Bab13
Khan Wilson menatap langit-langit kamarnya, sembari membayangkan wajah sang Ibu, yang meregang nyawa dalam insiden tembak lari.
'Suatu saat, pasti akan kutemukan pelakunya,' desis Khan Wilson.
________Flashback.
Nyaris dua tahun berlalu, Khan Wilson kehilangan Ibunya. Di kota Monarki, saat mereka berjalan-jalan menikmati indahnya kota Monarki yang maju pesat.
Seharian mereka menjajal kota, Khan Wilson dan Ibunya memasuki sebuah restoran menengah yang ada di kota Monarki.
"Bu, pesan lebih dulu, aku ke toilet sebentar," ucap Khan Wilson saat itu.
Sang nyonya Wilson mengangguk. Dengan santai, dia mulai memesan beberapa menu.
Usai memesan, dia pun melihat wanita yang sangat dia kenali.
"Aluna Welas ...." Nyonya Wilson berteriak, ketika melihat Aluna Welas berjalan keluar dari restoran tempat dia memesan makan.
Aluna Welas yang merasa namanya disebut pun menoleh. Hingga, tiba-tiba seseor
Bab14"Bary Khalid.""Ya tuan," sahut suara yang nampak lemah itu."Apa yang terjadi? Siapa yang menghajarmu?""Saya tidak tahu, Tuan." Suara lelaki itu semakin lemah, dan sambungan telepon pun mati."Bary ...." Khan Wilson berteriak keras. Dia merasa mulai panik dan semakin yakin, sesuatu yang tidak baik sedang terjadi.Teringat akan Case Mowelas, yang juga menuju rumah sakit. Khan Wilson merasa kuatir dan gegas melajukan mobilnya, sembari menyisir pinggir jalan, yang menuju rumah sakit Ibu Case dirawat.________Case Mowelas terus berlari, hingga kedua lelaki berniat jahat itu, menghadang langkahnya."Hallo cantik," ucap lelaki yang mengenakan topi itu, sambil tersenyum nakal kepada Case.Dengan napas tersenggal dan sedikit terkejut, Case menghentikan langkahnya."Ada apa, Tuan? Maafkan aku, aku sedang terburu-buru, bolehkah lain kali saja kita bicara," pinta Case Mowelas dengan suara ya
Bab15Lelaki itu hanya tersenyum kecil, ketika Khan Wilson menyapa nya. Dengan kedua tangan yang dia masukan ke saku celana, Joe menatap lekat wajah gugup Case."Tuan Joe, terimakasih telah menolong Case ...." Ucapan Khan Wilson, membuat hati Joe semakin panas."Ya ...." Dengan berat Joe menjawabnya. "Sudah menjadi kewajiban saya ...." Joe Wilianus melanjutkan ucapannya.Khan Wilson yang semula tersenyum menjadi kaku, mendengar ucapan Joe. "Kewajiban?" Khan Wilson menuntut jawaban."Karena saya pelayan di rumah Tuan Joe, dan saya keluar rumah tanpa izin. Maafkan saya," timpal Case, menengahi obrolan mereka yang mulai tidak nyaman."Oh, iya ...." Khan Wilson merasa lega. "Tuan Joe, anda memang majikan yang baik," puji Khan Wilson dengan tulus.Joe Wilianus tersenyum kecut. Hatinya kini begitu marah dan ingin sekali memarahi wanita yang kini menunduk di bawah sinar bulan itu."Case, ayo kuantar ke rumah sakit,
BWM16Bab16'Dia bahkan tidak mengucapkan terimakasih padaku, dasar sialan,' maki Joe dalam hati, sembari berjalan menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya.Di dalam kamar, Joe Wilianus merebahkan dirinya yang teramat lelah.Flashback.Sepulang dari makan malam bersama Mary White, Joe mencari keberadaan Case Mowelas, untuk memberikannya sedikit uang.Karena berkat tanda tangan Case, Joe berhasil mencairkan sejumlah uang.Namun ketika lelaki itu membuka kamar Case. Kamar itu kosong, dengan jendela yang terbuka lebar. Lelaki itu masih berpikiran positif.Joe Wilianus keluar kamar Case, dan menanyakan keberadaan wanita itu pada Ibunya.Nyonya Sabhira tengah asik bersantai duduk menonton tivi. "Bu, dimana Case?" tanya Joe."Di dalam kamarnya mengurung diri, istri sialanmu itu terus merengek meminta izin ke rumah sakit malam-malam begini," adu sang Ibu pada Joe."Memangnya apa yang terjadi? Tidak biasanya
Bab17"Itu ...." Elvina menunjuk kaca jendela yang sedikit gemetaran."Tunggulah nona manis, cepat atau lambat, kami akan menangkapmu!" Joe melihat ke arah Elvina."Apa?" Elvina kebingungan, mendapati tatapan wajah kakaknya."Kamu ada masalah dengan siapa?" tanya Joe balik dengan suara bassnya."Masalah apa?" Lagi-lagi Elvina balik bertanya."Bodoh ...." suara Joe meninggi dengan keras, membuat Elvina dan nyonya Sabhira semakin terkejut mendengarnya."Joe, ada apa? Mengapa kamu membentak adik kamu seperti ini," tegur nyonya Sabhira, yang kebingungan melihat emosi anak lelakinya."Ibu bisa membaca ini ...." Joe menyerahkan pucukan surat itu kepada nyonya Sabhira.Wanita bertubuh tambun itu pun meraihnya. Seketika dia pun langsung terkejut, dengan mata melotot menatap anak perempuannya."Kau ada masalah apa dengan orang, Elvina? Kenapa kamu sampai mendapatkan teror semacam ini?" tanya nyonya Sabhira juga
Bab18'Memangnya apa salahku?' Gumamnya lagi sembari berjalan masuk ke dalam rumah."Ibu harus percaya kepadaku, bahwa aku tidak melakukan apapun dan aku tidak memiliki musuh sama sekali," ucap Elvina Wilianus meyakinkan nyonya Sabhira."Ya, ibu harap itu benar," jawab nyonya Sabhira, masih dengan perasaan gelisah.Joe Wilianus terdiam di dalam kamarnya, sembari mengingat kejadian malam tadi. Hatinya mulai diliputi rasa gelisah, mengingat kedua preman malam itu.________"Apa? Aluna Welas menghilang dari rumah sakit?" Angela sangat terkejut, mendengar informasi dari Keenan Bostilo."Ya, kami sudah mencari tahu. Tapi pihak rumah sakit tidak ada yang mau memberitahukan. Bahkan, anak buah Mantako Jordan, masih berjaga di dalam lingkungan rumah sakit. Jika mereka mencurigai kami, itu akan sangat berbahaya.""Bodoh! Lalu bagaimana? Kenapa kalian bisa kehilangan jejak begini?" bentak Angela frustasi."Kau terus memak
Bab19"Kau bahkan tidak tahu artinya sebuah penyesalan, ditinggalkan dan kehilangan semua harapan." Batin Wiliam.Lelaki itu duduk di depan meja kerjanya dan tercenung. Bayangan wajah Aluna Welas menari dipelupuk matanya.Wanita itu dulunya ceria, percaya diri dan penuh semangat. Bahkan dia selalu memberikan matahari pagi yang indah untuk Wiliam, dan malam yang hangat untuknya.Tetapi karena kabut dendam, Wiliam tidak bisa melihat ketulusan Aluna Welas. Hingga membuat wanita itu benar-benar hancur dalam pertahanannya.Puluhan tahun sudah Wiliam berusaha mencari keberadaannya. Dan kini, wanita kesayangannya itu, ditemukan dalam keadaan koma, bagaimana dia tidak syok dan sangat terpukul? Wiliam bahkan tidak kuasa memandangi wajah cantik Aluna, yang kini telah termakan usia."Maafkan aku, Aluna," desah Wiliam sambil terisak. Begitu banyak rasa penyesalan menggerogoti hatinya kini.Hingga panggilan telepon dari Mantako Jordan,
Bab20"Joe, apa-apaan kamu? Berani sekali kamu membentak keluargamu sendiri," bentak nyonya Sabhira dengan mata melotot."Iya nih, jangan-jangan, kakak sudah jatuh cinta lagi pada si Case.""Elvian ...." Joe sangat marah, mendengar ucapan Elvina.Elvina memutar bola matanya malas, melihat Joe yang nampak kesal padanya."Sudahlah, aku malas sekali sarapan pagi ini," desah Joe."Joe, kamu kekanak-kanakan sekali," ejek nyonya Sabhira."Kata-kata semacam itu, lebih tepatnya untuk Ibu dan Elvina," jawab Joe sembari bangkit dari duduknya.Di depan penggorengan, Case hanya bisa mendengarkan keributan mereka di ruang makan.Entah mengapa, semakin hari kehidupannya semakin kacau, di tambah sikap Joe yang semakin membuatnya gelisah."Dasar, semakin susah saja diatur. Dan semua ini, gara-gara wanita miskin itu," desis nyonya Sabhira."Usir saja wanita itu, Bu!" ucap Elvina, ketika Joe sudah memasuki kamarnya.
Bab21"Kamar ini kosong." Lelaki itu pun menyahut pelan. "Tuan saya akan menjemput anda sebentar lagi.""Kosong? Kalian jangan main-main ya," bentak Case dengan panik."Bersabarlah, sebentar lagi," pinta lelaki yang berdiri di depan pintu ruang rawat Aluna."No ...." Case berteriak. Dia penasaran sekali dengan kebenaran ucapan lelaki di depannya ini, bahwa sang Ibu tidak ada di dalam kamar."Case ...." Panggilan suara dari Khan Wilson mengejutkannya.Case menoleh ke belakang. "Tuan, mereka menghalangiku masuk," adu Case pada Khan Wilson, wanita itu berjalan cepat ke arah Khan.Namun kedua lelaki di belakangnya langsung menarik tangan Case, membuat Khan Wilson terkejut."Aakkkh, lepas," teriak Case, membuat orang-orang yang berada di rumah sakit terkejut."Bawa dia," titah lelaki satunya."Apa-apaan ini?" tanya Khan Wilson kebingungan. Namun lelaki bertubuh besar di depannya mengacungkan senjata api.