Sekarang, Senja bisa melihat sifat asli Amanda lewat pergerakan tidurnya. Perlahan ia bangkit dari posisi terbaring, setelahnya meletakan satu kaki dan satu tangan milik Manda yang nangkring tanpa dosa di atas tubuhnya. Pantas saja sepanjang malam memejamkan mata ia merasa ada beban yang tak dikenalinya. Rupanya ini milik Amanda.
Senja mengembuskan napas, menatap bantal guling yang semalam Amanda jadikan batas antar tubuh keduanya terjatuh mengenaskan di atas lantai. Pose tidur gadis itu tidak terbilang baik, tidurnya royal dan tidak bisa berhenti bergerak. Sepertinya itu yang membuat tidur Senja sama sekali tidak nyenyak. Ini menyebalkan, tetapi ia ingin tertawa melihat cara tertidur Amanda. Rupannya tidak seanggun saat sadar sepenuhnya.
Pergerakan abnormal di sampingnya membuat Senja menoleh. Lantas laki-laki itu menatap Amanda yang kini tengah mengerjapkan mata. Rambut panjang tergerai gadis itu tampak berantakan. Tidak tertata dan mirip seperti rambut singa.
Amanda menguap sebentar, lalu menatap sekeliling sembari berharap ada bibi menyediakan sarapan. Namun harapannya putus tepat bersitubruk dengan mata jelaga milik Senja. Ia tersentak, lalu reflek meyilangkan kedua tangan di depan dada. Mendapati respon itu, Senja langsung mengerutkan dahi bingung.“Kau! Mengapa dekat-dekat denganku?!” serunya bertanya dengan nada kesal. Amanda menunjuk Senja yang masih menampakkan wajah tenangnya, tidak ada beban yang pria itu perlihatkan. Amanda malah melihat pria itu tertawa kecil beberapa saat.
“Jangan memutar balikkan fakta, Manda. Aku masih di sisi ranjang yang sama, kau yang mendekatiku selama terlelap. Lihatlah seberapa luas sisi ranjang di belakangmu.” Senja menunjuk belakang tubuh Amanda dengan dagunya.Intruksi itu langsung ditanggapi, Amanda menatap ke belakang tubuhnya. Senja benar, ia yang mendekati pria itu. Amanda juga melihat bantal guling yang ia gunakan sebagai batas tubuh antar keduanya tergeletak mengenaskan di atas lantai.
Sial, Amanda merasa malu sekarang, Pipinya bahkan bersemu.
Senja menahan tawa yang siap meledak kapan saja, ia memalingkan wajah, tertawa sebentar sebelum kembali menatap Amanda dengan pandangan netral.Kini gadis itu meringis sembari menatap ke arahnya, “Aku tidak sengaja, ini terjadi saat aku tidur. Alam bawah sadarku yang melakukannya,” papar Amanda memberi alasan. Berharap ucapannya bisa dimaklumi oleh pria di sampingnya.Senja malah mendengdikkan bahu tak peduli, lalu turun dari ranjang untuk segera membersihkan diri.
Sebelum itu, ia kembali menatap Amanda, “Siapa yang berkata jangan melewati batas guling itu? Kau baru saja memakan perkataanmu sendiri, Manda,” goda Senja untuk ke sekian kalinya. Laki-laki itu terbahak, lalu melesat meninggalkan Amanda di atas ranjang untuk masuk ke dalam bilik mandi.Sepeninggal Senja, tepatnya setelah pintu kamar mandi terkunci, Amanda langsung membanting tubuhnya dengan kesal. Ia meninju udara dengan bantuan kedua kakinya. Ia malu, amat sangat malu.
Setelah ini, bagaimana ia harus menghadap Senja? Pria itu pasti akan mengolok-oloknya.***
Permainan hari ini, tiap-tiap pasangan sepertinya tidak dipertemukan. Kegiatan hari ini adalah menghabiskan waktu bersama pasangan di dalam rumah. Mereka tidak boleh keluar atau sampai tidak terekam oleh kamera pengawas.
Sebenarnya itu membuat Amanda senang, setidaknya ia bisa berguling-guliung manja di dalam kamar tanpa harus terkena teriknya sinar matahari siang. Bahkan jarum jam masih menunjuk pada angka sembilan, mengapa hawa panas yang terasa membuat Manda terus mengibaskan tangan?Ini baru berjalan tiga hari, ternyata hidup tanpa ponsel atau televisi membuat Amanda bingung ingin melakukan apa. Ia terbiasa menggunakan gawainya sepanjang hari, tanpa henti. Tiga hari tanpa memeganggnya sudah seperti rekor luar biasa.
Senja membuka pintu kamar, ia memusatkan atensinya pada Amanda yang merebahkan diri di atas ranjang dengan tenang. Sepertinya sedang merasakan angin sepoi-sepoi yang terasa karena jendela kamar terbuka.
Keberadaan Senja langsung disadari Amanda. Wanita itu menatap ke arah pintu sebentar, lalu kembali sibuk dengan dunianya sendiri. Ia masih malu berhadapan dengan pria itu karena insiden pagi tadi.“Kamu berniat berada di dalam kamar sepanjang hari, Manda?” Senja bertanya dengan dahi berkerutnya. Amanda mendendikkan bahu, “Sepertinya begitu,” balasnya acuh tak acuh. Mendengar balasan yang baru saja mengudara, Senja mengembuskan napas panjangnya.
“Kita harus membuat minimal dua agenda bersama hari ini,” ungkap pria itu lagi.Amanda mengembuskan napas kembali, “Apa itu harus?”Senja mengangguk satu kali, “Kita belum membereskan vila selama tiga hari ini, itu agenda kita yang pertama,” respon Senja.Amanda mendelik, membersihkan vila? Oh my God, apa Senja sedang berusaha melawak? Bahkan selama ia hidup hampir semperempat abad, ia sangat jarang memegang sapu. Umpamakan saja jika Amanda alergi terhadap debu.
“M-membersihkan vila? Kita?” tanya Amanda. Kini ia menunjuk wajahnya dan wajah Senja. Pria itu masih berdiri di depan pintu, ekspresinya netral seperti biasa. Lalu pria itu menunjuk kamera pengawas yang ada di atas pintu kamar manggunakan dagu, berusaha memberi Amanda ingat jika tiap pergerakan dan ucapannya terdengar.Kode itu langsung Amanda pahami, ia mendengus sebentar, lalu melebarkan senyuman yang terkesan sangat dipaksakan.
“Tentu saja, sudah seharusnya kita membersihkan vila bukan?” tanyanya. Nadanya sangat lembut, sangat berbanding terbalik dengan nada bicara yang sebelumnya. Amanda bergegas turun dari ranjang, lalu berjalan mendekat ke arah Senja sembari mempertahankan senyuman. “Ayo lakukan sekarang, katakan apa bagianku?” tanya gadis itu kembali.Senja tertawa sebentar, lalu menggeleng-geleng pelan. Ia berjalan keluar dari kamar mendahului Manda yang menatapnya dengan mulut ternganga.“Menyebalkan sekali, bahkan aku jarang membersihkan kamarku sendiri saat di rumah,” gerutunya kecil. Sangat keci. Ia berusaha agar penyadap suara yang juga berada sekitar Vila tidak dapat mendengar gerutuannya.
Ini semua karena Senja, pria itu menyebalkan seperti sebelum-sebelumnya!Amanda menyudahi gerutuan yang diudarakan berulang kali. Ia berjalan dengan kedua kaki yang dihentak-hentakkan menyusul Senja yang kini tak tampak dalam indra pengelihatan.
Jadi, seorang Amanda Manuela Dermawan memulai pagi harinya dengan membersihkan vila untuk pertama kalinya? Sungguh rekor yang harus dicatat oleh sang ayah!Sepertinya Amanda harus membiasakan diri bergelut dengan banyak kuman dan kotoran selama berada dalam acara. Uh, ini benar-benar merepotkan! Jika saja tidak denan iming-iming didatangkan Cha Eun Woo, Amanda tidak akan mau!“Senja.” Amanda memanggil. Ia menatap sang pria yang tengah membawa seperangkat alat bersih-bersih berupa sapu dan satu pel dari arah belakang.
Senja menanggapi panggilan itu dengan kedua alis terangkat, kedua langkah kakinya terhenti. Ia memusatkan atensinya pada Manda yang kini berdiri tepat di sampingnya.Amanda menatap sapu sebentar, lalu berpikir. Sepertinya tidak ada kegiatan bersih-bersih yang lebih mudah selain menyapu. Ia bisa melimpahkan pel an itu pada Senja. Anggap saja membaggi tugas yang ada.“Biar aku yang menyapu,” ujarnya. Amanda langsung mengambil alih sapu dalam genggaman tangan Senja tanpa menunggu balasan dari pria itu. Ia merekahkan senyuman, lalu berlalu dari hadapan senja untuk memulai kegiatannya.
“Baiklah, sapu seluruh ruangan yang ada di dalam Vila. Tanpa terkecuali.”Aish! Inikah yang Amanda kira sebagai kegiatan membersihkan vila yang tak akan memakan waktu yang lama?Warning, adegan dewasa. Punten yang dibawah umur jangan ke sini!*“Senja geli, ih!” Manda merasa bulu kuduknya jadi berdiri semua dan kegelian saat embusan napas Senja mengenai ke ceruk lehernya. Pria itu mungkin sangat gemas dan sekaligus melepas rasa rindunya, mencumbu ceruk leher Manda berkali-kali tanpa henti.“Aku merindukanmu, sangat-sangat merindukanmu, Manda!” Siapa suruh Manda menggemaskan dan membuat Senja merindukannya, jadilah begini.“Aku juga!” Manda mencangkup wajah Senja dengan kedua tangannya agar pria itu berhenti menciumi ceruk lehernya.Senja malah menciumi pipi Amanda, entah kenapa setelah saling jujur dan mengakui perasaan mereka, Senja mendadak sangat gembira dan tidak mau jauh dari Amanda.“Awas ih, jangan dekat-dekat.” Amanda memperingati. Tidak biasanya Senja seperti ini.“Hmmm …. Aku kan calon suamimu. Kamu didekat-dekati oleh Jeremy tidak risih, giliran olehku malah risih.” Senja mengerutkan bibirnya, dia malah merajuk seperti ini kelihatannya lucu, mengge
“Manda kamu dimana?” tanya Jeremy saat teleponnya diangkat oleh Amanda. Handphone Manda berisik sekali saat dia baru pulang mancing, sengaja tadi ditinggal karena takut jatuh ke kali. Ada puluhan panggilan tidak terjawab dan puluhan pesan yang tidak dia balas. Panggilan tak terjawab tentu dari Jeremy, pesan tak terbalas tentu dari keluarga, Jeremy dan sekretarisnya di kantor. Manda ke sini tidak diketahui oleh siapapun. Ayahnya tentu sangat khawatir karena sang putri tiba-tiba menghilang, takut diculik atau tiba-tiba kabur tanpa sebab. Manda tadi mengangkat telepon dari Gustav dulu, Manda jujur kalau dia sedang ikut glamping bersama Senja. Gustav memakluminya dan memberikan izin.Pria itu sangat percaya pada Senja, pasti akan bisa menjaga putrinya. Dia saja dulu dipatuk ular diselamatkan oleh Senja, masa jagain Manda enggak bisa.Setelah mematikan telepon dari Gustav, dia langsung dapat panggilan dari Jeremy, tanpa dilihat siapa orang yang menghubunginya, Manda langsung mengangkatnya
More information: Cerita ini bakal dicetak menjadi buku, untuk informasi pemesanan bisa wa nomor aku 081-9723-0196 atau hubungi meddsosss aku faceboookk dan insstaggramm @lianaadrawi makasih! *Berhari-hari Manda sibuk, berhari-hari juga dia menghindari Jeremy. Malas rasanya melayani pria yang so so perhatian dan romantis, kemana saja dulu, sekarang baru mengejar Manda. Mana Jeremy seperti biasa, ngatur-ngatur, posesif giliran sendirinya tidak mau diatur.Manda cuek bukan berarti tidak peduli, dia menyewa mata-mata kok untuk mengawasi Jeremy, ternyata pria itu masih saja main perempuan, tidak takut kena HIV atau AIDS gitu? Dasar laki-laki brengsek. Bilang mau setia, nyatanya masih jajan.Yang sekarang membuat Manda kesal bukan Jeremy yang masih selingkuh sih, tapi Senja yang hilang bagaikan ditelan bumi. Kemana pria itu? Manda sedih Senja handphonenya tidak aktif, dikirim pesan satu kali tidak dibalas, tidak datang ke acara ulang tahun Manda juga. “Ngeselin deh si Senja, ngilang ent
Dengan perasaan percaya diri yang amat menggebu Jeremy sangat percaya diri jika lamaran ini diterima oleh gadis yang ia cintai. Bukankah dari dulu Manda sangat ingin menikah dengannya, sekarang keinginan itu bakal terkabul, Manda pasti tidak akan menolaknya.Gustav setia menunggu jawaban dari sang putri, dia ingin tahu apakah Manda menerima lamaran Jeremy atau tidak, semua keputusan Manda bakal dia dukung meski dia sangat ingin Manda menikah dengan Senja.Senja adalah pria yang baik di mata Gustav, pria mandiri itu pertama kali bertemu dengannya saat acara liburan setahun yang lalu. Gustav ikut menginap di tempat vila keluarga Senja, saat sedang memancing bersama Martin– ayahnya Senja, dia dipatuk ular dan Senjalah yang memberikan pertolongan pertama sehingga Gustav masih hidup sampai saat ini berkat Senja. Rasa kagum akan tindakan Senja yang baik dan sikapnya yang dewasa membuat dia ingin menjadikan Senja menantunya.Amanda diam seribu bahasa selama beberapa detik, dia tidak terprovo
Gara-gara Jeremy hampir ngajak Manda nganu waktu di kamarnya, Amanda mendiamkan Jeremy selama beberapa hari. Entah kenapa Manda sama sekali tidak tergoda dengan tubuh Jeremy yang dulu dia dambakan. Sensasi bercinta yang dulu sering menggebu bersama Jeremy kini telah hilang, entah diterjang apa, mungkin diterjang angin puting beliung hingga tidak napsu lagi.Tibalah sekarang hari di mana hari yang Amanda tunggu-tunggu, hari ulang tahunnya yang bakal disiarkan secara langsung di acara My Roommate season Manda B’day.Acara ulang tahun ini diselenggarakan di sebuah hotel mewah di kawasan jakarta pusat. Kru MND TV sudah sibuk wara-wiri kesana kemari untuk mempersiapkan acara, pegawai hotel juga sedang sibuk mempersiapkan jamuan tamu dan EO juga sedang sibuk mempersiapkan acara ulang tahun yang sangat meriah ini.Amanda sudah cantik dirias oleh Bubah Alfian dan sudah anggun mengenakan pakaian gaun dari Diana Putri– desainer asal indonesia yang baru-baru ini viral karena sudah merancang paka
“Kita mau kemana lagi? Ini bukan ke arah rumahku, My!” ujar Amanda saat mobil Jeremy malah tidak mengarah ke rumahnya, dia kira habis beli kue mau ke rumah untuk pulang, ternyata tidak, mau dibawa kemana lagi nih?“Ke rumahku!” Jeremy menjawabnya enteng, berarti anak gadis dibawa ke rumahnya itu sebagai tanda keseriusan. Manda kan belum pernah ke sana dan bertemu keluarga Jeremy.“Hah … rumahmu?” Jujur Manda jelas kaget, dari yang tadinya berharap dikenalkan tapi tak kunjung dikenalkan tiba-tiba sekarang Jeremy ada niatan itu. Kemarin kemana aja Jem, baru sekarang bawa anak gadis orang ke rumahnya. Saat Manda sudah menyerah pada Jeremy pria itu mahal punya niatan serius, saat Manda yang serius malah Jeremy terus main-main. Senang sih, tapi Manda seakan tidak siap untuk melangkah bersama Jeremy ke jenjang yang lebih serius.“Iya. Kamu mau aku kenalin ke keluarga aku.” Dia menjelaskan ulang agar Manda tahu kalau hari ini anggota keluarga Jeremy lengkap. Semua orang bilang tidak akan ke