Share

Bab 7

"Mas, aku duluan ya," pamit Rani yang buru-buru turun dari angkutan. 

"Jangan buru-buru!" 

"Gak bisa Mas, udah telat. Nanti bosku marah," kata Rani yang terus mengulurkan tangannya, tapi Dika masih belum menyambut tangannya. 

"Salim, Mas!" ucap Rani sedikit kesal. 

Dika terkekeh, laki-laki di dalam angkot itu menyambut tangan istrinya dan Rani menciumnya takzim. "Memang kenapa kalau terlambat?" tanya Dika.

"Nanti dia marah. Dia itu galak, sombong dan arogan. Sudah ah, ngobrol terus aku tambah telat," kata Rani khawatir. 

Mata Dika melotot mendengar Rani menghina bosnya sendiri. "Memang kamu sudah tahu siapa bosmu itu?" tanya Dika sekedar basa-basi. 

"Belum sih, tapi kelihatannya begitu. Sudah ah... assalamualaikum, Mas," pamit Rani kemudian berlari terburu-buru untuk masuk ke dalam kantor. 

Dika juga turun dari angkutan itu setelah membayar ongkosnya. Namun, mata Dika tertekan pada kursi yang Rani duduki tadi. sayangnya, kartu nama Rani tertinggal. Dika mengambilnya kemudian kembali turun lagi. 

“Dasar pelupa,” gumam Dika, kemudian memasukan kartu nama itu ke dalam saku celananya. 

Dika berjalan menjauh dari kantor itu, laki-laki itu menghampiri sebuah mobil yang telah menunggunya sejak tadi. Melihat tuannya datang, orang dalam mobil itu keluar dan membukakan pintu. "Silakan," ucap orang itu yang merupakan asistennya. 

"Apa kamu membawa yang kuminta?" tanya Dika pada asistennya ketika telah berada di dalam mobil. 

"Siap, ini pesananmu."

Asisten Dika adalah seorang wanita, dia bernama Bunga. Asisten sekaligus sahabat masa kecilnya. Bunga menyerahkan paper bag yang dibawanya kepada Dika. 

"Aku sudah menjelaskannya tadi, kamu sudah mengerti apa tugasmu?" tanya Dika kepada Bunga. 

"Iya, aku tau. Tapi, kenapa harus menyamar?" tanya Bunga keheranan. 

"Banyak sekali laporan yang mengganjal setelah diperiksa. Itulah alasan aku meminta Papa untuk memimpin perusahaan ini, aku akan menyelubungi kasusnya hingga tuntas. Mereka yang sudah menjadi tikus kantor harus mendapatkan hukuman yang setimpal." Dika menjelaskan alasannya kenapa ingin menyamar. 

"Oke, aku paham." Bunga menganggukan kepalanya. 

“Oh ya, jadilah bos yang galak, arogan dan sombong di depan mereka, tunjukan pada kekuatan mereka yang kita miliki,” perintah Dika. Laki-laki itu mengemas kata-kata Rani yang menyebutnya seperti itu. 

"Aku akan masuk lebih dulu. 10 menit lagi kamu harus tiba di kantor!" kata Dika, kemudian keluar dari mobilnya. 

Dika bekerja sama dengan asistennya untuk bertukar peran. Karyawannya yang belum mengenal siapa dirinya membuat Dika leluasa memainkan sandiwaranya. Dika berjalan menuju kantor tersebut untuk memulai semuanya. 

10 menit kemudian, semua karyawan berkumpul untuk menyambut CEO baru mereka. Semua berdiri dan berjajar rapi saat sebuah mobil hitam yang mewah berhenti di lobby depan pintu. Mereka sangat penasaran seperti apa pimpinan mereka yang baru. 

Seorang supir keluar lebih dulu, dia membukakan pintu untuk bosnya agar keluar. Kaki jenjang mulai terlihat dari bawah pintu mobil itu. Seorang wanita cantik dengan rambut sebahu dan blazer hitam turun dari sana. Wanita itu menggunakan kacamata hitam yang membuat pesonanya semakin terpancar. 

"Selamat datang, Ibu bos," ucap seluruh karyawan. 

Sambutan yang ramah, Bunga hanya menarik sedikit sudut yang dilewati kemudian berjalan dengan anggun. Wanita itu memperhatikan karyawannya satu kali. Mereka menunduk saat menyadari tatapan Bunga yang menyelidik. 

Tiba-tiba saja Bunga berhenti di depan seorang gadis. Dia adalah Rani, Rani menunduk saat bos baru mereka mendekatinya dan terlihat intens. Belum apa-apa Rani sudah merasakan suasana horor sejak Bunga menginjakkan kaki di kantor ini. 

"Siapa namamu?" tanya Bunga kepada Rani. 

“Maharani, Bu,” jawab Rani yang kemudian mengukir senyum sambil mengangkat wajahnya. 

"Ada bagian apa?" tanya Bunga lagi. Semua mata tertuju pada Bunga dan Rani. 

"Administrasi staf," jawab Rani.

Bunga mengamati penampilan Rani dari ujung kaki hingga kepala. "Lain kali, kartu nama harus selalu dipakai. Jika tidak, silakan kembali lagi ke rumah." Bunga berkata dengan ketus kemudian melangkah masuk ke dalam kantornya. 

Rani menghela napasnya berat, ternyata yang dia khawatirkan benar-benar terjadi. Memiliki bos yang galak, angkuh dan sombong, seperti bosnya saat ini. Sahabat Rani yang bernama Felice menghampirinya yang masih berdiri sambil mengelus-elus dadanya. 

“Udah gak apa-apa, namanya juga pimpinan baru,” ujar Bunga menenangkan Rani. 

"Aku gak bawa kartu nama itu, tapi hilang entah kemana," kata Rani terus terang. 

"Rani!" Suara seseorang memanggil namanya, Rani menoleh dan terkejut melihat Dika ada di tempat itu. 

"Mas Dika, kenapa Mas ada di sini?" tanya Rani kepada Dika. 

Dika mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Milikmu bukan?" ucap Dika sambil menyerahkan kartu nama Rani. 

"Wah ini dia," ucap Rani senang, "kok bisa ada sama Mas?" tanya Rani seraya mengambil kartu nama itu. 

"Ketinggalan di angkot tadi," jawab Dika.

"Ran, dia siapa?" tanya Felice kepada Rani. 

"Em ini…." Rani memikirkan jawaban yang tepat. 

Dika mengulurkan tangannya. "Dika, teman kuliah Rani dulu," ucap Dika memperkenalkan diri.

Iya, teman kuliah dulu, sahut Rani membenarkan ucapan Dika. 

Rani melirik ke arah Dika yang tersenyum ke arahnya. Beruntung Dika tidak membuka statusnya yang sebenarnya. Rani bernapas lega lalu memperlihatkan jerawat gigi putihnya yang tersusun rapi. 

"Hai Mas Dika, aku Felice, sahabat Rani," ucap Felice memperkenalkan diri. 

"Mas, kok ada di sini?" tanya Rani. 

"Aku kerja di sini," jawab Dika. 

Mata Rani membulat. "Ha serius Mas? Kok aku gak pernah lihat ya," ucap Rani. 

“Baru masuk hari ini, baru diterima,” kata Dika berbohong. 

"Sudah Ran, ayo lanjut kerja!" ajak Felice karena mereka terlalu lama mengobrol. 

Rani menatap Dika sebelum dia pergi, entah kenapa gadis itu merasa kasihan melihat suaminya bekerja sebagai office boy. Sedangkan Dika hanya terkekeh melihat ekspresi Rani. Laki-laki bingung kenapa Rani selalu menatap dengan tatapan iba. Dika melanjutkan pekerjaannya dengan mengepel lantai. 

******

"Wah dunia sangat sempit ya, ternyata suami pilihan Rani juga bekerja di sini."

"Kamu ...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status