"Dasar perempuan aneh! Memangnya ada orang lain yang mau menikahi kamu? Tentu saja aku Aditya! Orang yang membawamu tadi. Kenapa? Aku ganteng ya?""Bukan! Kamu bukan om Adit! Om Adit gondrong, ada kumisnya, jelek!""Syahduuuuuu ... Kenapa kamu masih memanggilku Om?! Aku bukan Om mu. Aku ini sebentar lagi jadi suamimu! Panggil aku ... Mas Adit! Inget ... Mas Adit! Sekali lagi kamu panggil Om, aku balikin kamu ke jalanan!"Nak Adit, jadi nggak ini nikahnya? Kok malah berantem. Berantemnya nanti saja di kamar. Hayo sekarang dilanjutin ijabnya. Nak Syahdu, maaf ya tadi tidak ijin Nak Syahdu dulu, Bapak yang nyukur rambut Nak Adit dan nyuruh Nak Adit ngabisin kumisnya juga. Tapi jadi tambah ganteng kan, Nak Syahdu?" Aku mengangguk kemudian menunduk malu karena diketawain seisi ruangan.Kemudian laki-laki itu menjabat tangan Pak RT. Dengan lantang mengulang ijab qobul, "Saya terima nikahnya Syahdu binti Fajar ... " Tangisku meraung teringat Bapak."Bapaaaak, Syahdu kangen." Aku terisak sese
Bunga ilalang Part14_Bulan madu 1Dan malam itu, pertama kalinya aku merasa aman, bisa tidur nyenyak tanpa ketakutan dan gelisah.Kebiasaan bangun jam 4 di rumah Mas Banyu membuatku terbangun juga tepat jam 4 di rumah kontrakan Mas Adit. Ada rasa haru melihat Mas Adit terbaring meringkuk di lantai, tanpa alas, tanpa selimut, tanpa bantal karena semuanya untukku dan Dinda. Laki-laki yang tak kukenal tapi dengan ikhlas mau berbagi hidupnya denganku dan Dinda.Semua yang biasa kulakukan di rumah Mas Banyu pun kulakukan di rumah Mas Adit. Aku mulai membersihkan ruangan yang hanya terdiri satu ruangan jadi cepat selesai, lanjut mencuci bajuku dan Dinda karena waktu di rumah Mas Banyu pun bajuku dan Dinda tidak boleh di masukin ke mesin cuci. Tapi dari situ aku jadi bisa mencuci baju sendiri walaupun pertama asal-asalan tapi lama-lama ngerti. Selesai mencuci, aku sikat sekalian kamar mandi yang sudah dekil. Ternyata suara sikatku membangunkan Mas Adit."Syahdu, ngapain pagi buta sudah beri
Bunga Ilalang Part15_Bulan_madu_2Aku pun buru-buru masuk rumah, sedangkan Mas Adit meneruskan menjemur baju sambil teriak-teriak masih saja mengomeli orang-orang di bawah pohon mangga tadi."Sekarang kalian kenapa diam, nggak godain aku, hah? Dasar laki-laki mata keranjang! Seneng amat nggodain bini orang. Godain tuh sana gadis yang masih bebas!" "Ayo, ah, bubar ... bubar ... bubar!" teriak mereka."Syahdu, aku mau cari sarapan dulu ya, kamu kunci pintunya. Jangan keluar-keluar sebelum aku pulang. Di sini banyak buaya liar!""Buaya, Mas? Syahdu takut! Syahdu mau ikut Mas Adit saja!""Nggak usah, pokoknya diam di dalam, jangan keluar. Nonton TV saja."Setelah Mas Adit pergi, aku pun buru-buru mengunci pintu karena ketakutan. Tak berapa lama Mas Adit sudah datang menenteng plastik."Eh, Dinda udah bangun," sapa Mas Adit sambil menciumi Dinda yang sudah duduk menonton TV."Udah dong, Om. Kan Dinda laper mau makan," ucapku mewakili Dinda."Masih manggil Om juga?! Kamu lupa sekarang aku
Bunga ilalang Part16_Bulan madu 3"Balik ke kontrakan, yuk. Aku nggak tahan, ada yang nyesek nih di bawah.""Nggak mau! Syahdu belum puas muter-muter naik motor!""Iya, nanti habis dari kontrakan kita muter-muter lagi. Cuma sebentar saja, kok.""Mau ngapain?""Bikin adiknya Dinda!""Mas Adit, berhenti! Berhenti!" Kupukul pukul punggung Mas Adit supaya berhenti."Apa sih, Syahdu? Bikin kaget saja!" Mas Adit menepikan motornya dan berhenti."Apaan? Ngganggu orang berimajinasi saja! Nafsuku jadi ilang!""Syahdu mau es krim itu!" Kutunjuk gerobak es krim yang berhenti tak jauh dariku."Ih, malu-maluin kamu Syahdu! Kayak anak TK saja. Lihat badan kamu itu! Sudah emak-emak juga masak jajan es krim di pinggir jalan!""Minta duit!" "Belum juga aku dikasih apa-apa, udah malak duluan kamu. Nih, uangnya! Buruan! Aku tinggal, nih!""Tungguin Syahdu, jangan di tinggal."Iya, sana, buru!" Aku pun berlari ke arah gerobak es krim. Entah kapan terakhir kali aku makan es krim. Dulu setiap Bapak ke
Bunga Ilalang Part 17_Akhir bulan madu"Sudah diem nangisnya!""Mereka jahat sama Syahdu! Mereka mau menyakiti Syahdu!" Aku masih saja tergugu walaupun Mas Adit sudah memelukku dan mengusap-usap kepalaku dalam perjalanan kami ke tempat parkir motor."Kamu tadi sudah lihat, kan, orangnya sudah kutonjok! Suamimu ini jago, Syahdu. Kamu tenang saja. Nggak bakal ada yang berani menyakitimu lagi.""Makasih, Mas Adit.""Apa?! Coba ulang, Syahdu! Nggak denger!""Makasiiiih, Mas Adit!" teriakku."Cium!" Dia memegangi pipinya dengan jari telunjuknya tapi aku nggak ngerti maksudnya."Apa?""Kamu cium pipiku sini, Buruuu!" Karena dipaksa, akhirnya kucium juga pipinya dan dia senyum-senyum tak jelas sambil mengusap usap pipinya. "Kamu cepet sembuh, dong, Syahdu.""Memangnya Syahdu sakit.""Nggak, cuma nggak nyambung! Buruan naik ke motor!" Baru saja motor mau jalan, ada yang manggil-manggil Mas Adit dari arah belakang."Tunggu, Dit!""Apa, apa, Sap?""Besok Sabtu rencana anak anak Mapala mau me
#BUNGA_ILALANG#Part18_Pulang_kampungIni pertama kalinya aku naik bus. Perutku rasanya tidak enak. Kepalaku juga pusing. Keringat dingin terus mengucur dari dahiku. Aku coba tahan dengan menyandarkan kepala di kursi dan memejamkan mata tapi tetap saja pusing dan mual."Mas Adit, aku mual, mau muntah.""Kamu mau mabuk? Tahan! Awas aja ya kalau muntah sekarang! Tadi plastik yang kusuruh bawa mana?" Mas Adit terlihat panik."Di tas. Aku nggak tahan, Mas!" "Tahan! Aku ambil plastik dulu. Udik kamu, Syahdu, naik bus bagus masih aja muntah!" gerutu Mas Adit sambil mengaduk-aduk tas yang ada di bawah kakiku mencari plastik.Aku berusaha menahan tapi isi perut terus terdorong keluar dan akhirnya keluar juga tepat di punggung Mas Adit yang sedang menunduk di depanku mengacak-acak tas yang ada di bawah mencari plastik.Lega rasanya. Rasa mual hilang, kepala pun jadi enteng."Syahduuuuuu! jorok kamu! Dasar nggak tahu sopan santun. Dibilangin tahaaaaaan!" "Aku nggak tahan. Mas Adit ngapain lep
#Bunga ilalang #part 19_Ketemu_mertua"Perkenalkan, Ma, Pa, ini Syahdu istriku.""Kamu pikir Mama bakal kaget terus pingsan gitu dengar itu. Mama sama Papa sudah hafal dengan keisenganmu.""Eh, kali ini beneran, Ma, Adit nggak iseng. Ini bini baruku.""Jangan-jangan kamu nemu perempuan gila ini di jalanan terus kamu bawa pulang, Dit.""Iya, Ma, bener. Nemu dijalanan terus kunikahi. Kasihan, Ma, terlunta lunta di jalanan.""Adiiiiiiit! Sudah hentikan bercandamu itu. Siapa pun perempuan itu, bawa keluar dari rumah ini. Apa kata tetangga nanti. Dikiranya papamu bawa madu ke rumah.""Kebenaran lah. Enak kan Madu. Manis. Adit aja suka.""Pokoknya Nih, habis makan bawa pergi perempuan itu!""Mana bisa, Ma. Syahdu sudah sah jadi istriku. Kemana Adit pergi dan tinggal, Syahdu bakalan ikut aku. Sebentar, Ma." Mas Adit pergi menuju kamarku tapi tak berapa lama datang lagi membawa 2 buku kecil."Ini, Ma, Pa, buktinya kalau Syahdu itu menantu Mamak sama Abah dan Dinda cucu Mamak sama Abah."Mas
"Mas Banyu!" secara spontan nama itu keluar dari mulutku lalu buru-buru kututup dengan telapak tangan, takut Mas Banyu bangun.Tapi tiba - tiba tubuhnya menggeliat lalu wajahnya menghadap ke arahku. Sontak Mas Banyu bangkit, terperanjat, matanya membulat menatapku."Syahdu!"Kakiku gemetar, aku ingin cepat-cepat berlari menjauh dari pintu kamar tapi kenapa kakiku begitu sulit diangkat. Dengan susah payah aku terus melangkah cepat tapi baru saja sampai di ruang depan, Mas Banyu berhasil mencekal lenganku lalu menariknya masuk ke kamar kemudian menutup pintu kamar."Syahdu, ini benar kamu kan, Syahdu? Aku nggak mimpi, kan? Alhamdulillah, akhirnya kita dipertemukan. Kamu baik-baik saja, Syahdu? kemana saja kamu? Kamu tahu aku hampir gila mencarimu." Cerca Mas Banyu tanpa jeda dengan mencekal lenganku menatapku dengan mata berkaca kaca lalu menyandarkan tubuhku pada tembok. Dadaku berdebar debar mencium aroma tubuhnya yang begitu dekat dan wajahnya yang tepat di depanku, sangat dekat."