Chapter 64
Dilema AkhirDilema yang menjadi satu padu saat gelora asmara berpadu saling bertabrak satu sama lain. Yang satu tidak ingin melepaskan, dan satunya tak ingin melukai. Saling menjaga, namun goresannya masih akan tetap ada.Pikirnya yang masih menggelorai perasaan yang tak pasti Dia labuhkan untuk siapa dan dengan siapa hati ini cocok bersanding. Rasanya terlalu rumit untuk menentukan semuanya, keduanya baik. namun, salah satu harus terpilih menjadi yang terbaik, tapi disisi itu luka akan terjadi begitu dalam satu pihak tidak terpilih.“Kenapa semua terjadi padaku? Kenapa mereka memilihku?”Bimbang Linara masih bergelayut dalam pikirnya, ketika hangatnya tubuh Rayhan masih terasa jelas ketika dada bidangnya memeluk hangat belakang punggung Linara. Butiran air mata yang menetes juga masih terasa begitu jelas basahnya saat membanjiri pilu hati.“Kenapa Kamu mengatakan hal itu Ray? Mengapa Kau mengatakan saat hatiku sedang be“Benar kata Fara, Aku harus bijak dalam menentu. Memilih salah satunya atau meninggalkan keduanya.”Sepertinya gejolak hidup kini dirasakan kembali Linara, sepertinya pelangi sudah muncul setelah badai reda, pelangi yang penuh warna membias indah begitu saja dalam batin yang baru saja terkena badai yang berporak poranda.Perayaan Kelulusan mereka telah selesai, langit juga sudah mulai jingga. Hari yang begitu lelah, tapi rasanya semua kalah dengan keseruan hari ini yang penuh dengan warna. Untuk hari ini juga Linara tersenyum dengan bebas dan tertawa dengan lepas. Semua karena Fara yan berhasil mendobrak dilemanya.Hingga detik ini keputusan Linara masih abu-abu, entah dengan siapa Linara akan bersanding dikehidupan nanti, lelaki seperti apa yang Linara terima untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. Apa Avraam? Yang tegas, memiliki segalanya bahkan terdengar sangat sempurna, meski status Avraam adalah Duda dengan anak satu?Atau R
Hallo, Readers!Saya ucapkan Terima kasih banyak yang sudah membaca sampai akhir, semoga ada hikmah yang dapat dipetik di Karya sederhana Saya.Saya selalu Author Bukan Semata Fisik, Mengucapkan Terima kasih banyak!Ringkas cerita:Kini Linara mengalami Amnesia akibat tabrakan saat menyebrang dipersimpangan Jalan menuju tempat kerja. Hingga semua yang dalam ingatannya hilang. Linara seperti terlahir kembali.Dan hal ini juga membuka Ajang kompetisi baru untuk Avraam dan Rayhan menunjukan kasih sayangnya dan membantu Linara mengingat semua kejadian manis diantara mereka berdua.Lantas siapa yang akan Linara pilih ketika ingatnnya sudah kembali? Apa Avraam atau Rayhan? Semua akan terjawab di Season 2, Tapi Season 2 ini entah kapan rillisnya, dan dimana terbitnya ^^ Intinya Linara tetap hidup dan akan selalu bahagia.See You!Salam hangat,Zhia
Bisakah kita meminta terlahir sempurna? Menjadi primadona dunia fana ini, apakah layak? Seorang manusia berlumur dosa namun berkeinginan sempurna, kurang ajar kah? Bunga mulai bermekaran, menyerbak harum wangi khas. Bersamaan dengan matahari yang menunjukan dirinya secara malu-malu, warna hangat menyebar perlahan menembus celah jendela para penduduk bumi. Sedikit demi sedikit terdengar aktifitas para mahluk bumi untuk memulai hari. Aroma kopi sangat kental dipagi hari terutama disalah satu kedai Kopi, ya Kedai Kopi yang cukup tersohor di kota tersebut, meskipun hanya sebuah Kedai sederhana. Namun, cita rasa yang disajikan begitu kuat dan kental, apalagi dengan bangunannya yang masih terlihat klasik. Sungguh sempurna rasanya memulai aktifitas dengan secangkir kopi dan sehelai roti gandum menurut beberapa pikiran manusia dewasa yang beranjak paksa. Pintu kedai terbuka dengan otomatis suara dentingan lonceng terdengar
Langkah pertama yang dibuat sesaat memasuki lingkup yang berbau ketajaman pendidikan itu sekejap terasa berbeda dengan suasana yang mulai tak enak bahkan sangat asing, telinga yang mendengar bisingan para bibir tajam dan sorot mata yang melihat dari pangkal rambut hingga ujung kaki seaakan ingin berpaling pada tempat itu. Tiap hentak langkah dipercepat, menghiraukan kicau bibir pedas dan berusaha sekuat tenaga untuk bersifat tidak peduli, tangannya masih merangkul kuat beberapa buku yang dia bawa mungkin dua sampai tiga buku yang cukup tebal. “Ayo ... Linara kamu bisa! Sebentar lagi sampai,” gertaknya dalam hati lembut Linara untuk memperkuat benteng mental dari segala ucapan yang mungkin tak enak rasa untuk didengar. Bagaimana tidak menjadi sorot perhatian seorang gadis dengan perawakan tubuh mungil yang bertinggi badan 163 cm saja dan berbobot sekitar 52kg. Dengan pakaian cukup tertutup dari atas hingga baw
“Masuk jam berapa hari ini, Linara?” tanya Aathif pada Linara yang anteng dengan beberapa gelas yang dia bersihkan dengan secempal kain bersih, Linara menyahut dengan nuansa malas ditambah nada yang tidak bersemangat, seakan dia tidak ingin ditanya soal perkuliahannya. “Jam sepuluh pagi, Kek.” Ya begitulah sahutnya yang dipastikan terdengar sangat membosankan, sang Kakek Aathif hanya bisa merasakan tanpa melibatkan perbincangan kembali, dia tahu betul kondisi hati Linara yang kurang baik.Linara memandangan pandangan kedai dipagi hari, terasa damai dan sangat rapih. Namun, sesaat batinnya bertanya kemanakah Rahyan? Bukannya dia adalah Waiters kedai yang harus selalu hadir tepat waktu, apakah dia kesiangan lagi? Pikir Linara akan memberi peringatan apabila dia yang menjadi pemilik Kedai ini. Suara dentingan lonceng khas dari kedai terdengar jelas, seseorang masuk kedalam kedai. Linara pikir itu adalah Rayhan. Tapi, sayang sekali pikir
“Paman Aathif, ada yang ingin Rayhan tanyakan, boleh?” secuil pertanyaan Rayhan yang sedari tadi ingin ia tanyakan, baru sempat diwaktu sekarang. Karena, keadaan kedai sangatlah ramai, membuat Rayhan menunda pertanyaannya itu hingga masa lenggang hadir. “Tentu boleh, apa yang kau ingin tanyakan?” balasnya Aathif dengan tangan yang sedang asik memijat pundaknya yang terasa pegal itu, membuat Rayhan merasa ingin membantu memijat pria tua tersebut. “Sambil Rayhan bertanya, bagaimana kalau Rayhan bantu Paman untuk memijatmu. Sepertinya anda terlihat sangat lelah.” “Ah ... Ide yang sangat bagus!” wajahnya terlihat sumringah mendapati bantuan dari anak buahnya itu, bagaimana tidak lelah dengan kunjungan pelanggan yang cukup ramai hari ini, tidak seperti biasanya. Perlahan Rayhan mulai memijit pangkal pundak Aathif, terasa nyaman dan sedikit meringankan pegalnya Aathif, dia sangat menikmatinya.
“Hei, gadis bodoh!” suara yang terdengar lantang dari sisi belakang , Linara tidak memperdulikannya, dia beranggapan mungkin seseorang itu sedang menyahut orang lain.“Hei, apa kau tuli?” teriaknya kembali semakin terasa dekat. Linara menambah kecepatan dia berjalan, dia tidak mau berhadapan dengan orang aneh lagi.Cepat Linara!Semakin Linara mempercepat langkahnya, semakin terdengar jelas sahutan itu. Seakan dia mengikuti Linara, ada apa dengan manusia ini? Apa yang dia mau dari seorang Linara?“Aku bilang tunggu!” dari arah belakang dia menarik Linara, membuat langkah Linara berhenti. Tertahan dengan tangannya yang mengepal blazer Linara. Mau tidak mau Linara menoleh kearah sahutannya itu. Linara memperhatikan orang tersebut, rasanya dia orang asing. Tidak ada kata sepatahpun yang keluar dari Linara saat bertemu dengan orang asing baginya, Linara hanya menatap aneh padanya.
Pintu Kedai terbuka, seperti biasa dentingan selalu terdengar, yang pastinya Rayhan menyambut dengan kalimat Selamat datang! Akan tetapi, bukanlah pelanggan yang datang, melainkan Linara yang dibopong di punggung seorang pria asing. Tentu membuat Kakek Aathif dan Rayhan terkejut.Terutama sang Kakek, dia sedikit berlari melihat Linara dalam keadaan payah itu. Wajah Aathif terlukis begitu cemas, mata yang membulat sempurna dan tangan yang sedikit bergetar. Pasti hal utama yang ditanya seorang Kakek itu perihal kondisi Cucunya.Perlahan Kaivan menaruh Linara untuk duduk disalah satu sofa yang telah diarahkan Rayhan, guna untuk Linara duduk ditempat yang nyaman. Lalu Kakek Aathif duduk disebelah Linara, mengusap genangan air mata yang tersisa diwajah manis Linara. Tak lupa Aathif menyuruh Rayhan untuk memberinya segelas air hangat untuk menenangkan Linara.“Kamu kenapa Cucuku, Linara?” Hal yang berulang Aa