Share

Bab 6

Author: Ramun Fitria
last update Huling Na-update: 2023-04-15 13:36:50

"Mas, kamu ngapain?" Suara Rani terdengar dari belakang tubuh Dika.

Mahardika menoleh sambil tersenyum lalu meletakan ponsel Rani. "Pinjam ponselmu ya, aku perlu menghubungi seseorang masalah pekerjaan," kata Dika yang tentu saja hanya beralasan. 

Tiba-tiba saja, Rani memasang wajah sedihnya, Dika terheran kenapa istrinya cepat sekali berubah-ubah ekspresi. "Kenapa kamu?" tanya Dika bingung. 

"Saya kasihan sama Mas, ponsel saja tidak punya. Nanti setelah gaji Mas saya bayar, Mas beli ponsel baru ya," ucap Rani yang membuat Dika membulatkan matanya.

Rasanya ingin sekali tertawa, Rani seperti sedang berbicara pada anak kecil. "Kok Mas malah ketawa sih, aku ini kasihan loh sama, Mas," tutur Rani lalu memajukan. 

Tawa Dika pun lepas. “Ha ha … maaf maaf, kamu ini ….” Tangan Dika terulur mencubit hidung mancung Rani. 

"Aku hari ini harus pergi, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," kata Dika, lalu berdiri dan merapikan penampilannya. Meskipun hanya menggunakan kaos tipis dan celana kemarin. 

“Memangnya, Mas Dika kerja apa?” tanya Rani penasaran. 

"Aku kerja di sebuah perusahaan, nanti kamu juga akan tahu kok." 

"Aku juga sepertinya harus ke kantor, sudah terlalu banyak aku cuti gara-gara patah hati," ujar gadis seolah banyak sekali beban dalam hidupnya.

"Mas Dika, pergi naik apa?" tanya Rani. 

"Naik taksi mungkin," jawab Dika asal. 

"Ada uang tidak? Taksi itu mahal, mending naik angkutan umum sama aku," kata Rani memberi saran. 

Dika belum pernah naik angkutan umum, tentu saja laki-laki itu berpikir dulu sebelum mengiyakan saran dari Maharani. “Bagaimana, Mas?” tanya Rani kepada Dika. 

"A A …."

"Aku anggap iya!" kata Rani spontan sebelum Dika menyelesaikan ucapannya. 

Laki-laki itu berkacak pinggang. "Hei, apa kamu selalu seperti ini? Membuat keputusan secara sepihak dan spontan. Aku tidak tahu kenapa ada gadis sepertimu." Dika memprotes keputusan Rani. 

"Sudahlah, tunggu aku sebentar. Kita berangkat bersama," ujar Rani yang langsung bersiap-siap dengan memole make up tipis di wajahnya. 

******

Sedangkan di kamar lain, sepasang pengantin juga melewati malam pertamanya saling berdiam diri. Ops, bukan malam pertama, karena mereka pernah melakukannya sebelumnya. Dia adalah Kevin dan Ariella.

"Vin, pokoknya aku gak setuju kamu ikut bayar pesta kemarin!" kata Ariella saat membantu suaminya bersiap karena akan masuk kerja. 

"Aku juga tidak mau membayarnya. Biarkan saja semua Rani yang membayar, lagian dia sudah membuat kita malu kemarin," balas Kevin.

“Iya, biar Kak Rani saja. Lagi pula dia adalah seorang Kakak, sudah seharusnya kan berbagi dengan adiknya,” tutur Ariella yang semakin tidak tahu diri. 

Ariella mengelus lembut dada Kevin setelah selesai memasangkan dasi. "Omong-omong, sejak kapan Kak Rani kenal sama siapa suaminya?" tanya Ariella. 

"Mahardika," jawab Kevin. 

"Nah iya, Dika. Aku curiga kalau Kak Rani sebelumnya pernah main di belakangmu, buktinya dalam 1 minggu dia bisa bawa laki-laki lain untuk dinikahinya, benar bukan?" kata Ariella memanas-manasi Kevin agar semakin membenci Maharani. 

"Benar juga, dasar perempuan bermuka dua." Kevin mengumpati Rani. Sebenarnya laki-laki itu tidak rela jika ada pria lain yang menikahi gadis itu.  

"Kevin…." Suara Ariella terdengar manja dan mendayu.

"Daripada uangnya buat bayar pesta kemarin, nggak boleh kalau aku pakai saja," ucap Ariella merayu. 

"Untuk apa, Sayang?" Kevin, dia sangat suka jika Ariella bermanja-manjaan seperti itu, berbeda dengan Rani yang cuek dan banyak bicara. Hal itu yang membuat Kevin patah hati.

"Temanku menawarkan tas, lihat nih," kata Ariella sambil menunjukkan foto tas mahal di ponselnya, "bagus kan?" imbuh Ariella lagi. 

"Kamu mau?" tanya Kevin yang langsung di anggukan oleh Ariella. 

Kevin mengeluarkan kartu ajaib dari dalam dompetnya, mata Ariella berbinar. "Beli jika kamu suka. Uangku juga uangmu," kata Kevin dan membuat hati Ariella senang. 

"Terima kasih, Kevin Sayang," ucap Ariella lalu memeluk suaminya. Tidak lupa sebuah kecupan dia berikan untuk Kevin. 

Kevin melihat selai yang melingkari pergelangan tangannya. "Sudah jam 7, aku harus kerja," kata Kevin berpamitan. 

"Aku antar, ya."

Ariella mengantarkan Kevin hingga ke parkiran, Kevin merasa senang memiliki istri seperti Ariella, yang dianggapnya begitu peduli dan mengerti apa yang dia inginkan. Tiba-tiba saja, ketika Ariella dan Kevin tiba di parkiran, di saat yang sama Rani dan Dika berjalan beringan. Kevin menatap Rani dan suaminya dengan kesal. 

"Eh, Kak Rani, Mas Dika," sapa Arella dengan mengapit tangan Kevin. 

"Mau kemana berdua?" tanya Ariella basa-basi.

Rani hanya tersenyum miring melihat kelakuan adiknya bersama mantannya yang bermesraan di parkiran umum. Ariella memasang senyum manisnya seolah sangat bahagia. Berbeda dengan Rani dan Dika yang berjalan saja harus memiliki jarak. 

"Hai Real, Vin," ucap Rani yang juga menyapa keduanya. 

"Duluan ya, kita mau kerja." Rani menarik tangan Dika untuk segera menjauh dari mereka. 

"Kak Rani!" panggil Ariella yang membuat langkah Rani dan Dika terhenti.

"Pengantin baru seharusnya jangan pikirin pekerjaan dulu. Seperti Kevin nih, dia memintaku untuk bersenang-senang." Ariella memamerkan kartu ajaibnya sambil bergelayut memanjakan di lengan Kevin. 

Rani menarik bagian ujung tepi. "Oh ya? Bagus dong kalau begitu. Jangan lupa ya, satu bulan lagi bayar hutang," kata Rani mengingatkan Ariella dan Kevin tentang cicilan pesta pernikahan mereka. 

Wajah Ariella langsung berubah masam. Rani menyunggingkan senyumnya, dia tidak cemburu dengan kemesraan Ariella dan Kevin. Hanya saja merasa geli dengan tingkah mereka. Tak mau kalah, Rani pun mengapit tangan Dika secara tiba-tiba, membuat laki-laki di sampingnya membulatkan mata. 

Rani melambaikan tangannya dan berjalan dengan menggandeng tangan Dika. Sedangkan Ariella menghentakkan kakinya karena kesal. Niatnya ingin membuat Rani cemburu, justru dirinya yang terbakar amarah. 

****

"Mas, ngapain di sini?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Sekadar Suami Bayaran    Bab 29

    "Bicara omong kosong, aku tidak akan bercerai dari Mas Dika," ujar Rani dengan berani. "Rani Rani, aku tahu kamu masih mencintaiku. Aku juga tahu kalau kalian hanya bersandiwara saja, kamu membayar Dika untuk menjadi suamimu kan?" kata Kevin menebak. "Sandiwara atau tidak itu bukan urusan kamu. Kita sudah selesai, jadi jangan ganggu aku lagi!" Rani memperingati Kevin. Hatinya teramat benci pada laki-laki yang kini menjadi mantannya itu. Rani kembali melangkah pergi sebelum ada yang melihatnya bersama Kevin. Jika tidak, akan ada masalah baru yang membuatnya cepat emosi. Sementara Kevin menatap kepergian Rani. Sampai detik ini Kevin masih mengagumi kecantikan Rani. Kevin masih berharap bisa memiliki Rani dan Ariella bersamaan. Sungguh laki-laki yang serakah. "Aku pastikan kamu akan kembali padaku Maharani," ucap Kevin sambil menyeringai. *******Rani menggeliatkan tubuhnya, merubah posisinya dari terlentang menjadi miring menghadap jendela. Rani langsung membuka matanya lebar-leba

  • Bukan Sekadar Suami Bayaran    Bab 28

    Duduk berdua di dapur selayaknya pengantin baru yang menghabiskan waktu hanya berdua saja. Dika membawa sepiring nasi beserta lauk pauknya. Rani menunduk lesu, wanita itu merasa bersalah pada Dika yang tidak pernah diperlakukan baik di rumahnya. Meskipun laki-laki itu hanyalah menjadi suami sesaatnya, tetapi Rani paham harus bagaimana melayani Dika seperti istri pada umumnya. "Kamu kenapa Ran?" tanya Dika begitu lembut. Rani mengangkat wajahnya, menatap manik coklat milik Dika yang terlihat indah. Jika dipikir-pikir Dika adalah tipe laki-laki yang sangat tampan. Tubuh atletis yang sempurna, mata yang berpijar indah, bibir tebal berwarna merah alami, kulit putih bersih dan rambut lurus hitam sempurna."Mas, maafin aku ya," ucap Rani lirih. "Maaf kenapa?" tanya Dika bingung. "Selama Mas tinggal disini belum pernah merasakan kenyamanan. Keluargaku ya seperti ini, tidak pernah ada kehangatan. Dan aku, si anak tiri yang seperti bawang putih," ujar Rani. Dika tersenyum memandang wajah

  • Bukan Sekadar Suami Bayaran    Bab 27

    Waktu terus berputar, siang berganti malam. Sepulang dari kantor, seperti biasa Rani akan merapikan rumah dan menyiapkan makanan. Sebenarnya gadis itu sudah muak tinggal bersama keluarganya, terlebih Retta ibu tirinya yang tidak pernah menyayanginya. Saat ini, Rani tengah menanak nasi dan menyiapkan berbagai makanan. Katanya, Ariella dan Kevin akan datang menginap malam ini. Retta memintanya untuk menyiapkan banyak hidangan."Huh kenapa harus aku yang repot sih setiap mereka mau datang," gerutu Rani."Mas Dika kemana lagi?" Rani tidak melihat keberadaan Dika sejak mereka pulang dari kantor sore tadi. Dika mengatakan akan keluar sebentar karena ada urusan. Namun, sudah lebih dari satu jam laki-laki itu belum juga kembali. "Rani, mana makanannya? Sudah sejam kamu masak tapi belum satupun tersaji di meja," ujar Retta, tiba-tiba muncul dan menghakimi Rani. "Ini juga lagi masak Ma," jawab Rani ketus. "Kamu ngomong sama orang tua ketus begitu, gak sopan Rani!" seru Retta kesal. "Dari

  • Bukan Sekadar Suami Bayaran    Bab 26

    "Kalian tidak mungkin punya hubungankan?" tanya teman-teman Rani penuh selidik. "Yang benar saja Ran, kamu putus dari Pak Kevin yang pangkatnya lebih tinggi dan sekarang berpaling sama staf rendahan kayak ini, kamu masih waras kan Maharani?" sambung yang lainnya dan terus merendahkan Dika. "Ran, mending sama aku aja. Ya meskipun pangkatku gak setinggi Pak Kevin tapi setidaknya gak serendah dia juga," cibir yang lainnya lagi. Mendengar semua hinaan dan cibiran yang tertuju padanya, Dika hanya menanggapinya dengan senyuman saja. Rupanya banyak orang yang hanya menghargai seseorang dari statusnya saja. Lewat penyamaran ini Dika mengetahui wajah-wajah palsu dari semua karyawannya. "Memang sehebat apa kalian sampai merendahkan Mas Dika seperti ini? Jabatan kalian pun juga gak setara Pak Kevin," ucap Rani, membela suaminya.Prok ProkProk"Wah hebat, ternyata kamu masih mengagumiku Maharani," sahut Kevin yang tiba-tiba datang dengan bertepuk tangan. Di sebelahnya, Ariella berdiri denga

  • Bukan Sekadar Suami Bayaran    Bab 25

    "Maharani!"Suara sepatu beradu dengan keramik dan panggilan dari seseorang membuat Rani menoleh. Saat ini, gadis itu sedang terburu-buru kembali ke mejanya. Namun, langkahnya terhenti saat suara itu memanggil namanya."Bu Bunga," ucap Rani ketika mendapati bosnya yang sangat cantik dan berkelas itu menghampirinya."Ini buat kamu," kata Bunga, sambil menyerahkan sesuatu di dalam paper bag berwarna putih.Rani mengernyit heran. "Apa ini?" tanya Rani, sambil membuka paper bag tersebut. "Makanan?" tanya Rani, memastikan ia tidak salah lihat. "Saya membelinya dan ternyata sudah dingin. Saya tidak memakan makanan yang dingin, jadi daripada dibuang ambillah," ujar Bunga, tanpa ekspresi. Sangat dingin seperti biasanya. Senyum di wajah Rani mengembang, kebetulan sekali dirinya juga tengah lapar karena melewati makan siangnya. "Wah, kebetulan sekali. Terima kasih Bu," ucap Rani senang. Bunga meninggalkannya tanpa menanggapi ucapan terima kasih dari Rani. Memang, Bunga di minta bersifat j

  • Bukan Sekadar Suami Bayaran    Bab 24

    "Jadi Kevin adalah laki-laki matrealistis yang tidak berperasaan. Gila harta, gila wanita dan gila segala-galanya," ujar Rani dan diikuti dengan tawa renyahnya. "Benarkah?" tanya Kevin memastikan. "Hmm … dulu kami berpacaran saat dia akan melamar pekerjaan di perusahaan DS, dia tidak pandai dalam menyiapkan proposal dan lainnya di saat bosnya memberinya tugas. Aku ini yang mengerjakannya, semua tanpa terselip sedikitpun. Bahkan saat bertunangan dan rencana menikah, semua aku yang membiayainya. Bodohkan aku?" terang Rani dengan senyum bodohnya. "Cinta memang buta," sindir Dika. "Mas Dika benar, dulu aku benar-benar tergila-gila dengan Kevin sampai menutup mata dan telinga. Tapi setelah aku melihatnya di ranjang yang sama dengan Ariella, di saat itu aku sadar jika aku hanya dimanfaatkan," kata Rani menyesal. Dika mengambil tangan Rani dan mengelusnya lembut, wanita itu mendongak menatap suaminya. "Jangan sedih lagi, sekarangkan kamu sudah punya aku," ujar Dika lalu menghentikan mo

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status