangka kalau Tere yang selama ini bersikap ceria dan baik-baik saja menderita penyakit yang tak kalah parah dari kakaknya.Tere mendesah panjang. “Dari sejak 2 tahun yang lalu aku baru tahu kalau aku mengidap penyakit Endrometreosis, penurunan fungsi hati, dan gula darah. Penyakit itu sudah menyerang fungsi organku yang lain. Semua itu karena kenakalan waktu sekolah. Kamu tau sendiri ‘kan bagaimana nakalnya aku saat itu. Kalau bukan karena kamu yang menolongku, mungkin saat ini aku sudah benar-benar hancur atau mungkin bunuh diri.”Dulu saat sekolah menengah atas, Tere adalah primadona yang memiliki pacar tidak kalah tenar. Namun, pacar Tere cukup nakal, karenanya wanita itu sering datang ke club dan mengkonsumsi barang haram. Suatu ketika, Tere hampir dilecehkan oleh oleh pacar dan teman-temannya. Untung ada Kiara yang saat itu teman kelas Tere tahu rencana mereka, sehingga Kiara bisa membantu menyelamatkan temannya. Sedangkan orang-orang yang mau melecehkan Tere dikeluarkan dari sekolah. Sejak saat itu Kiara dan Tere berteman dekat.“Lalu, apa hubungannya dengan sesuatu yang kamu inginkan dariku?” tanya Kiara merasa iba dan tidak tega pada temannya. "Apa ... kamu mau aku mendonorkan organku?"Tere menggelengkan kepala seraya mengambil tangan sang suami dan tangan Kiara yang diletakkan di pangkuannya. “Aku sudah tidak bisa memberikan anak untuk suamiku, Ra. Maka dari itu, tolong menikah dengan suamiku dan berikan anak untuknya.”Kiara menatap kedua laki-laki berbeda usia di depannya. Saat ini dia berada di kedai bubur dekat taman bersama kedua laki-laki yang asik menikmati sarapan. "Kenapa Mas Arya bisa jogging di sini? Bukannya taman ini jauh dari rumah, Mas?" tanya Kiara yang tadinya mau bicara berdua dengan Arya, namun keberadaan adik pria itu -Kenny- membuat dia mengurungkannya. "Aku hanya menemani Kenny yang katanya mau jogging di sini!" sahut Arya yang sudah menghabiskan makanannya. Dengusan dikeluarkan oleh pemuda di samping Arya. "Ish, Kakak yang ajak aku ke sini! Dan namaku Kenan, bukan Kenny!"Kiara menatap curiga pada Arya. Bukannya merasa ge-er, melihat dan tahu sikap Arya yang seperti ingin mendekatinya, membuat Kiara curiga kalau pria itu memang sengaja ingin bertemu dengannya."Jangan dengarkan dia!" kata Arya meraup muka Kenan sampai terlihat kesal. "Aku mau cari sensasi baru, makanya jogging di sini."Tetap saja Kiara tidak mudah percaya pada pria tersebut. Pandangannya kembali pada Kenan
Kiara merasa asing dengan sikap suaminya, di lain sisi dia merasa hangat dengan sikap Andra. Mereka saling menatap begitu dalam, hingga Andra memajukan wajahnya untuk menyatukan bibir mereka. Lumayan dilakukan oleh Andra seraya memegang tengkuk istrinya untuk memperdalam penyatuan bibir mereka. Perlahan, dia membawa sang istri ke ranjang lalu merebahkannya dengan pelan tanpa melepas penyatuan bibir mereka. Detik demi detik berlalu, Andra mulai melepaskan tautan bibir mereka. Namun, dia masih berada di atas tubuh Kiara sambil melihat bibir bengkak karena ulahnya. "Kamu menyukainya, Ara?" tanya Andra mendapat anggukan pelan dan istrinya. "Bagus, kalau begitu ... bisa kita ke tahap selanjutnya?"Melihat respon istrinya yang pasrah, Andra kembali menyatukan bibir mereka dengan tangan yang mulai bergerilya membuka satu per satu pakaian Kiara. Kini perempuan di bawahnya sudah tidak mengenakan sehelai benang pun. Lalu Andra berdiri dan sedikit menjauh. Kiara merasa sedikit malu dengan pen
Kiara pikir Tere akan meminta sesuatu yang normal untuk orang sakit, seperti makanan tertentu atau lainnya. Namun sang teman malah menginginkan hal yang tidak pernah dia duga. "Ayolah, Ra. Aku mau kamu menemani Bang Andra di rumah. Nanti biar Niken yang menemaniku di sini," bujuk Tere dengan wajah memohon. Kiara mendesah panjang. "Kalau aku menginap di rumahmu, Kak Fira bisa curiga, Re. Aku tidak mau membohonginya terus menerus," balas Kiara dengan jujur. "Kamu 'kan bisa pergi diam-diam seperti biasanya," sahut Tere terus membujuk Kiaranya dengan memegang tangannya. "Aku hanya ingin menebus waktu berdua kalian yang habis karenaku."Sudah berulang kali Kiara bilang kalau Tere tidak perlu merasa bersalah. Dia tidak masalah kalau waktunya dan Andra berkurang. Tetapi wanita di depannya kekeuh ingin Kiara berduaan dengan Andra. Padahal, belum tentu lelaki itu setuju dengan keputusannya. Dan meski Kiara biasa pergi ke rumah Tere sembunyi-sembunyi untuk menjalankan tugasnya sebagai istri
Keadaan Tere masih belum membaik, Kiara menggantikan Andra untuk menjaga Tere. Meski dia masih penasaran dengan ucapan Andra sebelum dia datang bersama Niken ke ruang perawatan. Ya, Kiara mendengar semua percakapan Tere dan Andra, namun Niken segera masuk tanpa memberitahunya, sehingga ucapan Andra menggantung begitu saja. Sekarang di ruang rawat itu, hanya ada Kiara dan Tere yang duduk di atas ranjangnya. Sedangkan Niken ikut dengan Andra pulang ke rumah untuk istirahat. "Ra, maaf ya, karena aku sakit jadinya Bang Andra meninggalkan kamu," ucap Tere dengan raut merasa bersalah. "Aku harap kamu tidak marah."Kiara tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku tidak marah kok, Re. Siapa lagi kalau bukan Mas Andra yang jaga kamu di sini?! Lagian, acaranya sudah selesai, jadi tidak masalah kalau Mas Andra mau pulang.""Padahal aku sangat ingin kalian menikmati waktu berdua," ucap Tere dengan sedikit nada kecewa. Kekehan dikeluarkan oleh Kiara. Kalaupun Andra tidak pulang, tentu saja mer
Setelah mendapat telepon dari Andra, Niken membawa Kiara pulang lalu bergegas ke Jakarta bersama sopir yang sudah Andra sediakan. Selama perjalanan Kiara terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi, apalagi Niken belum memberitahu dirinya. "Nin, apa yang terjadi? Mas Andra tidak apa 'kan?" tanya Kiara untuk kedua kalinya setelah sebelumnya tidak mendapat jawaban ataupun menjelasan. Niken yang duduk bersihkan dengan Kiara menoleh sambil menghembuskan napasnya. "Kak Andra tidak apa-apa.""Terus apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat khawatir dan segera mengajak balik ke Jakarta?" cecar Kiara masih membutuhkan penjelasan yang lebih lengkap. "Sebenarnya Kak Andra pulang duluan karena Kak Tere masuk ke rumah sakit!"Mata Kiara melotot sekaligus menunjukkan raut khawatir. "Tere ... masuk ke rumah sakit?"Anggukan diberikan oleh Niken. Tadinya Kiara pikir kalau Andra pulang lebih dulu karena sengaja ingin meninggalkannya. Mendengar alasan yang sebenarnya, Kiara justru sangat khawatir denga
Niat hati ingin menikmati suasana Bandung walaupun cuma beberapa jam, Kiara malah terjebak dengan Niken yang mengajaknya keluar. Apalagi suaminya pergi sejak pagi tanpa memberitahunya. Bahkan tidak ada panggilan ataupun pesan, sehingga Kiara merasa kalau Andra memang belum menganggapnya. Sehingga hanya ada Niken di apartemen yang kemudian mengajak Kiara untuk pergi.Sebenarnya Kiara sedikit merasa was-was untuk pergi dengan Niken. Namun, dia akan bosan kalau hanya berasa di apartemen sambil menunggu Andra yang entah pergi ke mana, atau mungkin sudah meninggalkannya. "Kak Kiara tenang saja, Kak Andra tidak mungkin meninggalkan Kakak di sini," ucap Niken yang sedang menyetir mobil. "Kalaupun ditinggal, Kakak bisa pulang sendiri atau nanti aku antarkan. Kebetulan aku mau ketemu sama Kak Tere."Kiara menoleh pada Niken yang ada di sebelahnya. "Hm, mungkin setelah ini aku akan pulang sendiri saja.""Ya sudah, kalau begitu kita belanja, jalan, makan, lalu pulang ke Jakarta. Oh ya, boleh ak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen