Malam itu Yura dan Yoga melihat gelagat Yudha yang mencurigakan. Kakak sulung mereka itu terus cengar-cengir sendiri sambil bernyanyi riang."Mau kemana, Kak?" tanya Yoga pada kakaknya yang telah berdandan rapi dan wangi."Mau kemana aja boleh, kepo amat," sahutnya, santai.Setelah itu Yudha berjalan menuju mobilnya sambil melanjutkan nyaris riangnya lalu masuk mobil dan meluncur pergi. Sementara itu kedua saudaranya hanya melongo dengan wajah penasaran. Mirna yang sejak tadi menonton televisi bersama anak bungsunya hanya tersenyum senang saat Yudha meminta izin untuk menemui seorang gadis yang sempat Mirna ingin jodohkan dengannya."Misi berhasil, padahal mereka hanya bertemu sekali, tetapi Yudha langsung kesengsem sama dia," gumam Mirna yang tak mengetahui bahwa Sinta adalah Siti, sahabat masa kecil Yudha yang tinggal di kampung lama mereka.Awalnya Mirna merasa khawatir pada anak sulungnya itu karena terus menerus menolak banyak gadis yang mendekatinya, bahkan ia sempat menduga bah
Siti pulang dengan perasaan campur aduk. Lamaran Yudha terus mengganggu pikirannya."Pulang ngedate kok murung gitu?" tanya seorang wanita berpenampilan elegan hingga membuyarkan lamunan Siti."Kak, bolehkah aku menikah dan melanjutkan kehidupanku?" tanya Siti dengan wajah ragu."Kamu ingin menikah? Tentu saja boleh, tetapi kamu hanya bisa menikah dengan anak buah saya atau anak buah Robert."Siti tertunduk lesu mendengar jawaban wanita yang ia anggap sebagai pahlawannya itu. Ia tak bisa menentang semua ucapannya, karena berkat wanita itu ia bisa lepas dari cengkraman ayah tiri yang selalu melecehkannya. Tak hanya itu, wanita itu juga yang memberinya tempat tinggal dan juga mencukupi semua kebutuhan finansialnya sehingga ia dan adiknya tak menjadi gelandangan di Jakarta."Silahkan masuk kamar dan beristirahatlah," ucap wanita itu lembut.Siti mengangguk lalu bergegas ke kamar. Tiba-tiba adik lelakinya mengetuk pintu kamar.Anak lelaki berusia lima belas tahun itu menceritakan bahwa ia
Seorang wanita paruh baya tengah menangis meraung-raung di samping anak gadisnya yang terbujur koma. Gadis remaja berusia 17 tahun itu ditemukan tak sadarkan diri di jurang, dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. Ibu Fatmala, telah melaporkan apa yang menimpa gadis itu pada polisi, tetapi hingga kini polisi masih belum bisa mengungkap siapa pelaku.Dari hasil visum, dokter menyimpulkan bahwa si gadis mengalami pelecehan dan tindak penganiayaan, hingga akhirnya ia dibuang ke jurang. Kini gadis itu tengah kritis dan belum siuman.Seorang gadis yang merupakan tetangga Bu Fatmala, membisikan sesuatu ke telinganya. Wanita paruh baya itu lekas menghapus air matanya lalu mengikuti gadis itu ke suatu tempat.Seorang wanita cantik berusia 32 tahun menyambut kedatangan Bu Fatmala dengan ramah, walaupun wajahnya selalu serius dengan senyum yang misterius."Ada apa Ibu kemari?" tanya wanita itu.Bu Fatmala menceritakan semua yang terjadi pada anak gadisnya dan meminta tolong pada wanita yang meru
Pagi itu Mirna termenung saat memikirkan mimpinya semalam. Pasalnya mimpi itu kerapkali terjadi padanya. Dalam mimpinya, ia melihat kejadian sadis yang menimpa seorang gadis di sekitar rumah lamanya di kampung. Mimpinya itu membuat pikirannya tak tenang, karena di mimpi itu ia bisa melihat jelas area sekitar rumah lamanya yang dipenuhi dengan darah, bahkan Surti beserta suami dan seluruh penghuni kost-kostan tenggelam dalam banjir darah."Mama mau pergi ke kampung lama kita, mungkin akan menginap satu malam," ucap Mirna saat ia dan seluruh anggota keluarganya tengah sarapan."Loh, ada urusan apa kesana? Kok mendadak banget?" tanya Roby."Mama mau nyekar ke makam orangtua mama, sekalian kangen-kangenan sama Surti," sahutnya."Boleh aja, tapi Papa gak bisa antar soalnya lagi banyak banget kerjaan," ucap Robi.Begitupula dengan dua anak lelakinya yang juga tak bisa mengantarnya. Yudha yang bekerja di perusahaan Papa sambungnya juga memiliki jadwal meeting dengan beberapa klien. Lalu Yoga
Yura terbangun saat mencium aroma minyak kayu putih. Ia mengerlip-ngerlipkan dua bola matanya, tampak ibu dan adiknya juga beberapa penghuni kost yang tampak penasaran dengan apa yang menimpanya."Yura, kenapa kamu tidur di dapur?" tanya Mirna dengan wajah cemas."Tadi aku melihat hantu di dapur," sahutnya sambil bergidik ngeri.Para penghuni kost langsung saling menoleh dan berbisik, wajah mereka langsung menegang saat mendengar ucapan Yura.Mirna mengambil segelas air putih lalu menyuruh Yura untuk segera meneguknya. Setelah itu ia mencoba menenangkan para gadis yang menghuni kostnya, lalu menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing. Setelah itu ia mengajak Yura dan Yuna kembali ke kamar."Mah, rumah ini serem," rengek Yura."Bukankah kamu sekarang jadi gadis tangguh sejak belajar bela diri sama Sinta," goda ibunya."Ih, Mama, Kuntilanak mana bisa dihajar, Mah." Ia kembali merengek."Dulu mama juga melawan rasa takut mama pada sosok Kuntilanak yang meneror kampung ini, tapi terny
Parto tidak bisa tertolong lalu akhirnya menghembuskan napas terakhir. Mirna tampak terpukul dengan kematian suami sahabatnya itu. Namun, ada hal lain yang membuat ia bingung. Kemanakah Surti? Siapakah pelaku yang telah menganiaya Parto.Kini kepala Mirna telah dipenuhi banyak tanda tanya.Polisi meminta keterangan dari Mirna, Bu Kokom bahkan penghuni kost."Kemarin saya sempat melihat Mas Parto dan Surti bertengkar, tapi saya tidak mau ikut campur makanya langsung pulang tanpa bertanya alasan pertengkaran mereka," ujar Mirna."Sebenarnya saya juga pernah lihat mereka bertengkar," ucap Nina, gadis berambut pendek yang menghuni kamar nomor 8.Mirna menelpon suami juga anak lelakinya untuk datang melayat. Roby tampak terkejut dengan kematian sahabatnya yang sangat tragis. Ia benar-benar tak menyangka kejadian itu bisa menimpa Parto yang telah lama bersahabat dengannya.Semua anggota keluarga bahkan orang tua Parto yang telah sangat lanjut usia telah datang, mereka semua tampak bersedih
Mirna tak kuasa menahan tangis saat polisi menemukan Surti yang tengah bersembunyi di rumah saudaranya. Pengadilan menetapkan hukuman lima belas tahun penjara baginya. Air mata Mirna terus mengalir saat melihat sahabatnya itu kini harus mendekam di penjara. Selain itu ia juga tak menyangka dengan nasib naas yang menimpa Parto, lelaki yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri itu harus meninggal secara mengenaskan. Terbayang dalam ingatannya, saat dulu Parto selalu membela dirinya dari ulah iseng kakak-kakak angkatnya. Mirna juga masih ingat saat Surti selalu rajin memberinya coklat demi bisa dekat dengan Parto.Mirna berdiri menatap rumah peninggalan kedua orangtuanya, ia tak bisa lagi menjadikan rumah itu sebagai kost-kostan. Maka ia putuskan untuk membiarkan anak-anak yang menyewa untuk mencari hunian lain. Ia tak bisa membiarkan mereka tinggal di rumahnya tanpa pengawasan. Tiba-tiba Kakak angkatnya datang menemuinya, wanita berusia 45 tahun itu membujuk Mirna untuk me
Mirna membawa Siti juga adiknya ke rumahnya. Untuk sementara, mereka tinggal di paviliun rumah keluarga Mirna karena belum sah menjadi istri Yudha.Sebelum menikahkan ia dengan putra sulungnya, Mirna berpesan agar Siti tak lagi berbuat gegabah ketika menghadapi seorang pria hidung belang atau pelaku pemerkosaan."Boleh saja melawan saat kita dalam bahaya, tetapi sebisa mungkin hindari untuk menghilangkan nyawanya, kecuali jika kita memang benar-benar terdesak," kata Mirna.Pesan tersebut disampaikan juga kepada Yura, yang memiliki jiwa psikopat sejak bergabung dengan Siti dan Rere. Siti dan Yura mengangguk dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Acara pernikahan Siti dan Yudha pun berlangsung di sebuah gedung mewah. Karena sudah tidak memiliki ayah ataupun kakek dan paman, maka adik lelakinya menjadi wali nikah untuk Siti. Hingga akhirnya Siti dan Yudha telah resmi menjadi sepasang suami istri.Saat itu air mata Siti terus bercucuran, ia tak menyangka kalau