Share

Bab 05

Author: Dedew Eirysta
last update Last Updated: 2024-04-23 00:27:55

“Ka-kakak bicara apa sih? Aku benar-benar dapat pinjaman dari Tere kok,” ucap Kiara berusaha bersikap seperti biasanya. “Sebenarnya Tere tuh lagi sakit, Kak. Dia minta aku hendle butik selama dia rehat. Sebagai gantinya dia akan gaji aku dua kali lipat, tapi akan dipotong buat bayar utang.”

Kiara terpaksa menggunakan penyakit Tere, walaupun tidak menjelaskan penyakit temannya dengan spesifik. Semoga saja kakaknya percaya dengan alasan yang Kiara berikan. Sebisa mungkin dia juga bersikap bisa dengan senyum manisnya.

“Kakak tidak perlu khawatikan apa pun. Fokus pada operasi dan pengobatan Kakak biar sel kankernya tidak makin menyebar,” kata Kiara meyakinkan kakaknya.

Fira belum bisa percaya begitu saja. Saat melihat senyum adiknya, dia mencoba untuk percaya sembari berucap, “Baiklah, kakak percaya. Kamu harus ingat untuk tidak melakukan hal yang merugikan demi kakak. Lagian kakak sudah pasrah kalau memang sudah waktunya untuk-- .”

“Kakak!” sela Kiara dengan cepat seolah tahu lanjutan perkataan kakaknya. “Cuma Kak Fira yang aku punya di dunia ini, aku tidak sanggup kalau harus kehilangan Kakak.”

Air mata Kiara mulai membasahi pipinya. Tidak bisa dia bayangkan kalau sang kakak benar-benar pergi meninggalkan dirinya. Makanya dia rela melakukan apa pun asal Fira bisa terus bersamanya.

“Tapi kakak tidak ingin kamu mengalami hal buruk, Ra. Biarkan saja kakak dengan penyakit ini, yang penting kamu tidak kenapa-napa.” Fira ikut menitikkan air matanya melihat sang adik yang menangis.

Tidak ada seorang kakak pun yang ingin adiknya menderita karena dirinya. Malahan sang kakak rela melakukan apa pun demi adik yang disayang. Apalagi Fira yang sudah menderita penyakit bertahun-tahun merasa kalau terlalu banyak menyusahkan adiknya.

“Ra, sudah saatnya kamu hidup dengan baik. Cari laki-laki yang mencintai kamu dengan tulus biar kakak bisa tenang kalau sudah waktunya pergi,” ujarnya dengan penuh harap.

“Kakak jangan bilang kayak gitu,” balas Kiara memeluk kakaknya dengan erat.

Ingin sekali dia bilang kalau baru saja menikah dengan lelaki yang sudah membayar biaya operasi kakaknya. Namun, Fira akan terkejut bahkan sedih kalau tahu dia menikah dengan suami temannya dan menjadi istri kedua.

Kiara tidak mau kakaknya sedih, apalagi nanti akan menjalani operasi. Sebisa mungkin Kiara akan menyembunyikan pernikahannya dari Fira sampai kondisi benar-benar pulih.

Fira mengurai pelukan adiknya seraya menghapus air mata yang masih mengalir di pipi putih Kiara. “Kamu itu cantik, pasti banyak laki-laki yang menyukai kamu. Saran kakak, pilih laki-laki yang mencintai kamu dan hanya menyimpan namamu di hatinya.”

Wajah Kiara makin sedu mendengar saran kakaknya. Lelaki yang baru saja dia nikahi tidak sesuai dengan yang kakaknya inginkan. Kiara juga tidak terlalu berharap pada sang suami yang tidak mungkin mencintainya, apalagi menyimpan namanya. Hanya ada nama Tere dalam hati Andra, bahkan Kiara sangat yakin kalau sampai kapanpun Andra tidak mungkin bisa menghapus nama istri pertamanya.

“Kiara, kamu dengar kakak ‘kan?” tanya Fira melihat adikya yang melamun seperti sedang memikirkan sesuatu.

Perempuan cantik itu tersentak mendengar suara kakaknya. “Tidak apa-apa kok, Kak. Lebih baik Kakak istirahat dan bersiap untuk operasi nanti.”

Kiara tidak mau membahas soal calon pasangannya, apalagi dia sudah punya suami yang masih disembunyikan dari kakaknya.

*****

Operasi mengangkatan limpa yang jalani oleh Fira berjalan dengan sukses. Dokter masih menunggu Fira sadar untuk melihat efek dari operasi tersebut. Kiara senantiasa menunggui kakaknya, hingga dia mendapat pesan dari nomor baru.

From : 08xx xxxx xxx8

[Ini aku Andra!]

[Sopir akan menjemputmu untuk ke rumahku]

[Soal kakakmu, orangku yang akan menjaganya]

Kiara yang tidak bisa meninggalkan kakaknya terpaksa harus pergi agar Andra tidak marah. Dikecupnya kening Fira dengan lembut, lalu menghampiri mobil yang sudah Andra siapkan. Dia masuk ke dalam mobil yang kemudian melaju menuju rumah Tere yang hanya beberapa kali Kiara kunjungi. Itu pun karena ada keadaan yang mendesak.

“Kita sudah sampai, Nyonya,” seru sopir dengan sopan.

“Ah, terima kasih.”

Kiara turun dari mobil sambil memandang rumah mewah di depannya. Dengan helaan napas pelan, dia melangkah masuk ke dalam rumah itu dan disambut oleh pelayan yang segera membawanya ke kamar Tere.

Pintu kamar sedikit terbuka, sehingga Kiara bisa melihat Tere yang sedang berciuman dengan Andra dengan begitu panas. Ingin mengetuk pintu, Kiara khawatir akan mengganggu dua orang itu.

Tanpa diduga, Tere melepas pangutan suaminya karena merasa ada yang melihatnya. Sontak dia menjauhkan Andra darinya. Dengan pipi merah merona, Tere menghampiri Kiara.

“Hai, kenapa tidak bilang kalau kamu sudah di sini?” tanya Tere berusaha menahan perasaan malunya.

Kiara yang menyaksikan adegan panas beberapa menit yang lalu juga merasa malu. “Ah, i-itu aku ... baru saja sampai.”

Tak lama kemudian Andra bergabung seraya merangkul pinggang istri pertamanya. Kiara merasa kalau lelaki itu ingin menunjukkan kemesraan mereka, entah untuk apa. Yang jelas Kiara tidak terpengaruh sama sekali.

“Bang, jangan begini.” Tere melepas tangan nakal suaminya untuk menghargai Kiara. “Maaf ya, Ra. Nanti kamu sendiri pasti akan tau gimana nakalnya suami kita,” ucapnya dengan santai.

Kiara hanya tersenyum tipis. “Kalau boleh tau kenapa Mas Andra menyuruhku ke sini? Bukan untuk menyaksikan adegan yang tadi ‘kan?”

“Tidak kok!”

“Bisa jadi!”

“Bang!” tegur Tere melihat kejahilan suaminya. “Sudahlah, lebih baik kalian bicara berdua. Aku akan menyiapkan minuman untuk Kiara.”

Tere berlalu meninggalkan Kiara dan suaminya dengan santai. Padahal dia bisa saja menyuruh pelayan, tetapi dia ingin membuat pasangan baru itu sedikit lebih dekat.

Sementara Kiara yang ditinggal berdua dengan Andra sedikit canggung dengan status baru mereka. Apalagi Andra mempersilakannya masuk ke dalam kamar dengan pintu terbuka.

“Ehem, ada apa Mas menyuruhku ke sini?” tanya Kiara kedua kalinya setelah duduk di sisi ranjang.

Andra mengambil kursi di meja rias, lalu duduk berhadapan dengan perempuan itu. “Aku sudah menepati janjiku. Sekarang kamu juga harus menepati janjimu!”

Mata Kiara menyipit disertai dahi mengerut tanda bingung dengan maksud Andra. Ingat dengan tujuan pernikahan mereka, Kiara melotot pada Andra yang menatapnya dengan seringai tajam. Bulu kuduk Kiara merinding melihat sang suami yang terlihat berbeda dari biasanya. Tidak mungkin ‘kan kalau Andra ingin dirinya menyerahkan diri saat ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Salah Istri Kedua   Bab 32

    Kiara menatap kedua laki-laki berbeda usia di depannya. Saat ini dia berada di kedai bubur dekat taman bersama kedua laki-laki yang asik menikmati sarapan. "Kenapa Mas Arya bisa jogging di sini? Bukannya taman ini jauh dari rumah, Mas?" tanya Kiara yang tadinya mau bicara berdua dengan Arya, namun keberadaan adik pria itu -Kenny- membuat dia mengurungkannya. "Aku hanya menemani Kenny yang katanya mau jogging di sini!" sahut Arya yang sudah menghabiskan makanannya. Dengusan dikeluarkan oleh pemuda di samping Arya. "Ish, Kakak yang ajak aku ke sini! Dan namaku Kenan, bukan Kenny!"Kiara menatap curiga pada Arya. Bukannya merasa ge-er, melihat dan tahu sikap Arya yang seperti ingin mendekatinya, membuat Kiara curiga kalau pria itu memang sengaja ingin bertemu dengannya."Jangan dengarkan dia!" kata Arya meraup muka Kenan sampai terlihat kesal. "Aku mau cari sensasi baru, makanya jogging di sini."Tetap saja Kiara tidak mudah percaya pada pria tersebut. Pandangannya kembali pada Kenan

  • Bukan Salah Istri Kedua   Bab 31

    Kiara merasa asing dengan sikap suaminya, di lain sisi dia merasa hangat dengan sikap Andra. Mereka saling menatap begitu dalam, hingga Andra memajukan wajahnya untuk menyatukan bibir mereka. Lumayan dilakukan oleh Andra seraya memegang tengkuk istrinya untuk memperdalam penyatuan bibir mereka. Perlahan, dia membawa sang istri ke ranjang lalu merebahkannya dengan pelan tanpa melepas penyatuan bibir mereka. Detik demi detik berlalu, Andra mulai melepaskan tautan bibir mereka. Namun, dia masih berada di atas tubuh Kiara sambil melihat bibir bengkak karena ulahnya. "Kamu menyukainya, Ara?" tanya Andra mendapat anggukan pelan dan istrinya. "Bagus, kalau begitu ... bisa kita ke tahap selanjutnya?"Melihat respon istrinya yang pasrah, Andra kembali menyatukan bibir mereka dengan tangan yang mulai bergerilya membuka satu per satu pakaian Kiara. Kini perempuan di bawahnya sudah tidak mengenakan sehelai benang pun. Lalu Andra berdiri dan sedikit menjauh. Kiara merasa sedikit malu dengan pen

  • Bukan Salah Istri Kedua   Bab 30

    Kiara pikir Tere akan meminta sesuatu yang normal untuk orang sakit, seperti makanan tertentu atau lainnya. Namun sang teman malah menginginkan hal yang tidak pernah dia duga. "Ayolah, Ra. Aku mau kamu menemani Bang Andra di rumah. Nanti biar Niken yang menemaniku di sini," bujuk Tere dengan wajah memohon. Kiara mendesah panjang. "Kalau aku menginap di rumahmu, Kak Fira bisa curiga, Re. Aku tidak mau membohonginya terus menerus," balas Kiara dengan jujur. "Kamu 'kan bisa pergi diam-diam seperti biasanya," sahut Tere terus membujuk Kiaranya dengan memegang tangannya. "Aku hanya ingin menebus waktu berdua kalian yang habis karenaku."Sudah berulang kali Kiara bilang kalau Tere tidak perlu merasa bersalah. Dia tidak masalah kalau waktunya dan Andra berkurang. Tetapi wanita di depannya kekeuh ingin Kiara berduaan dengan Andra. Padahal, belum tentu lelaki itu setuju dengan keputusannya. Dan meski Kiara biasa pergi ke rumah Tere sembunyi-sembunyi untuk menjalankan tugasnya sebagai istri

  • Bukan Salah Istri Kedua   Bab 29

    Keadaan Tere masih belum membaik, Kiara menggantikan Andra untuk menjaga Tere. Meski dia masih penasaran dengan ucapan Andra sebelum dia datang bersama Niken ke ruang perawatan. Ya, Kiara mendengar semua percakapan Tere dan Andra, namun Niken segera masuk tanpa memberitahunya, sehingga ucapan Andra menggantung begitu saja. Sekarang di ruang rawat itu, hanya ada Kiara dan Tere yang duduk di atas ranjangnya. Sedangkan Niken ikut dengan Andra pulang ke rumah untuk istirahat. "Ra, maaf ya, karena aku sakit jadinya Bang Andra meninggalkan kamu," ucap Tere dengan raut merasa bersalah. "Aku harap kamu tidak marah."Kiara tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku tidak marah kok, Re. Siapa lagi kalau bukan Mas Andra yang jaga kamu di sini?! Lagian, acaranya sudah selesai, jadi tidak masalah kalau Mas Andra mau pulang.""Padahal aku sangat ingin kalian menikmati waktu berdua," ucap Tere dengan sedikit nada kecewa. Kekehan dikeluarkan oleh Kiara. Kalaupun Andra tidak pulang, tentu saja mer

  • Bukan Salah Istri Kedua   Bab 28

    Setelah mendapat telepon dari Andra, Niken membawa Kiara pulang lalu bergegas ke Jakarta bersama sopir yang sudah Andra sediakan. Selama perjalanan Kiara terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi, apalagi Niken belum memberitahu dirinya. "Nin, apa yang terjadi? Mas Andra tidak apa 'kan?" tanya Kiara untuk kedua kalinya setelah sebelumnya tidak mendapat jawaban ataupun menjelasan. Niken yang duduk bersihkan dengan Kiara menoleh sambil menghembuskan napasnya. "Kak Andra tidak apa-apa.""Terus apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat khawatir dan segera mengajak balik ke Jakarta?" cecar Kiara masih membutuhkan penjelasan yang lebih lengkap. "Sebenarnya Kak Andra pulang duluan karena Kak Tere masuk ke rumah sakit!"Mata Kiara melotot sekaligus menunjukkan raut khawatir. "Tere ... masuk ke rumah sakit?"Anggukan diberikan oleh Niken. Tadinya Kiara pikir kalau Andra pulang lebih dulu karena sengaja ingin meninggalkannya. Mendengar alasan yang sebenarnya, Kiara justru sangat khawatir denga

  • Bukan Salah Istri Kedua   Bab 27

    Niat hati ingin menikmati suasana Bandung walaupun cuma beberapa jam, Kiara malah terjebak dengan Niken yang mengajaknya keluar. Apalagi suaminya pergi sejak pagi tanpa memberitahunya. Bahkan tidak ada panggilan ataupun pesan, sehingga Kiara merasa kalau Andra memang belum menganggapnya. Sehingga hanya ada Niken di apartemen yang kemudian mengajak Kiara untuk pergi.Sebenarnya Kiara sedikit merasa was-was untuk pergi dengan Niken. Namun, dia akan bosan kalau hanya berasa di apartemen sambil menunggu Andra yang entah pergi ke mana, atau mungkin sudah meninggalkannya. "Kak Kiara tenang saja, Kak Andra tidak mungkin meninggalkan Kakak di sini," ucap Niken yang sedang menyetir mobil. "Kalaupun ditinggal, Kakak bisa pulang sendiri atau nanti aku antarkan. Kebetulan aku mau ketemu sama Kak Tere."Kiara menoleh pada Niken yang ada di sebelahnya. "Hm, mungkin setelah ini aku akan pulang sendiri saja.""Ya sudah, kalau begitu kita belanja, jalan, makan, lalu pulang ke Jakarta. Oh ya, boleh ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status