Share

Menantu Polos

Author: Heaven Nur
last update Last Updated: 2024-09-24 18:00:41

“Cahaya! Cucian udah selesai belum? Ngapain kamu malah ngerumpi sama Mbok Sri?” Bu Lastri mencecar Cahaya dengan wajah merah padam . Terlihat jelas amarah sedang menguasai wanita berpakaian modis layaknya wanita sosialita yang akan menghadiri sebuah acara itu.

Cahaya terperanjat ketika namanya dipanggil oleh ibu mertua dengan nada tinggi. Seketika dia merasa bersalah karena telah melalaikan tugas yang telah diperintahkan.

“Eh, maaf, Bu.” Dengan cepat gadis itu menyalakan mesin cuci yang ada di hadapannya sesuai dengan arahan yang diberitahukan oleh Mbok Sri.

“Baru juga satu hari udah bikin orang kesel aja!” gerutu Bu Lastri seraya melanjutkan langkahnya menuju ke arah meja yang di atasnya telah berjejer menu sarapan yang menggugah selera. Aroma dari ayam goreng menusuk hidung wanita itu seolah-olah memanggil dan membuatnya segera duduk di kursi paling depan. Diliriknya Mbok Sri yang kini sudah berpindah di depan wastafel dengan wajah menunduk sambil mencuci peralatan masak.

“Mulai besok Mbok Sri awasi pekerjaan Cahaya. Dia harus menyelesaikan tugasnya dulu baru boleh diajak ngobrol. Jangan malah ngobrol sambil kerja! Kan jadinya kerjaan nggak beres-beres!”

“Iya, Nyah. Maaf.” Mbok Sri menjawab seraya mengangguk pelan.

“Satu lagi. Pastikan semua yang dikerjakan perempuan itu selesai dengan sempurna. Semua baju yang dia cuci harus bersih dan wangi. Terus, lantai dan perabotan yang dia bersihkah harus bening dan kinclong. Pokoknya tugas Mbok Sri awasi terus semua yang dia kerjakan.”

Mendengar ucapan majikannya membuat Mbok Sri yakin tentang firasatnya bahwa keberadaan Cahaya di rumah mewah ini hanya dimanfaatkan saja. Status menantu hanyalah formalitas karena kenyataannya Cahaya diberi tugas khusus yang biasa dilakukan oleh para pembantu.

Beberapa menit berlalu. Dari tempat duduknya, Bu Lastri bisa melihat sang menantu yang masih sibuk dengan sekeranjang pakaian setengah kering yang menunggu untuk dijemur. Di antara lembaran-lembaran pakaian itu tidak ada miliknya melainkan milik suami dan ibu mertua karena tiga hari sebelum acara pernikahan, Bu Lastri telah memecat ART yang bertugas mencuci pakaian mereka. Mbok Sri pun tak sempat menyentuh mesin cuci, karena sibuk mengatur belanja bahan dapur untuk perjamuan pesta.

Jangan tanya kenapa tidak pesan katering saja? Kan mereka orang kaya?

Big no! Karena Bu Lastri adalah orang yang super irit bin medit. Jangankan untuk jamuan tamu, untuk makan enak dirinya sendiri saja harus mikir dulu seribu kali. Orang kaya yang sangat perhitungan dan pelit.

“Cahaya! Lama banget sih cuci bajunya?!” Suara Bu Lastri terdengar menggema dari dapur memanggil Cahaya yang kini sedang menjemur pakaian di luar ruangan. Tepatnya di pekarangan yang terletak tidak jauh dari pintu belakang.

Cahaya yang merasa dipanggil pun segera mempercepat pekerjaannya dan segera masuk menghadap sang ibu mertua. Dengan patuh, gadis polos itu meletakkan keranjang kosong ke tempatnya dan bergegas menghampiri Bu Lastri yang terlihat sudah selesai sarapan.

“Iya, Bu. Ini Aya udah selesai.”

“Kamu selesaikan nyapu dan ngepel dulu. Setelah itu mandi terus siap-siap ikut Ibu,” titah Bu Lastri dengan tatapan datar ke arah Cahaya.

“Ibu mau ajak Aya ke mana?” tanya Cahaya penasaran, tetapi sang mertua tidak memberi jawaban yang jelas.

“Sudah, nggak usah banyak nanya. Pokoknya lakuin apa yang Ibu suruh. Ibu kasih waktu 30 menit, kamu harus sudah selesai ngepel dan siap berangkat!”

“Oh, iya, Bu. Aya bakalan selesaikan semuanya tepat waktu.” Gadis desa itu mengangguk paham.

“Adam tadi pamit ke kantor. Katanya ada hal penting yang harus dia selesaiin dan mau pulangnya sore. Jadi, kamu nggak usah nyariin dia. Yang penting kamu nurut sama kata Ibu.” Tanpa menunggu jawaban dari Cahaya, wanita dengan rambut yang sudah rapi disanggul itu bangkit dari kursi dan berlalu pergi.

Mbok Sri yang menyaksikan perlakuan majikannya pada si menantu hanya bisa geleng-geleng kepala seraya mengelus dada karena merasa semakin iba. Dengan cepat wanita itu berjalan menghampiri Cahaya. “Non, makan dulu, terus langsung siap-siap aja. Biar Mbok yang ngepel lantai.”

“Nggak usah, Mbok. Nggak apa-apa. Aya bisa kok ngerjain sendiri,” jawab Cahaya dengan senyum penuh ketulusan. Gadis itu sama sekali tidak merasa keberatan dengan perintah yang diberikan ibu mertua kepadanya.

“Ya sudah kalau gitu Mbok mau ke pasar dulu. Stok bumbu banyak yang mau habis, jadi Mbok harus belanja ke pasar dulu, buat stok.’’

Cahaya mengangguk paham. Setelah kepergian Mbok Sri, gadis itu segera meraih sapu yang ada di ujung ruangan. Dengan penuh kehati-hatian, Cahaya mulai menyapu dan disambung dengan mengepel lantai semua ruangan. Kondisi rumah yang luas membuat pekerjaan Cahaya memakan waktu yang lumayan lama. Waktu 30 menit yang diberikan oleh ibu mertua otomatis kurang, sehingga membuat wanita kaya yang saat ini sudah menjinjing tas branded itu kembali memasang wajah kesal.

“Dari tadi ngapain aja sih?? Udah hampir satu jam dari tadi kok belum selesai-selesai?” Bu Lastri menggerutu dengan suara yang sengaja dikeraskan agar sang menantu mendengar.

“Maaf, Bu. Padahal Aya udah usahain secepatnya loh. Tapi, kayaknya emang rumah ini sangat besar, jadi perlu waktu lebih,” balas Cahaya dengan sedikit tersenyum, bingung.

Akan tetapi, jawaban Cahaya malah membuat ibu mertuanya semakin marah. “Halah, alesan aja kan kamu?! Bilang aja kamu males! Pake nyalahin rumah segala!.”

“Bukannya gitu, Bu. Aya beneran nggak males kok. Malah semangat kerjanya. Tapi ... emang rumah ini kan besar banget. Sepuluh kali lebih besar dari rumah Aya di desa, jadi bersihinnya perlu waktu yang lama.” Tanpa merasa takut atau merasa bersalah, Cahaya masih bersikeras menyampaikan pendapatnya.

“Sudah, sudah! Dibilangin kok malah ngebantah terus!” sambar Bu Lastri dengan ekspresi malas. Dan di saat yang bersamaan, Mbok Sri yang pamit belanja di pasar tiba-tiba muncul dari arah depan. Dengan cepat, Bu Lastri menyuruh ART-nya menggantikan Cahaya untuk menyelesaikan pekerjaan.

“Sekarang kamu mandi dan siap-siap! Jangan lupa dandan! Kamu punya baju yang bagus kan, selain daster? Pokoknya pakai baju selain daster! Jangan sampai nanti kamu malu-maluin Ibu!”

“Ada, Bu. Gamis warna putih yang dibeliin nenek waktu lebaran kemarin. Baru Aya pakai dua kali kayaknya. Jadi masib bag---“

“Sudah, sudah! Baju apa pun itu yang penting jangan dasteran!” Belum juga selesai ucapan Cahaya, tetapi sudah disambar oleh sang mertua. Namun, Cahaya sama sekali tidak menanggapi sikap kasar yang dia dapatkan.

“Iya, Bu. Aya mau mandi dulu.”

“Cepetan! Ibu tunggu di mobil!” balas Bu Lastri lagi seraya mendengus kesal. Dengan langkah cepat wanita yang berumur di atas 50 tahun itu keluar dari rumah menuju sebuah mobil putih yang terparkir cantik di halaman.

Hanya perlu waktu kurang dari sepuluh menit, Cahaya sudah keluar dari rumah menghampiri sang ibu mertua dengan tas selempang kecil berwarna hitam yang dia sandang. Setelah gadis itu masuk mobil, Bu Lastri pun menyalakan mesin mobil dan membawa menantunya ke suatu tempat di mana telah berkumpul wanita-wanita sosialita seperti dirinya yang tengah bergosip dan memamerkan sesuatu yang dibawa.

Ya, para wanita ini adalah teman-teman arisan Bu Lastri yang semuanya adalah para istri dari orang kaya. Mereka semua menagih janji pada Bu Lastri akan mengajak menantunya dan memperkenalkan sang menantu pada mereka.

Mobil yang dinaiki Cahaya dan mertuanya perlahan berhenti di depan restoran bintang lima dan segera disambut oleh tukang parkir yang akan mengamankan mobil mereka. Keduanya turun dan Bu Lastri pun mengajak Cahaya masuk agar bertemu para teman kayanya dan ikut berbaur dengan mereka.

“Hai semua! Kenalin, ini menantuku. Namanya Cahaya,” sapa Bu Lastri dengan senyum mengembang dan langsung memperkenalkan Cahaya sebagai menantunya.

“Hah?! Apa kamu serius, Jeng Lastri? Gadis hitam dekil kusam jerawatan ini menantumu???”

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Bab Ekstra

    Bab EkstraSuara sirine ambulan mendengung sangat keras hingga terdengar sampai rumah Cahaya. Karena memang kejadian kecelakaan yang dialami Bu Lastri tidak jauh dari rumah Cahaya, sehingga kegaduhan yang terjadi bisa terdengar jelas oleh semua orang termasuk Cahaya.“Pa, ada apa rame-rame di depan?” tanya Cahaya dari arah dapur, karena setelah kepergian mantan ibu mertuanya beberapa menit yang lalu, gadis itu berniat menghidangkan makan siang untuk Farel dan ibunya. “Apa mungkin ada kecelakaan?” Dokter Hasan membalas dengan wajah penasaran.Begitu juga dengan Farel dan ibunya yang sama-sama mendengarkan kegaduhan di luar. Keduanya saling pandang dengan wajah penasaran atas apa yang mereka dengar. Dan di saat yang bersamaan, Bu Salma datang dengan memasang wajah panik. “Pa, Bu Lastri kecelakaan!” teriak ibu dari Cahaya itu dengan suara gemetar. “Ya Allah, Pa ... Mama liat sendiri mobil Bu Lastri nabrak pohon besar di pinggir jalan.” “Bu Lastri? Ibunya Adam?’’ Dokter Hasan begitu te

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   The End

    BAB 50The EndBu Lastri melepas kepergian Nadia dengan tangisan pilu. Wanita paruh baya itu tidak pernah menduga bahwa hidupnya akan berada di titik rendah ini. Karena keegoisannya ingin menjadikan Cahaya yang kini telah berubah menjadi kaya membuat putranya terpuruk dalam masalah di penjara. Bu Latri pun tidak pernah menduga bahwa keluarga Cahaya akan melaporkan perbuatan putranya yang mendekati Cahaya. Sebelumnya Adam memang ada bercerita tentang usahanya mendekati Cahaya, hingga terjadi perkelahian dengan dokter muda karena menolong Cahaya. Akan tetapi, Bu Lastri tidak pernah menduga bahwa Dokter hasan melaporkan perbuatan putranya ke kantor polisi. Dalam kebingungan, wanita paruh baya itu menuju ke kantor polisi sendirian. Bu Lastri ingin menemui putranya yang sedang kebingungan di penjara. Wanita paruh baya itu ingin memastikan keadaan Adam di jeruji besi yang menyesakkan dada. Di sepanjang perjalanan, air mata sudah tidak bisa dibendung lagi. Hati Bu Lastri sedang sangat gu

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Sebuah Hukuman

    BAB 49Sebuah HukumanKarena melihat istri dari tersangka yang ditangani olehnya kebingungan, sang polisi yang membawa surat penangkapan itu pun segera mejawab, “Saudara Adam telah melakukan penyerangan dan perbuatan tidak menyenangkan kepada Saudari Cahaya. Di mana dia sekarang? Kami minta Anda dan suami bersikap kooperatif agar kasus ini bisa diselesaikan dengan cepat dan tenang.” “Apa? Suami saya melakukan kesalahan apa? Dan Cahaya?? Kenapa suami saya bermasalah dengan Cahaya??” tanya Nadia ingin memastikan alasan penangkapan suaminya.“Kalau mau jelas, nanti bisa kami terangkan di kantor. Sekarang, panggilkan suami Anda terlebih dahulu dengan cara yang baik, sebelum kami melakukan pemanggilan paksa!” jawab sang polisi yang lain dengan suara lantang, sehingga membuat Adam yang kebetulan berada di rumah segera ke luar karena mendengar suara bising yang mengganggu.Pria itu pun muncul dari balik pintu dan mendapati istrinya tengah memasang wajah bingung di hadapan dua polisi. “Ini a

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Sebuah Harapan

    BAB 48Sebuah Harapan“Apa Dokter Farel serius mau melamar Cahaya?” tanya Dokter Hasan pada Farel dengan memasang wajah penuh penasaran. Wajar, karena sebelumnya ayah dari Cahaya itu tidak pernah berpikir bahwa dokter muda kepercayaannya menaruh hati pada putrinya. Sebaliknya, yang di pikiran Dokter Hasan selama ini adalah Farel sudah memiliki kekasih dan calon istri sehingga pria itu sama sekali tidak pernah menyinggung perihal pasangan kepada Farel. Akan tetapi, tiba-tiba saja pemuda mapan itu datang bersama ibunya dan mengungkapkan niat baik untuk melamar Cahaya. Hal itu membuat Dokter tidak bisa berkata apa-apa selain bertanya seriuskah?Dengan penuh keyakinan, Farel pun mengangguk seraya menjawab, “Iya, Dok. Saya sangat serius. Ini buktinya saya bawa Ibu saya ke sini biar Dokter yakin.” Ucapan Farel yang terkesan melucu, tetapi dengan wajah serius membuat Dokter Hasan terkekeh. “Ini beneran enggak sih, Dok? Saya benar-benar masih kurang yakin ini.” Melihat reaksi ayah dari g

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Lamaran Kilat

    BAB 47Lamaran Kilat“Jadi, Abang nggak marah sama apa yang gua sampaikan ke Cahaya?”“Enggak, Dek. Abang malah berterima kasih sama kamu. Dan sesuai dengan permintaan Cahaya, setelah Abang bersaksi di kantor polisi, Abang akan langsung datang ke rumahnya untuk melamar.” “Seriusan, Abang mau melamar Cahaya??” Raka benar-benar tidak percaya jika kakaknya menyambut bahagia atas hasil dari apa yang dia ucapkan kepada Cahaya. Bukan hanya bahagia, tetapi Farel malah berniat melamar Cahaya dengan cepat.Bagi Farel, permintaan Cahaya untuk menghadap kepada orang tuanya langsung adalah bentuk dari penerimaan gadis itu. Karena jika Cahaya menolak, pastilah gadis itu akan menolaknya langsung tanpa menyuruhnya datang ke rumah dan mengatakannya langsung kepada orang tuanya.“Iya, Dek. Abang serius. Nanti Abang akan ajak kamu dan Ibu sekalian. Abang juga akan menyiapkan semuanya secara lengkap. Jadi, Abang akan datang ke rumah Cahaya dan melamarnya secara resmi.”“Melamar Cahaya secara resmi?” ta

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Pernyataan Cinta

    BAB 46Pernyataan Cinta“Gua serius, Cahaya. Lu mau enggak jadi pacar Abang gua?” Raka bertanya pada Cahaya dengan wajah penuh keseriusan.Mendengar apa yang diucapkan Raka berhasil membuat jantung Cahaya berdegup semakin tak beraturan. “Raka, kamu jangan bercanda ya? Mana mungkin Dokter Farel suka sama Aya?”“Lu ini kenapa sih nggak percayaan banget ama gua? Gua nggak lagi becanda, Cahaya. Abang gua beneran suka sama lu.” “Bukannya Aya enggak percaya sama kamu, Raka. tapi kan ... Dokter Farel itu pemuda yang ... tampan, mapan, pastinya Dokter Farel udah punya calon istri kan?”Cahaya tidak memungkiri bahwa hatinya saat ini sedang berbunga-bunga atas ucapan dari Raka. Akan tetapi, dia berusaha keras untuk mencari pembenaran dari ucapan Raka tentang perasaan dokter muda yang mereka bicarakan.“Astagfirullah, Cahaya. Gua beneran serius!” Raka sampai kesal karena Cahaya tidak mempercayai ucapannya. “Lu tenang aja. Abang gua itu masih suci dan murni. Dia enggak pernah pacaran.”“Apa?! D

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Pelajaran untuk Mantan

    BAB 45Pelajaran untuk Mantan“Apa kita perlu laporkan Adam ke polisi, Pa?” tanya Bu Salma memberikan saran kepada sang suami.“Hmm ....” Dokter Hasan berpikir sejenak, kemudian kembali berucap, “Iya, Papa setuju. Kalau menurutmu gimana, Cahaya?” “Maksudnya Papa sama Mama mau memen jarakan Mas Adam?” Entah mengapa mendengar rencana dari orang tuanya yang akan mereka lakukan kepada Adam membuat Cahaya tiba-tiba merasa kasihan pada pria itu.“Iya, kita harus tegas supaya dia nggak bakalan ganggu kamu lagi,” jawab Dokter Hasan dengan penuh keyakinan. “Tapi, Pa ... Papa kan tahu sendiri kalau Mas Adam punya anak dan istri. Anaknya juga masih bayi. Kasihan kalau Mas Adam dipenjara, nanti siapa yang ngurus mereka?” “Cahaya ....” Bu Salma meraih tangan Cahaya dengan lembut dan membelainya. “Cahaya, dengerin Mama. Kita memang harus bersikap baik kepada orang. Tapi bukan berarti kita diam kalau ada orang yang berbuat tidak baik sama kita. Kamu masih ingat kan bagaimana perlakuan mereka dul

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   PDKT?

    “Maksud Dokter apa?” tanya Cahaya dengan wajah serius. “Jangan bercanda kayak gitulah, Dok. Enggak lucu.” Detik ini, ketika Farel mendapat kesempatan duduk berdua dengan Cahaya, ingin sekali pemuda itu bersorak dan mengungkap isi hatinya. Akan tetapi, entah mengapa nyalinya tiba-tiba menciut. Keberanian untuk berterus terang dan menyatakan cintanya tidak sebesar nyalinya ketika menantang Adam beberapa menit yang lalu.Pemuda itu terkekeh. “Hehe, enggak lucu ya? Padahal itu sudah sangat lucu buat saya.” “Nggak lucu, Dokter.”“Hehehe.” Cahaya tertegun. Dia baru ingat bagaimana bisa dokter muda itu datang tepat di saat dia membutuhkan bantuan. Mengingat jarak rumah sakit tempat bekerja pemuda itu sangat jauh karena berbeda kota. “Dok, tadi kok bisa pas gitu? Bagaimana Dokter tahu kalau Aya sedang dalam masalah karena Mas Adam tadi? Kan rumah sakit tempat Dokter kerja jauh. Apa Dokter Farel pas kebetulan lewat aja atau bagaimana??” tanya Cahaya dengan memberondong pertanyaan demi pert

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Dikejar Mantan

    Setelah hampir 30 menit Cahaya akhirnya memantapkan hati untuk keluar. Sebenarnya dia sangat malas jika harus bertemu lagi dengan mantan suaminya itu, tetapi tidak mungkin juga dia tidak pulang hanya karena menghindari Adam yang saat ini sedang menunggunya di gerbang depan.Benar saja, dengan penuh sabar Adam menunggu Cahaya keluar sejak beberapa jam yang lalu. Setelah dilihatnya mobil mungil milik Cahaya yang perlahan berjalan menuju gerbang, Adam segera menyalakan mesin mobilnya untuk menghadang jalan Cahaya. Cahaya yang melihat kehadiran mobil Adam segera menghentikan mobilnya. Dengan perasaan kesal, wanita muda itu keluar dari mobil seraya memegang satu buket bunga di tangan. Cahaya akan mengembalikan buket itu kepada si pengirim. “Assalamualaikum, Cahaya.” Adam menyapa dengan meyunggingkan senyuman tanpa sedikit pun merasa malu atau merasa sungkan.Bruk!Cahaya melempar satu buket bunga tepat di bawah kaki Adam. “Ini! Ambil kembalikan! Karena aku nggak sudi menerima apa pun da

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status