Share

5. Pernikahan Syahdu

"Dua bulan berlalu, Alhamdulillah ibunya Mbak Syahdu tidak hamil, kesehatan jiwanya berangsur membaik dan akhirnya bersedia menikah dengan bapaknya Mbak Syahdu." Plong ... lega rasanya mendengar penjelasan Mbok Nah, Alhamdulillah aku tidak bersaudara dengan Syahdu.

"Lalu, Mbok?"

"2 tahun setelah pernikahan mereka, lahirlah Mbak Syahdu. Tapi malang, Ibunya Mbak Syahdu harus meninggal pas melahirkan karena pendarahan hebat. Mbak Syahdu pun sempat kekurangan oksigen tapi Alhamdulillah selamat. Bapaknya Mbak Syahdu akhirnya merawat putrinya seorang diri.

Masa kecil Mbak Syahdu memang sudah terlihat beda dari anak lain. Dia terlambat bisa jalan dan mengucapkan kata. Ketika menginjak remaja, badannya saja yang sudah terlihat orang dewasa tapi pikiran dan sikapnya masih kayak anak kecil.

"Memangnya Syahdu tidak sekolah, Mbok?"

"Sekolah, Mas. Tapi dari SD juga sudah kesulitan dalam membaca dan menulis. Waktu kelas 1 SMP, dia sering berontak di kelas. Berteriak-teriak. Pusing katanya. Nggak ngerti dengan yang di ajarkan guru lalu mogok nggak mau sekolah. Bapaknya Mbak Syahdu akhirnya mengundang guru privat untuk Mbak Syahdu tapi itu juga nggak bertahan lama karena Mbak Syahdu tetap berontak tak mau belajar. Akhirnya bapaknya Mbak Syahdu menyerah. Mbak Syahdu pun dibiarkan saja."

"Apa nggak diperiksakan, Mbok? Ke psikiater gitu?"

"Nggak, Mas. Karena keluarga beranggapan Mbak Syahdu tidak gila dan karena juga kita orang kampung jadi nggak begitu paham."

"Tapi pasti ada sesuatu dengan kejiwaan Syahdu, Mbok, yang membuat Syahdu bersikap seperti itu. Kalau tidak salah Syahdu itu mengidap retardasi mental. Tapi menurut Banyu masih termasuk yang ringan. Nyatanya Syahdu masih bisa diajak komunikasi. Dengan bantuan psikiater dan terapi mungkin bisa disembuhkan. Lalu kelanjutannya, Mbok?"

"Sampai malam itu, Mbak Syahdu mengeluh perutnya sakit, kembung. Nyuruh Simbok membalurkan minyak kayu putih ke perutnya. Waktu membalurkan itulah, Mas. Simbok baru merasa perut Mbak Syahdu terlihat lebih besar dan keras. Mulai curiga, lalu Simbok cek persediaan pembalut. Ternyata masih utuh. Seperti disambar petir. Rasanya tidak percaya kalau Mbak Syahdu bisa hamil.

Setelah diperiksakan ke bidan ternyata memang benar Mbak Syahdu hamil dan sudah 3 bulan. Sama sekali kami sekeluarga tidak menyadari. Memang Mbak Syahdu sempat sakit berhari-hari meriang. Dipikir sakit biasa. Habis sakit itu juga sempat minta makanan macem-macem. Tapi Simbok juga nggak curiga. Simbok pikir, wajar habis sakit, mulai enak makan.

Bapaknya Mbak Syahdu shock mengetahui putrinya hamil dan yang lebih membuatnya kebingungan, setiap ditanya siapa yang menghamili, Mbak Syahdu hanya menggelengkan kepala. Disaat berita sudah tersebar di pelosok desa dan belum juga diketahui bapak dari bayi yang di kandung Mbak Syahdu, tiba-tiba Pak Guntur datang kerumah. Mengaku kalau yang menghamili Mbak Syahdu adalah beliau. Katanya itu di lakukan di rumah Mbah Sinem waktu Mbak Syahdu bermain disana. Dengan lantang dan bangganya Pak Guntur memamerkan pada bapaknya Mbak Syahdu.

'Aku dulu yang sudah mengambil kesucian istrimu tapi sayang tidak hamil dan sekarang aku pun berhasil mengambil kesucian anakmu dan berhasil hamil. Aku memang laki-laki beruntung. Tidak apa-apa aku tidak mendapatkan Ayu, sekarang aku bisa mendapatkan anakmu, Fajar. Kamu sudah kalah. Dan sekarang kamu harus tunduk pada perintahku kalau tidak mau cucumu lahir tanpa bapak!'

Mau tidak mau, Pak Fajar akhirnya menikahkan Mbak Syahdu dengan Pak Guntur."

Aku mengernyitkan dahi. Apa mungkin seorang perempuan bisa memiliki dua kesucian? Jelas-jelas aku yang sudah merenggut kesucian Syahdu. Masih ingat sekali dengan noda merah di sprei itu. Lalu kenapa Ayah berbohong dan mengaku-ngaku seperti itu.

"Sudah dapat dipastikan, Mbok, kalau yang menghamili Syahdu itu ayah?"

"Nggak ada yang bisa memastikan, Mas. Tapi satu-satunya laki-laki yang datang ke rumah dan bersedia menikahi Mbak Syahdu cuma Ayahnya Mas Banyu."

"Dan Syahdu tidak berontak?"

"Berontak, Mas. Dia ketakutan dengan sosok Pak Guntur. Dan itu semakin meyakinkan Pak Fajar kalau pemerkosa itu memang Pak Guntur."

"Lalu, Mbok, kenapa sampai embah putri tidak tahu tentang pernikahan itu?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yanyan
yg jelas pak guntur serakah dan dendam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status