Home / Romansa / Bukan Suami Pilihan / Puas Balas Dendam

Share

Puas Balas Dendam

last update Last Updated: 2023-07-14 22:36:33

Pagi ini rumah sangat terasa sepi setelah kedua belas asisten rumah tangga di pecat oleh Raka, Adara yang sedari pagi-pagi buta sudah terbangun dan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri.

Mulai dari menyapu seisi rumah dan mencuci pakaian, dia tak mau jika nanti suaminya bangun rumah masih kotor dan juga sarapan belum tersedia di meja.

Yang tersisa hanya tinggal bu Hanifah saja. Beliau adalah orang yang paling dituakan di rumah Raka. Semua yang memantau keseharian Adara adalah bu Hanifah.

“Semangat Adara, semua ini demi Ayah. Jika perkataannya benar lagi, aku tak mau perusahaan ayah bangkrut dan ayah menjadi sakit gara-gara melihat perusahaannya hancur,” jelas Adara yang sedang membuatkan sarapan untuk suaminya.

Sejak tadi pagi bu Hanifah sudah mengamati Adara yang sedang beres-beres rumah dengan giat. Dia tak mau jika Raka memarahinya lagi.

“Maafkan saya, Nyonya. Tak bisa membantu anda, ini sudah menjadi keputusan beliau,” lirih bu Hanifah.

Pukul tujuh tepat Raka sudah ada di meja makan untuk sarapan. Kali ini Raka tak terlihat mengenakan jas yang biasa dia pakai untuk berangkat ke kantor, kali ini Raka terlihat lebih santai dengan pakaian casualnya.

“Bu Hanifah. Siapa yang sudah menyediakan sarapan ini?” tanya Raka seraya mencicipi hidangan yang sudah tersedia di atas meja.

“Semua masakan ini, nyonya yang memasaknya, Tuan!” jelas bu Hanifah.

Raka takjub kepada Adara, selain tukang membangkang ia juga piawai memasak dan membersihkan rumah.

“Kemana dia, kenapa dia tak ikut sarapan?” tanya Raka seraya mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan.

“Maaf, Tuan. Nyonya sedang menyiram tanaman di halaman belakang,” jelas bu Hanifah.

“Suruh dia kemari dan sarapan bersama,” titah Raka.

Bu Hanifah menghampiri Adara yang sedang sibuk menata bunga-bunga di taman. “Nyonya, anda diminta untuk sarapan bersama, tuan Raka,” jelas bu Hanifah.

Adara kesal dia sudah sangat kelelahan, namun semua harus dia kerjakan sendiri. “Bilang saja aku sudah kenyang dengan semua pekerjaan yang dia berikan kepadaku!” ucap Adara misuh-misuh.

Dari meja makan sana, Raka bisa mendengar perkataan Adara yang seakan tak terima dengan apa yang Raka perintahkan.

“Lim, bawa dia kemari!” pinta Raka kepada asistennya.

Lim dengan sigap segera menghampiri Nyonya Arsenio yang terkenal keras kepala itu.

“Nyonya, anda diminta tuan untuk sarapan bersama!” jelas Lim.

Adara tak bisa berkutik jika Lim yang sudah datang menghampirinya, sebab dia melihat Lim sudah sangat takut dan menyeramkan apalagi Raka suaminya.

Adara kini duduk berhadapan dengan Raka yang sedang menikmati sarapan dengan lahap. Adara memandang Raka dengan tatapan yang tak biasa.

“Cepat sarapan!” Jelas Raka.

Adara masih menatap Raka dengan tatapan suka. “Aku sudah kenyang,” ucap Adara dengan ketus.

“Kapan kamu sarapan? Ngomong-ngomong, selain tukang membangkang ternyata kamu pandai memasak juga,” jelas Raka.

“Terima Kasih, tetapi aku sudah kenyang dengan semua pekerjaan yang kamu berikan padaku!” jelas Adara.

“Cepat makan, jangan banyak membantah. Setelah ini kamu bersiap-siap, kita akan ke rumah sakit.”

Adara terdiam, dia masih tak mau makan dan lebih memilih pergi meninggalkan Raka yang sedang menikmati sarapannya.

Adara berjalan menuju kamarnya. Sudah terkurung di rumah yang besar, ponsel dan laptop yang ia bawa pun di amankan oleh Raka.

Adara mencoba tegar, semua demi ayahnya, hanya dia yang Adara punya di dunia ini. Jika ayah-nya tahu Adara tak bahagia, dia akan sangat sedih dan menyesal karena telah membuat keputusan yang salah.

“Semua yang aku lakukan hanya untuk ayah.”

Adara segera menyerahkan tubuhnya dan berhias, dia tahu jika menjadi suami seorang pengusaha harus terlihat cantik dan mempesona di depan orang banyak.

“Sebaiknya aku harus cepat-cepat menemui dia.”

Adara segera keluar dari kamarnya dan meghampiri Raka. Raka sangat kagum melihat penampilan istrinya itu, Adara sangat memesona dan memang sangat cantik.

“Lim, segera siapkan mobil. Kita berangkat sekarang!” jelas Raka.

Adara tak banyak bicara, dia menghampiri suaminya dan membantu mendorong kursi roda suaminya. Kali ini Raka tak banyak protes dengan apa yang dilakukan Adara.

Ada angin apa Raka mau dekat dengan Adara?

Biasanya jika Adara membantunya dia memintanya untuk menjauh, namun kali ini Raka sangat tenang dan tak banyak bicara.

Adara membantu suaminya masuk ke dalam mobil dan mereka segera pergi ke rumah sakit. Raka masih terdiam tanpa kata, sedang Adara begitu penuh tanya. Kenapa suaminya ini bisa sekalem dan sediam ini.

Tak biasanya Raka begini, biasanya jika Adara duduk di sebelahnya dia langsung meminta nya pindah ke kursi depan.

“Kesurupan setan apa ini orang, tumben-tumbennya aku duduk di sebelahnya dia tak memintaku untuk pindah ke depan, sudahlah daripada aku nanti kena omelannya, lagi pula aku memang sangat lelah sekali hari ini!” batinnya.

Raka masih sibuk dengan benda pipih nan canggih itu, dia melihat Adara tertidur. Baru kali ini Raka melihat wanita seperti Adara, wanita pembangkang dan juga keras kepala. Raka yang begitu dingin dan juga temperamental seketika luluh melihat wajah Adara kali ini.

“Sebenarnya hati kamu terbuat dari apa? aku telah banyak menyakitimu namun kamu tak pernah menaruh dendam padaku!” batinnya terlontar begitu saja.

Sesampainya di rumah sakit Raka segera membangunkan Adara yang tertidur pulas. “Bangun, kita sudah sampai,” ucap Raka.

Adara segera bangun, ia segera turun dan membantu suaminya turun dan duduk di kursi roda.

Perlahan namun pasti, Adara masuk mengantar Raka menemui dokter terapi. Adara sangat senang dia di perkenalkan kepada dokter terapi sebagai istri dari Raka Arsenio.

“Sanang sekali bisa berkenalan dengan, Nyonya Arsenio!” ucap Dokter terapi yang bernama Jaka tersenyum ramah.

Adara menyambut uluran tangan dokter Jaka dengan senyuman. Paras yang tampan rupawan, tak kalah tampan dengan suaminya membuat Adara terpesona dengan ketampanan dokter muda itu.

Raka langsung menatap Adara dengan tatapan elangnya yang tajam. “Liat yang bening dikit matanya langsung jelalatan,” lirih Raka pada Adara.

Rangkaian terapi pun dimulai, Adara duduk di sofa dan melihat proses terapi yang begitu membuat dirinya sangat iba.

“Bisa-bisanya jika berhadapan dengan orang lain dia angkuh, sedangkan orang lain melihat dirinya seperti ini pasti sangat iba, tetapi jika di rumah menyebalkan!” lirih Adara.

“Awas!”

Brugh!

Adara dengan sigap berlari menghampiri Raka yang terjatuh karena kakinya tak kuat untuk menopang tubuhnya sendiri yang sudah lama tak ia gerakan.

Para perawat dan juga Adara membantu Raka berdiri dan duduk kembali ke kursi rodanya.

“Tuan, maaf sebelumnya apa ini terapi yang pertama bagi anda?” tanya dokter Jaka.

“Tidak, Dok. Saya pernah terapi, namun itu sudah sangat lama sekali!” jelas Raka.

“Jika bisa nanti di rumah tolong, Nyonya. Bisa memberikan minyak hangat sambil memijat lembut kaki suaminya, karena kedua kakinya sangat kaku dan jarang dilatih apa lagi sekarang baru pertama lagi datang untuk terapi. Saya minta nanti di rumah di lakukan ya,” pinta dokter Jaka.

Adara sejenak terdiam, bukan pekerjaan rumah dan mengurus suaminya saja. Namun kali ini pekerjaan nya dobel menjadi tukang pijat urut.

“Aish … beban hidupku bukan sampai ini saja, tetapi bertambah menjadi tukang pijat urut. Benar-benar menyebalkan kamu, Raka!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Suami Pilihan   Nonton Bersama

    Akhirnya mau tak mau Adara mengalah dan mengajak Julio untuk menonton bioskop bersama, terlihat raut wajah Julio yang sangat senang mereka ajak. Namun itu semua karena ide brilian Mariana yang ingin sekali dekat dengan Julio.Memang tak dipungkiri paras Julio yang sangat tampan dan juga berkarisma membuat Mariana jatuh hati pada lelaki tinggi maskulin itu. Berbanding terbalik dengan Adara yang sama sekali terlihat biasa saja di depan Julio.Dalam perjalanan menuju mall, Mariana sangat aktif mengajak Julio berbincang ketimbang Adara, ia sangat senang sekali bisa sedekat itu dengan lelaki yang ia sukai.“Jul, kamu sedang tidak kita ajak nonton?” tanya Mariana dengan penuh senyuman.Julio menyunggingkan senyumnya seraya melirik ke arah Adara. “Suka kok, lagi pula kebetulan sekali sudah lama aku ingin nonton, ya cuman aku ngak tau mau ke bioskop sama siapa,”“Ya kali aja ajak pacar kamu untuk nonton bersama gitu!”“Pacar? Aku masih single, lagipula aku sedang fokus kuliah saja!” jelas Jul

  • Bukan Suami Pilihan   Perayu Handal

    Lagi-lagi sofia membalasnya hanya dengan candaan, ia sama sekali sudah menganggap Raka sebagai teman dan partner kerja, namun Raka ingin sekali menganggap lebih dari itu.Raka yang sangat tergoda dengan bibir ranum Sofia langsung melumat dengan buas, Sofia yang terkejut memberontak dan mendorong tubuh kekar Raka, namun lagi-lagi ia tidak bisa terlepas dari kecupan panas itu.Raka yang sangat tergoda melakukan apa saja kepada Sofia hingga ia luluh dan pasrah. “Aku merindukanmu Sofia,”“Lepas, Raka. Apa yang telah kamu lakukan!”“Ayolah sayang, aku sangat merindukanmu. Aku ingin kita seperti dulu,”“Astaga, sadar Sofia dia sudah memiliki istri, apa jadinya jika istrinya tahu aku dan Raka berbuat seperti ini!” batinnya.“Sadar Raka, aku datang kesini bukan untuk reunian. Aku kesini untuk membahas bisnis, bagaimana jika istrimu tahu apa yang telah kita lakukan! Tidak, aku tidak mau dicap sebagai perebut suami orang, meski aku hanya mantan kekasihmu, tetapi aku tidak mau di cap jelek oleh

  • Bukan Suami Pilihan   Tergoda Mantan

    “Bagaimana hari ini di kampus, Nyonya?” tanya Lim yang masih fokus pada jalanan. Kali ini Adara sangat terbantu dengan kedatangan lelaki yang baru saja ia kenal. Jika bukan karena dia, mungkin Adara akan terlambat pulang ke rumah karena masih sibuk dengan tugasnya. “Lumayan menguras pikiranku, belum lagi minggu-minggu ini aku harus mengejar tugas yang tertinggal. Menyebalkan sekali bukan, begitu keluar dari rumah sakit aku harus kerja rodi mengerjakan tugas!” “Kuncinya hanya sabar, Nyonya. Yang terpenting perlahan tapi pasti semua akan selesai tepat waktu.” Kali ini Lim membelokan mobilnya ke sebuah gedung yang menjulang tinggi. Ia langsung masuk ke dalam parkiran menuju atap dari gedung tersebut. “Mau kemana kita, pak Lim? Bukankah ini kantor?” “Iya, Nyonya. Saya di minta tuan untuk mengajak anda ke kantor, karena tuan sedang ada rapat dadakan!” jelas Lim segera keluar dari mobil. Adara menatap bangunan yang menjulang tinggi itu dengan kagum, nampaknya kantor suaminya ini sanga

  • Bukan Suami Pilihan   Siapa Dia?

    Adra memandang teduh pada wanita di hadapannya, ia mengusap lengan bu Marisa dengan lembut, bagaimana bisa menolak permintaan wanita sebaik bu Marisa, namun di sisi lain jika melihat Raka dia sama sekali tak mau itu terjadi. Tatapan hangat yang terpancar dari wajah bu Marisa yang sangat membuat dia nyaman. Wanita yang sangat sempurna dan tak pernah ia melihat beliau marah kepada siapapun. “Andai saja mendiang ibuku masih ada, mungkin ini rasanya. Ya Tuhan, maafkan aku jika selama ini aku selalu mengeluh dan selalu membicarakan yang mustahil, istigfar Adara!” Adara meminta izin untuk memeluk bu Marisa, ia merasa rindu kepada mendiang ibunya. Bu Marisa dengan senang hati membuka tangan nya lebar-lebar untuk memeluk Adara. Begitu rindunya Adara hingga ia memejamkan kedua matanya. Rasanya begitu hangat dan terasa nyata, seakan ia memeluk ibunya yang telah tiada. “Aku sangat merindukanmu, Bu. Begitu banyak hal sulit yang aku lalui bu, aku merindukanmu.” Adara berkata seakan ia sedang

  • Bukan Suami Pilihan   Memperbaiki Diri

    Raka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia baru menyadari jika ia memiliki bidadari yang sangat cantik di kehidupannya.“Ya Tuhan, kemana saja aku selama ini. Aku selalu melewatkan istriku yang cantik ini. Maaf jika aku sudah telat menyadarinya. Mulai sekarang aku akan berusaha menjadi suami yang lebih baik lagi!” Raka menggenggam tangan Adara dan mengecup punggung tangannya.“Ini orang kesambet setan apa coba? kenapa dia berbicara seolah-olah meyakinkan aku dan membuat aku terbang ke awan. Sadar Adara … kamu jangan termakan rayuan dan perkataan Raka, yang sudah-sudah saja kamu selalu di kecewakan sama dia, iya kamu harus waspada!” batinnya.

  • Bukan Suami Pilihan   Menyadari Kesalahan

    Raka teringat kembali mimpinya, ia melihat wajah Adara yang sangat sedih dan pergi meninggalkan dirinya. Raka merasa bersalah, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan mengakhiri fantasinya bersama Viona, namun lagi-lagi Raka selalu tersesat.Viona terkejut dengan perlakuan Raka terhadapnya, biasanya Raka dengan buas langsung menerkam Viona tanpa ampun.“Kenapa kamu seperti ini? apa yang kamu pikirkan hingga kamu tidak mau menyentuhku?” tanya Viona yang tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.Dengan pakaian yang berantakan dan tubuh penuh tanda yang Raka berikan, Viona terus menatap Raka dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa kamu tidak melakukannya? Biasanya di manapun kamu mau kamu melakukannya dengan penuh gairah!” jelas Viona kesal dan kecewa.“Cukup! Pakai pakaianmu dan pergi dari sini, aku tak mau melihat wajahmu lagi. Mulai detik ini aku tak akan peduli lagi kamu mau berbuat apa, aku tak mau berurusan lagi denganmu.”Raka keluar membanting pintu mobil dengan keras, ia kesal se

  • Bukan Suami Pilihan   Lebih Baik Jujur

    Lim terheran-heran mendengar Tuannya menceritakan mimpinya. Karena memang terkadang arti dari mimpi adalah sebuah pertanda untuk kita, atau bunga tidur yang indah. Namun kembali lagi bagaimana kita menyikapi mimpi itu sendiri.“Itu hanya bunga tidur saja, Tuan. Sudah jangan terlalu dipikirkan, apa Tuan mau kopi? Memang hanya kopi pinggir jalan tetapi ini sangat enak, kopi café yang mahal saja kalah dengan rasa kopi di sini!” jelas Lim.Raka tak lagi mempermasalahkan mimpinya, benar apa yang dikatakan Lim itu hanya bunga tidur yang bila mana di artikan tak akan cukup satu hari membahasnya. “Apa kopi di sini seenak yang kamu katakan?”Lim segera memesankan kopi yang sama persis ia pesan tadi, tak lama pesanan Lim datang dan ia memberikan nya kepada Tuan nya.“Silahkan, Tuan. Meski tampilan nya sederhana tetapi rasanya sangat berkelas,”Ternyata kopi yang Raka minum rasanya sangat berkelas, benar apa yang dikatakan Lim, seperti kopi-kopi di kedai atau café kopi yang sering dikunjungi.“

  • Bukan Suami Pilihan   Cucu Untuk Ibu

    Saing pun berganti malam, setelah shalat isya bu Marisa kini menyiapkan camilan. Begitu sangat senang sekali ada bu Marisa di sini.Sembari ngemil-ngemil cantik bersama bu Marisa, kami banyak bercerita dan Ibu bercerita tentang masa kecil Raka yang sangat menggemaskan, dan juga banyak sekali kejadian yang selalu membuat Ibu menggelengkan kepala.Bukan itu saja, kadang banyak laporan dari teman-teman nya jika Raka sering berkelahi karena hal yang sepele. Apa lagi anak lelaki itu sering terlihat tengil dari teman sebayanya.Bu Marisa menceritakan semua sedetail itu, hingga hari naas di mana Raka mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dia duduk di kursi roda. Pada akhirnya Raka bertemu dengan Adara, dan ia mampu mengurus Raka hingga Raka bisa berjalan kembali.Semua perkembangan dan perubahan Raka membuat bu Marisa sangat senang, lambat laun semua hal buruk yang sering Raka lakukan perlahan ia tinggalkan. Bu Marisa sangat senang karena tidak salah memilih menantu.“Ibu sangat senang kar

  • Bukan Suami Pilihan   Semua Demi Kamu

    Lim tertunduk merasa bersalah karena pergi dari tugasnya. “Maaf, Tuan. Saya tadi ke luar untuk membeli kopi dan camilan, apa Tuan mau?” ucap Lim menawarkan secangkir kopi.Raka melihat Lim membawa secangkir kopi dan kantong plastik yang berisikan camilan. “Belikan saya satu, rasanya tak enak tidur di rumah sakit. Dari tadi aku mencium bau obat membuat kepalaku sakit!” jelas Raka.Lim memberikan secangkir kopi dan camilan yang ia beli tadi. “Ini buat Tuan saja, biar saya beli lagi,”“Terimakasih banyak, Lim. Ini kamu beli lagi!” ucap Raka menyodorkan dua lembar uang ratusan.“Terimakasih banyak, Tuan. Saya permisi dulu!” jelas Lim segera pergi untuk membeli secangkir kopi ke tempat yang sama.Di sana dia masih melihat Viona duduk di kursi yang sama. Ia melihat lelaki yang bersama Viona itu tengah mendekap dan mencium si wanita di depan umum tanpa ragu.Lim memalingkan pandangannya, ia merasa jijik melihat orang yang mengumbar kemesraan di depan umum. Apa lagi sampai berbuat yang tidak-

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status