Satu Jam Sebelumnya
Setelah ditinggal pergi oleh ayahnya, Nancy kembali memikirkan ibunya. Semarah apapun dia pada ibunya tetap saja rasa rindu itu ada.
Apalagi sejak kemunculan ayahnya, Nancy mulai curiga bahwa ibunya menghilang demi menghindari ayahnya.
Nancy yakin bahwa semua yang dikatakan oleh ayahnya tak benar. Karena itu ia mati - matian menolak dan tidak mau mengakui ayahnya.
Rasa penasaran akan keberadaan ibunya yang entah di mana, Nancy kembali memikirkan untuk kembali ke hotel dan mengawasi di sana.
Kebetulan esok adalah hari libur, Nancy meminjam sepeda motor milik salah seorang teman kelasnya.
Saat hendak memasuki area hotel, Nancy mengikuti sebuah sepeda motor yang sangat ia kenal siapa sosok yang sedang mengedarainya.
Ia diam - diam mengekorinya kemudian menghilang saat sepeda motor yang ia ikuti masuk ke halaman hotel dan langsung menuju area parkir
Nancy mengabari ibunya bahwa ia sementara ini menginap di rumah teman kelasnya. Dan untuk sementara, tak ada kebencian dalam diri Nancy.Maya tentu bahagia. Putrinya telah memaafkannya. Terlebih lagi, putrinya memintanya untuk segera pulang.Namun masalahnya ialah Fred, lelaki bangsat yang sangat ia benci itu benar - benar nekat untuk terus kembali ke dalam kehidupannya.Sama seperti saat ini, alasan Nancy tak pulang ke rumah adalah lelaki itu. "Nancy gak mau pulang, Ma. Nancy nginap sementara di rumah teman.""Tapi besok kamu kan sekolah, sayang. Kenapa gak pulang ke rumah aja?" Tanya Maya balik."Ngga, Nancy gak mau ketemu ayah," jawab Nancy kekeh."Maksudnya?" Tanya Maya lagi penasaran."Ayah tadi datang ke rumah. Makanya Nancy buru - buru langsung pergi.""Sayang, dengerin Mama ya, Nak. Nancy gak boleh benci sama Ayah. Biar gimanapun dia itu ayah kamu, Nak.""Kalau aku gak boleh benci kenapa Mama boleh? Kenapa Mama selalu ngajarin yang gak bener buat Nancy?""Bukan gitu, sayang. M
Setelah keduanya selesai mandi, Maya mengajak Number One ke luar untuk makan malam. Maya memilih makan di luar ketimbang makan makanan yang disediakan restoran.Maya terus berusaha mencari kesempatan yang tepat untuk bisa memberitahu Number One namun masih belum bisa ia lakukan."Aku boleh nanya sesuatu gak sama kamu?" Tanya Maya membuka percakapan saat keduanya sedang makan."Banyak juga boleh," ucap Number One sambil tersenyum."Ngga, aku serius," ucap Maya lagi."Yaudah, mau nanya apa?"Maya menarik kursinya agar semakin dekat dengan Number One. Ia menarik nafas dalam - dalam dan mengumpulkan keberaniannya.Sesuatu yang seharusnya tak susah untuk dilakukan oleh Maya. Karena apa yang akan ia katakan saat ini demi kebaikan Number One sendiri."Kamu ngerasa ada yang aneh ngga beberapa minggu terakhir ini?" Tanya Maya pelan."Aneh? Maksudnya?" Tanya Number One balik keheranan.Maya kembali menarik nafasnya dalam - dalam sebelum kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama."Iya, kayak
Setelah tiba di rumah, Lucio ingin sekali langsung tidur. Ia tidak menemukan Feren dan teman - temannya yang lain.Ia masuk ke kamar dan langsung mengganti pakaiannya dengan celana pendek dan baju rumahan.Baru saja hendak merebahkan tubuhnya di kasur, suara telepon mengagetkannya. Lucio ingin sekali mengabaikannya namun tak kuasa melakukannya."Ya, halo...." Ucap Lucio menjawab panggilan telepon dari Maya."Halo, Number One. Maaf ya ganggu pagi - pagi. Kamu sibuk ngga? Temani aku dong.""Mau ke mana?" Tanya Lucio lagi."Ada lah, biasa mau cek lokasi. Tapi kali ini agak jauh," jawab Maya dari seberang. "Kamu sibuk ngga?" Tanya Maya lagi."Ngga sih, berangkat kapan?""Sekarang sih, kamu siap aja dulu nanti aku jemput ya.""Okelah, nanti aku kabarin ya kalau udah siap."Dengan sangat berat hati, Lucio akhirnya menerima ajakan Maya. Ia kemudian memaksa
Sudah hampir lima jam ia menunggu di depan halte namun sia - sia. Tak ada tanda - tanda bahwa orang yang ia nantikan akan keluar dari hotel.Nancy kemudian memutuskan untuk pindah ke cafe sebelah hotel agar bisa sambil memesan minuman dan juga agar lebih nyaman untuk menunggu.Sementara di dalam sana, sosok lelaki yang ia ikuti sedang asyik bermesraan. Tetapi bukan dengan ibunya melainkan teman dekat dari ibunya.Seharusnya, jika Nancy menurunkan ego dan amarahnya sedikit saja dan memutuskan untuk menghubungi ibunya, ia tentu sudah tahu di mana keberadaan ibunya saat ini.Ia membiarkan amarah menguasai dirinya dan terus mencurigai bahwa ibunya saat ini sedang berada di dalam hotel bersama lelaki brondong tersebut yang ia lihat minggu kemarin."Mau sampe pagi juga tetap aku tunggu, Ma. Aku gak main - main. Aku harus pastiin kalau lelaki itu kembali lagi ke sini buat ketemuan sama Mama.Iya, kan?"
Setelah merasa puas memainkan batang milik Number One dengan mulutnya, Bella menarik tangan Number One dan menuntunnya ke ranjang.Ia berusaha menuruti permintaan Number One untuk tidak buru - buru sehingga ia dengan sabar menahan gejolak gairah yang ia rasakan sekarang."Sekarang boleh kan gantian, kamu yang bukain punya aku?" Pinta Bella lembut.Number One menurutinya dan langsung membuka bra dan celana dalam Bella. Keduanya ia lemparkan begitu saja ke atas lantai.Bella merebahkan tubuhnya ke atas ranjang lalu langsung memejamkan kedua matanya. Ia seolah - olah pasrah dan membiarkan Number One melakukan apa saja.Pada pertemuan - pertemuan sebelumnya, Number One masih sedikit kaku dan belum banyak tahu apa saja bagian tubuh lawan mainnya yang harus ia sentuh.Namun kali ini jauh berbeda. Dan Bella menjadi wanita pertama yang mendapat pelayanan paling berbeda dibanding Ayu dan Maya.
Satu Jam SebelumnyaSetelah ditinggal pergi oleh ayahnya, Nancy kembali memikirkan ibunya. Semarah apapun dia pada ibunya tetap saja rasa rindu itu ada.Apalagi sejak kemunculan ayahnya, Nancy mulai curiga bahwa ibunya menghilang demi menghindari ayahnya.Nancy yakin bahwa semua yang dikatakan oleh ayahnya tak benar. Karena itu ia mati - matian menolak dan tidak mau mengakui ayahnya.Rasa penasaran akan keberadaan ibunya yang entah di mana, Nancy kembali memikirkan untuk kembali ke hotel dan mengawasi di sana.Kebetulan esok adalah hari libur, Nancy meminjam sepeda motor milik salah seorang teman kelasnya.Saat hendak memasuki area hotel, Nancy mengikuti sebuah sepeda motor yang sangat ia kenal siapa sosok yang sedang mengedarainya.Ia diam - diam mengekorinya kemudian menghilang saat sepeda motor yang ia ikuti masuk ke halaman hotel dan langsung menuju area parkir