Setiap insan, memanglah tidak ada yang sempurna. Pasti ada cela di balik kesempurnaannya. Sama halnya dengan Reyhan, semasa pernikahan—dirinya merasa sudah cukup baik memperlakukan Cahaya. Meski mengaku tak cinta, tapi Reyhan begitu menyayangi Cahaya. Semua itu berjalan seperti pasangan suami istri pada umumnya. Namun Reyhan tak tau, jika pernyataan 'tak cinta' darinya—ternyata menyakiti hati sang istri, Cahaya. Sampai-sampai dia menahan rasa sakit itu bertahun-tahun lamanya. Terdengar tidak adil memang, saat Cahaya merasa sakit hati dengan tidak adanya pernyataan cinta itu. Dia justru menghadirkan sosok perempuan yang Reyhan cintai sejak dulu hingga kini. Membuatnya bersatu dengan perempuan yang ia kira, hadir hanya sebagai ibu pengganti untuk Anala. Setelah semua fakta itu terungkap, rasanya Reyhan merasa malu jika mengatakan dirinya suami yang baik untuk Cahaya. Nyatanya, dia tidak lebih dari seorang pria yang memupuk luka di hati perempuan baik hati seperti Cahaya. Reyhan tau,
Dalam hidup, hakikatnya terdapat dua hal yang dialami setiap insan. Sebuah kebahagiaan dan kesedihan. Tapi ada beberapa orang, yang mungkin saja diberikan kesedihan lebih lama untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal abadi. Salah satunya kebahagiaan yang kekal abadi adalah diberikannya surga dari Sang Maha Kuasa. Menilik kembali kehidupannya di masa lalu, bagi Jenna hidupnya pasang surut. Ada sedih dan ada juga bahagia. Kebahagiaan yang paling dirasakan, adalah saat keluarga kecilnya utuh dan saling menyayangi. Sementara kesedihan yang paling menyayat hati dirasakan, adalah ketika keluarga kecilnya hancur karena kesalahan sang ayah. Melempar dirinya ke masa lalu, bukan berarti Jenna ingin menyimpan perasaan dendam atas kesalahan sang ayah. Ataupun dirinya yang kembali membuka luka lama yang sulit untuk sembuh itu. Tapi dari kesedihan itu dirinya banyak belajar. Belajar bagaimana menjadi perempuan yang tidak goyah dengan seorang lelaki yang bermodalkan 'cinta', belajar menjadi perem
Sudah ada beberapa hari ini, Jenna bolak-balik ke rumah ayahnya untuk merawat sang ayah serta Dania—ibu tirinya yang sekarang sudah mulai bisa berjalan lagi. Tentu saja, apa yang Jenna lakukan atas izin dari suaminya sendiri—Reyhan Dirgantara. Pria itu, bahkan setiap hari menjelang sore—datang menjemput Jenna bersama Anala. Ayah dan anak perempuannya itu selalu kompak memakai baju dengan warna sama akhir-akhir ini setiap kali datang menjemput Jenna. Seperti sore ini, Reyhan dan Anala kompakan memakai baju berwarna maroon untuk menjemput Jenna. Kedatangan mereka, disambut tawa kecil dari Jenna yang merasa lucu dengan tingkah keduanya. "Jadi, hari ini temanya maroon?" tanya Jenna dengan senyum kecil di wajah. "Iya, Bunda. Malahan ya, tadi Papa maunya pake baju pink. Terus aku bilangin, emangnya Papa mau diledekin Bunda pake baju yang warnanya cewek banget. Eh, nggak jadi deh." Anala menyahuti pertanyaan Jenna sebelumnya. Anak gadis itu, menceritakan apa yang terjadi di rumah sebelum
Setelah hijrah, Jenna banyak sekali belajar lebih memperdalam lagi ilmu agama. Untuk yang kali ini, dia tidak ingin lagi salah melangkah di saat ujian datang. Tentu saja, apa yang dia lakukan di masa lalu—marah karena Allah memberikannya ujian lewat keluarga kecil yang hancur, Jenna malah melampiaskan kemarahan dalam bentuk kemaksiatan. Dia membuka kembali auratnya, dia tidak lagi rajin setiap hari membaca Alquran, dia tidak lagi melakukan sunnah-sunnah yang sangat dianjurkan, bahkan untuk shalat—dia sering sengaja telat, meskipun tidak sampai meninggalkan. Lewat hidayah yang dia jemput, dan dia dapatkan secara tak terduga. Usai almarhumah dokter Cahaya memintanya menjadi madu, Jenna merasakan jika dirinya sudah terlanjur jauh dari Allah. Maka sekarang yang dilakukan oleh Jenna, selain dia bergaul dengan orang-orang sholih. Dia juga belajar memperdalam ilmu agama seorang diri. Sebelum resmi menikah dengan Reyhan, dia juga sudah sering datang ke majelis ilmu. Apalagi setelah menika
Katanya, tanda Allah menyayangi hamba-Nya adalah dengan memberikannya sebuah ujian. Mungkin, satu di antara tanda kasih sayang Allah pada Jenna adalah hari ini. Setelah dia merasakan kebahagiaan karena hubungannya membaik. Baik itu dengan keluarga dari pihak sang suami, ataupun pihak Cahaya sebagai istri pertama. Jenna hari ini kembali merasakan kesedihan, tatkala mendapatkan kabar jika sang ayah mengalami kecelakaan saat ia hendak menemui keluarga dari sang istri tercinta—Dania.Dengan bibir yang terus saja melafalkan kalimat istighfar, Jenna tidak ingin jika pikirannya berpikir su'udzon pada ibu tirinya itu. Seperti kebanyakan cerita yang dia baca, jika ibi tiri kebanyakan hanya mencintai harta dari ayahnya saja—maka sekarang Jenna berusaha untuk tidak membebani pikirannya dengan hal yang belum tentu terjadi itu. Meskipun kini keadaan ayahnya belum diketahui, tapi Jenna berusaha untuk tenang. Toh bukan hanya ayahnya saja yang jadi korban kecelakaan itu, tapi Dania—ibu tirinya jug
Dalam hal berhijrah, Jenna tidak hanya belajar memperbaiki hubungannya dengan Sang Maha Kuasa. Tapi juga belajar memperbaiki hubungannya dengan orang lain juga. Salah satunya dengan ibunda dari almarhumah Cahaya—istri pertama suaminya. Setelah kemarin bertemu untuk memberikan flashdisk berisi wasiat dari almarhumah Cahaya, wanita paruh baya itu kembali datang menemui Jenna. Kali ini bahkan beliau langsung datang ke rumah dan tidak meminta untuk bertemu di luaran seperti kemarin. Jenna menerka wanita paruh baya bernama Puspa itu sudah melihat isi dari flashdisk yang memang ditujukan untuknya, untuk itu kenapa dia berada di sini dengan air mata berlinang. "Tante minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu, Jenna. Atas kesalahan Tante, kamu pernah dimaki-maki oleh banyak orang dan dicap buruk oleh fans kamu. Untuk kejadian yang mana kamu mendapatkan kegagalan saat seminar, itu semua ulah Tante." Puspa, menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia enggan menatap Jenna, lantaran terlalu malu u