Share

PINDAHAN

last update Last Updated: 2025-08-28 08:00:51

Setelah tiba di kost, Feren dan yang lainnya langsung masuk ke kamar dan mengambil tempat masing-masing. Tak ada lagi rasa penasaran dalam diri mereka.

Yang ada dalam pikiran mereka saat ini hanyalah satu, mereka merasa malu dan tak enak hati dengan Lucio atas semua yang telah mereka dapatkan dari Lucio.

"Eii, gimana? Besok ikut pindah? Aku gak enak loh sama Lucio, sumpah." Erik menjadi orang pertama yang membuka percakapan.

"Ya mau gimana lagi? Kita gak minta juga kan?" Timpal Juan, orang yang paling pertama dibantu oleh Lucio saat ia mengalami kecelakaan.

"Iya sih, emang kita gak minta tapi masa iya sih kita gak bantu apa-apa? Semua ditanggung sama Lucio sendiri?" Lanjut Erik lagi.

Sementara itu di luar, Lucio sedang bersantai di depan teras kost sambil menikmati sebatang rokok. Matanya tertuju pada layar gawainya.

"Nanti aja kita bantunya kalau udah gajian, misalnya beras atau kebutuhan dapur kita kurang kan kita bisa beli tanpa harus ngomong dulu ke Lucio," sahut Bambang.

Dari mer
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • CALL ME NUMBER ONE   GAIRAH CINTA YANG TIBA-TIBA

    Setelah menyaksikan Lucio mandi via panggilan video, Maya kini terlihat seperti gelisah seorang diri. Kantuk di matanya masih terasa karena ia belum tidur dengan sempurna.Ia terus saja mondar - mandir di dalam kamar seorang diri. Saat ini ia telah mengenakan piyama yang sama persis sewaktu ia tidur dalam dekapan Number One."Ada apa sih ini? Kenapa aku jadi keinget terus sama dia ya? Apa karena abis liatin dia mandi apa gimana sih ini? Aduhh,,,"Sudah sangat jelas bahwa saat ini Maya menjadi sangat memikirkan Number One dan ingin sekali bertemu dengannya.Ia terus memikirkan apa yang baru saja ia lihat. Meskipun ia sendiri berusaha untuk tak memikirkannya, tetap saja ia tak bisa melakukannya."Aku harus gimana ini? Kok jadi begini sih? Kalau aku minta dia ke sini, tetap aja dia pasti gak mau lakuin apa-apa. Terus aku harus gimana ini?"Maya terus bertanya seorang diri sambil tak berhenti mondar - mandir seorang diri di dalam kamarnya."Apa aku coba aja kali ya?"Tak kuasa lagi melawa

  • CALL ME NUMBER ONE   GELISAH

    Sekembalinya dari pengintaiannya, Maya tak langsung istirahat. Seluruh pikirannya masih tertuju pada sosok Nancy.Yang ia pikirkan bukanlah sosok Nancy-nya namun sosok Number One, lelaki yang ia cintai dan yang sedang ia perjuangkan.Meski ia merasa kecewa pada Number One, ia tetap berusaha agar suatu saat Number One mau berhenti dari pekerjaannya sebagai gigolo.Setelah melihat sendiri gerak-gerik Nancy yang mencurigakan, instingnya mengatakan bahawa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Number One. "Aku yakin sih, gadis itu pasti putri Maya. Ia pasti sedang memata-matai ibunya," ucap Maya seorang diri sambil mondar-mandir seorang diri di dalam kamarnya.Ia benar-benar mengkhawatirkan Number One sekarang. Ia tak mau hal buruk terjadi pada Number One. "Pokonya aku harus ikutin terus kemanapun Number One pergi, terlebih saat jadwalnya bertemu dengan wanita-wanita sialan itu," ucap Maya lagi semakin tak tenang.Semuanya telah jelas sekarang. Setelah bertemu dengan Number One, dan persis

  • CALL ME NUMBER ONE   PERTEMUAN DUA MATA-MATA

    Maya lebih dahulu bangun tepat pukul setengah lima pagi. Ia kemudian berdiri di depan jendela.Lucio yang menyadari bahwa Maya tak ada lagi dalam pelukannya langsung bangun dan menemui Maya. Ia langsung memeluk wanita itu.Maya membiarkan tubuhnya kembali dipeluk oleh Number One. Keduanya memandangi objek yang sama melalui kaca jendela yang sama.Sesekali keduanya tertawa ringan. Berbagi cerita lucu di antara mereka. Sesuatu yang sungguh berbeda terjadi malam ini.Lucio memeluk Maya hanya agar Maya merasa nyaman dan sedikit mengurangi beban yang menumpuk dalam pikirannya.Sementara Maya, ia sungguh merasa nyaman diperlakukan seperti itu oleh Number One. Ia merasa sangat disayangi. "Makasih ya telah menemani aku semalaman," bisik Maya lembut."Iya, sama-sama. Tapi kamu beneran gak apa-apa gak aku layani?" Tanya Lucio seketika."Ngga, aku menemuimu bukan untuk itu. Aku hanya ingin menenangkan pikiranku," ucap Maya lagi."Kamu ada masalah apa?" Tanya Lucio lagi."Ngga, aku cuma lagi gak

  • CALL ME NUMBER ONE   SABTU YANG BERBEDA

    Setelah pertemuan di rumah Maya, seperti biasanya Maya menghilang tanpa kabar. Lucio pun sama sekali tak menghiraukannya. Meskipun, pada kenyataannya Lucio merindukan sosok pemilik villa Aquarius itu.Lucio pulang seperti biasa setelah bangun pagi di rumah Maya. Tak ada hal istimewa yang terjadi di antara mereka berdua. Lucio berhasil menjaga prinsipnya."Makasih yah udah mau temanin aku. Aku nyaman banget tidur dalam pelukan kamu, makasih banget ya," ucap Maya pagi itu setelah keduanya bangun dan Lucio buru-buru berpamitan untuk pulang.Ia telah berjanji pada Feren dan teman-temannya untuk pindah ke kontrakan baru mereka dan ia tak mau membuat mereka kecewa.Lucio pun menemui teman-temannya pagi itu juga dan langsung bergegas untuk pindahan ke rumah kontrakan mereka yang baru. "Makasih ya, Bro. Akhirnya kita gak harus berdesakan lagi kalau tidur," ucap Juan."Oh ya, untuk kebutuhan kita sehari-hari nanti kamu gak usah lagi ya, biar kita aja yang ngurusin soal itu. Kita gak enak kalau

  • CALL ME NUMBER ONE   DALAM DEKAPAN LUCIO

    Setelah menunggu hingga beberapa jam, Lucio tak juga pulang dan menampakkan dirinya lagi di kos."Udah jam segini tapi Lucio belum juga pulang ya? Atau dia sedang bekerja ya?""Ya, bisa jadi. Kita tunggu aja. Besok pagi pasti Lucio pulang kok," ucap Feren meyakinkan teman-temannya.Sementara Lucio yang ditunggu kehadirannya, di rumah Maya saat ini ia sedang dihadapkan pada sebuah situasi yang telah menjebaknya.Sebuah situasi yang berasal dari pilihan dan keputusannya sendiri. Ia terjebak pada cinta Maya dan tantangan yang ia berikan pada wanita itu.Sehingga malam ini ia harus dipaksa menginap di rumah Maya, wanita yang telah mencintainya begitu dalam dan mau melakukan apa saja untuk mewujudkan apa yang ia mau.Setelah berada di dalam kamar Maya, Lucio tak tahu harus berbuat apa. Situasi saat ini berbeda dengan situasi saat ia berada di kamar hotel.Ia tahu apa yang harus ia lakukan jika ia datang sebagai seorang gigolo. Meskipun Maya pun menerima tawarannya, tetap saja ia seperti ke

  • CALL ME NUMBER ONE   KENCAN DI RUMAH MAYA (2)

    Setelah beberapa saat menangis seorang diri di dalam kamar Nancy yang berantakan akibat pecahan botol minuman, Maya berusaha bangkit.Ia melangkah keluar dari kamar putrinya tanpa kekuatan penuh dari kedua kakinya. Tangannya membantu memegangi tembok.Dengan sisa tenaganya Maya berusaha terus melangkah menuju kamarnya yang tak jauh dari kamar Nancy.Air matanya masih terus menetes sepanjang jalan menuju ke kamarnya. Hatinya terasa sangat sakit setelah menyadari semuanya."Nancy, maafin Mama. Please, jangan pergi tinggalin Mama...."Cuma kalimat itu saja yang terdengar beberapa kali keluar dari mulutnya. Maya terlihat serius menyesali semua yang ia lakukan.Menyesal telah menelantarkan putri semata wayangnya. Menyesal telah melupakan putrinya. Menyesal telah berani menampar putrinya untuk pertama kalinya.Untuk saat ini ia tak mampu berbuat apa-apa. Ia cuma berharap bahwa Nancy memaafkan dirinya dan tidak pergi terlalu jauh dan terlalu lama pergi dari rumah.Maya terus berusaha berjala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status