#BUNGA_ILALANG#Mahkota perawan Desa#Part 24_Perpisahan di Stasiun"Iya, Syahdu sayang Mas Banyu." lirihku."Apa maksudmu, Syahdu?! Terus aku ini kau anggap apa?! Hah?!" Mas Adit mencengkeram bahuku dengan mata tajam menatapku, kutundukkan kepala dalam-dalam."Kamu pikir aku ini ban serep, yang hanya kamu butuhkan disaat kamu jatuh terpuruk dan terbuang?!" Mas Adit mendongakkan daguku dengan kasar, memaksa kami beradu mata yang membuatku begidik."Mas Adit bukan ban, Mas Adit orang," celutukku."Nggak usah sok-sok polos kamu, Syahdu! Giliran urusan laki-laki saja kamu pinter banget main rahasia melebihi orang normal!"Tiba-tiba Mas Banyu berteriak sambil meremas rambutnya, "Arhg! Bodohnya kamu Adit! Bisa bisanya dipermainkan sama perempuan tak punya nalar ini!"Lalu Mas Adit berjalan cepat menyusuri tepian air tak mempedulikanku. Aku tergopoh-gopoh mengikuti Mas Adit dari belakang."Mas Adit! Syahdu jangan ditinggal!""Ngapain kamu ngikutin aku?! Banyu kan yang kamu sayang? Ikut Ban
"Nggak tau, Dit. Orang kampung sini sampai sekarang juga nggak tahu siapa suami Syahdu. Dikiranya kamu malah suami yang membawa Syahdu pergi dulu.""Sudah, biarin, Ma, orang berpikir begitu. Nanti lama-lama kebenaran juga akan nampak sendiri," ujar Mas Adit.*** Besoknya, pagi-pagi aku mengajak Dinda main. Pengin pamitan sama temen-temen karena nanti siang aku mau pulang. Mas Adit masih tidur jadi aku pamit Mama saja. "Mo kemana kamu pagi-pagi gini?" tanya Mama yang lagi masak di dapur."Syahdu mau main dulu ya, Mak. Mau pamitan sama temen-temen.""Jangan ikut-ikutan Adit manggil Mak. Panggil Ma! Perempuan pagi-pagi sudah main! sini bantuin Mama masak sekalian Mama ajarin kamu masak biar makin disayang suamimu!""Di kost Mas Adit nggak ada kompor, nggak ada beras, nggak ada panci, nggak ada wajan.""Alesan kamu! Bilang saja males!""Nanti ya, Ma, bantuin masaknya. Syahdu mo main dulu." sambil menggendong Dinda aku berlari kecil meninggalkan Mama."Syahduuu!" tak kupedulikan teriakan
Tiba-tiba seorang laki-laki yang sangat kukenal, menyisir kerumunan dan menghampiriku."Mas Banyu! Syahdu takut! Mas Adit hilang!""Syahdu ... Ada apa? Kenapa menangis? Kemana suamimu?""Nggak tau, Syahdu nggak tau. Mas Adit tadi katanya mo pipis tapi nggak balik-balik sampe sekarang," tangisku tersengal sengal."Dari jam berapa kamu menunggu di sini, Syahdu?" "Perempuan ini duduk di sini dari tadi pagi, Pak." Perempuan yang duduk di sampingku membantu menjawab."Ayo ikut Mas Banyu dulu, nanti kita hubungi suamimu, kita cari. Ayo, Syahdu!" Aku tak beranjak sama sekali."Nggak mau! Syahdu mau nunggu Mas Adit di sini.""Mau sampai kapan nunggu di sini. Ini sudah siang menjelang sore Syahdu. Kamu dan Dinda belum makan, kan?""Sudah, dikasih Ibu itu.""Oke, Mas Banyu temenin kamu nungguin suamimu di sini." Mas Banyu meraih Dinda dari gendonganku.Awalnya Dinda nggak mau digendong tapi setelah diiming imingi dibeliin es krim baru mau. "Sebentar ya, Syahdu, aku ajak Dinda nyari es krim du
"Kamu memaafkan mereka, Syahdu?" tanya Mas Banyu seperti tidak percaya dan kujawab sekali lagi dengan menggangguk."Jangan jahat sama Syahdu dan Dinda lagi, ya? Jangan sakiti Syahdu dan Dinda.""Iya, Syahdu, kami berdua tidak akan menyakiti kamu lagi. Makasih ya, Nak." Mereka berdua kemudian memeluk Syahdu."Baik Bu, Arumi, karena Syahdu memaafkan kalian, aku tidak akan menyeret kalian pada yang berwajib. Aku hanya akan menyeret dan menghukum Rangga. Tapi bukan berarti kalian bebas tanpa syarat! Kalian harus bersikap baik pada Syahdu. Ikut menjaga Syahdu dan Dinda. Posisi Syahdu bukan lagi pembantu di sini jadi jangan sekali kali menyuruh nyuruh Syahdu!""Iya, Ibu janji.""Arumi juga janji.""Sekarang aku minta tolong, Rum. Siapkan kamar buat Syahdu juga makan buat kami.""Baik, Mas.""Sini, Syahdu, biar Dinda kugendong. Kamu mandi dan makan dulu sana." Ibu berubah menjadi sangat baik.Dan malam itu aku akhirnya bisa tidur nyenyak setelah menangis sepuasnya karena kangen Mas Adit.***
"Apa? Gila kamu, Banyu! Syahdu ini ibu tirimu. Mana boleh menikahi ibu tiri!""Ayah tidak pernah berhubungan badan dengan Syahdu, Bu! Ayah menikahi Syahdu waktu Syahdu sedang hamil. Bagiku itu sudah cukup. Tidak ada yang bisa melarangku untuk menikahi Syahdu.""Apa maksudmu, Banyu? Jadi Dinda bukan anak Ayahmu? Lalu kenapa kamu harus bertanggung jawab pada dia?!" "Karena sebenarnya Dinda anakku, Bu!""Banyu! Kamu bohong kan untuk melindungi perempuan ini supaya bisa tinggal di sini?" "Nggak, Bu. Sebenarnya Syahdu adalah perempuan istimewa di masa laluku.""Arumi tidak mau dimadu! Tidak mau! Apalagi dimadu dengan perempuan gila itu! Anak itu tidak mungkin anakmu, Mas!""Dinda anakku! Dulu sebelum lulus SMA, waktu aku liburan di rumah embah, aku pernah menodai Syahdu, aku telah merenggut kesuciannya. Lalu kutinggal balik ke Bekasi dan akhirnya menikahimu, Rum. Tapi sebenarnya sampai kita menikah, aku tak pernah benar-benar melupakan Syahdu. Lalu 2 tahun kemudian aku baru tahu ternyata
Bunga ilalang Part 27_ Gila"Banyu, tolong! Ini Arumi mengamuk!" Teriak Ibu dari lantai atas.Mas Banyu yang sedang menyuapiku bubur, buru-buru meletakkan mangkok, "Sebentar ya, Syahdu," lalu tergopoh gopoh ke lantai atas.Sejak aku hamil dan nggak bisa masuk nasi, Mas Banyu telaten menyuapiku bubur sedikit demi sedikit supaya aku nggak muntah. Mas Banyu juga sangat memanjakanku. Tak boleh menyentuh pekerjaan rumah sedikitpun. Aku cuma disuruh tiduran terus. Bahkan Dinda pun dicarikan pengasuh. Setiap pulang kerja Mas Banyu juga langsung ke kamarku. Samar-samar kudengar suara Mbak Arumi berteriak teriak dan suara barang-barang yang berjatuhan seperti dilempar. Entah apa yang terjadi dengannya. Memang beberapa hari belakangan ini, Mbak Arumi terlihat aneh. Sering duduk diam dengan penampilan berantakan, rambut acak acakan. Bahkan setiap melihat Mas Banyu bersamaku yang biasanya marah tapi akhir-akhir ini hanya diam. Kupikir Mbak Arumi memang sudah berubah jadi orang baik.Lagi, terd
"Papaaaaaa!" Jeritku lalu spontan memeluk papanya Mas Adit tanpa sungkan karena haru dan bahagia.Papa terlihat kaget tapi akhirnya memelukku sambil mengelus rambutku seolah aku mendapatkan kasih sayang seorang bapak lagi."Ini, Pa, istrinya Adit?" tanya seorang laki-laki di samping Papa dan Papa hanya menjawab dengan mengangguk."Papa, Mas Adit mana? Ini siapa, Pa? Kok wajahnya mirip Mas Adit.""Ini Mas Yoga, Syahdu, kakaknya Adit.""Terus Mas Adit mana?""Kamu dan Dinda baik-baik saja, Syahdu?" Aku mengangguk."Papa, Mas Adit! Mas Adit mana?" Kupegang kedua lengan Papa dan kugoyang goyang badannya berharap mendapat jawaban."Sebentar, Syahdu, Papa ada urusan dengan suami palsumu itu dulu." "Apa maksud anda menyebutku dengan suami palsu? Anda hanya tamu di sini jadi jaga ucapan Anda!" "Lalu apa sebutan yang pantas untuk anda yang mencuri istri orang?! Anda juga tahu, kan? Syahdu ini masih sah istri anak saya, Adit! Lalu kenapa anda nekat menikahinya, Tuan Banyu?!" tanya Papa berap
"Mas Adit! Papa! Mama! ... Syahdu pulang!" Aku berdiri di depan pintu memanggil mereka tapi tak ada sahutan, aku masuk saja ke dalam karena kebetulan pintu terbuka.Dinda pun ternyata masih kenal dengan rumah ini. Langsung minta turun dari gendongan Mas Banyu lalu manggil-manggil Mas Adit."Papa Dit! Papa Dit! Eyang!" Kugamit tangan Dinda sedangkan Mas Banyu menunggu di teras, nggak mau kuajak masuk."Mas Adit! Papa! Mama! Ini Syahdu pulang!" Aku terus berjalan menyusuri ruang demi ruang dan sampai di taman belakang aku melihat punggung seorang lelaki yang duduk di kursi tapi ada rodanya dan seorang wanita yang memakai kerudung di sampingnya.Mereka terlihat akrab, si wanita menyuapi si lelaki. Kakiku semakin mendekat pada mereka. "Mas Adit mana? Mama mana? Papa mana?" Tanyaku pada mereka"Mereka menoleh ke arahku, mataku membulat, tersentak, "Mas Adiiiiit!"Aku dan Dinda berlari memeluk Mas Adit, "Mas Adit, Syahdu kangen. Kenapa Mas Adit ninggalin Syahdu di Stasiun? Jangan tinggalin