Selesai Salat Subuh Alif berpamitan dengan kedua orang tuanya. Ia menjelaskan akan kembali ke Jakarta Timur. Sudah menjadi kebiasaan Alif jika akan bepergian, ia pasti bangun lebih pagi dan memberitahukan keperluanya hari itu juga. Kedua orangtuanya pun sudah sangat mengerti.
“Ini teh pahitnya masih panas, dihabiskan dulu mas.”Bu Muthia memberikan mug putih.
Sebelumnya pun demikian, saat Alif dinyatakan lulus seleksi dan diterima menjadi pegawai negeri ia baru menyampaikan kabar tersebut saat akan pergi ke Kota Serang untuk melakukan pemberkasan, pengumpulan dokumen. Jelas kabar tersebut membuat kedua orang tuanya haru dan gembira, saat itu bapaknya malah tidak percaya.
****
“Iya pak, ini mau berangkat mengumpulkan berkas untuk kelengkapan dokumen akhir. Mungkin sekiar satu atau dua bulan lagi baru dapat Surat Keputusan”.
Bukan tanpa alasan bapaknya Alif tak percaya, namun memang Alif seperti biasa saja mengucapkan sesuatu y
“De, nggak ada yang kosong, kamu istirahat disini aja nggak apa-apa.”Nurul melihat Alif lekat dan mengangguk. Ia meminta Alif berdiri di samping kirinya.“Yaudah kamu istiraha dulu ya, kita masih ada waktu kok.”Saat Alif tepat di samping Nurul, Nurul merangkul tangan kiri Alif dan menyandarkan kepalanya di bahu kiri Alif. Untuk beberapa saat tak ada percakapan diantara mereka, senyap seketika. Alif nostalgia dengan wangi dari parfum Nurul, Nurul memejamkan matanya sejenak dan menahan haru, keduanya merasakan nyaman dan ketenangan di hati.“Maafin mas ya de,” suara Alif pelan.Nurul tak menjawab, keduanya kembali diam. Meskipun di Stasiun Duri sangat ramai, tapi waktu seperti membeku. Stasiun Duri pagi itu seperti berubah menjadi dimensi yang berbeda, Alif tak mendengar riuh ramai orang lalu lalang yang berjalan di depannya. Suara KRL yang beradu dengan relnya seperti membisu, waktu tak berjalan dengan semestiny
Commuter line bergerak ke arah Stasiun Jatinegara, meninggalkan Stasiun Tanah Abang dengan segala riuh ramainya yang menjadi saksi pertemuan dua anak manusia yang sedang sama-sama memahami perbedaan diantara keduanya. Deru mesin dan gesekan rel mengiringi keduanya dalam perjalanan kembali ke Balai Diklat Keagamaan Jakarta.Awan berarak dalam beberapa gradasi hitam abu-abu, membisikan angin di sekitarnya untuk membawanya menuju lautan. Meski ada beberapa awan yang enggan berjalan, warna abu-abunya menjadi lukisan kelabu langit Jakarta.“Mas kok kita lewat sini?” tanya Nurul masih dengan kepala yang disandarkan di bahu kiri Alif. Tangannya tetap memegang erat lengan Alif.“Iya, kita aga muter nggak apa-apa ya de, mas nggak akan pernah mau liat kamu desak-desakan lagi di gerbong,” jawab Alif lembut.Kali ini Nurul membenamkan wajahnya ke dada kiri Alif, ia sudah tidak kuat menahan haru yang ia tahan dari tadi. Air matan
“Mas, kamu jangan keseringan makan ayam geprek pedas ya!”Alif buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Akhirnya masuklah mereka ke warung nasi lesehan.“Kamu cuma pesan ikan bakar sama sayur ayem aja mas?”“Iya de, sayur asem itu favoritnya mas.”Selesai makan mereka tak langsung bergegas ke Rawa Kuning. Nurul bergeser duduknya ke samping Alif. Ia kembali menyandarkan kepalanya.“Kalau mau santai banget mas mau pesen kopi ya.”Alif menyeruput kopi hitamnya dengan perlahan. Menenangkan hatinya dengan pahit dari rasa kopi. Kopi favorit Alif adalah kopi pahit, baginya rasa pahit yang berasal dari kopi murni kejujuran dan apa adanya. Tak peduli jika ada gula maupun susu yang menjadi campuran, identitas kopi tak akan pernah hilang sedangkan gula dan susu bisa larut. Hidup pun demikian, kopi ibarat prinsip hidup, entah pahit ataupun manis yang dihadapi jika manusia memiliki tujuan dalam hidu
Lumayan lama perjalanan Alif dan Nurul dari Stasiun Cakung, hingga akhirnya sampailah di kawasan balai diklat. Sesaat sebelum turun di lobi utama, Alif dan Nurul melihat pak Fahmi di pintu lobi utama.“Mas, kayaknya aku belum siap deh teman-teman tahu hubungan kita.”Setelah turun dari mobil, Alif langsung berjalan ke arah pintu belakang sementara Nurul lewati pintu di lobi utama.Hari ini pun Alif menjadi orang yang sampai pertama, Sandi dan Bagus belum nampak batang hidungnya. Alif sengaja tidak menutup rapat pintu agar kedua sahabatnya dapat masuk dengan mudah, sementara ia akan istirahat sejenak.Saat itu sempat terlintas dalam benak Alif, apa memang belum saatnya hubungan mereka diketahui khalayak atau Nurul mau menutupinya, entahlah. Ia buang jauh-jauh pemikiran tersebut dan langsung berwudu untuk salat zuhur.Alif tertidur dalam lelah yang ia tahan, berangkat lepas subuh dari rumahnya dan terjaga menunggu Nurul ternyata memberi e
Memang setelah pengarahan tadi sore, panitia langsung mengeluarkan jadwal sidang laporan evaluasi. Sehingga banyak diantar peserta yang fokus dengan laporannya.----/Kamu dapat jadwal kapan de?----//Lusa mas, kamu kapan?----/Besok----//Btw kamu lagi apa mas?----/Ramean lagi kumpul sama teman-teman yang ngerjain laporan nih di kamar----Alif memfoto kamarnya yang dipenuhi oleh teman sekelasnya dan mengirimkannya ke Nurul.----//Kok kamu malah asyik foto-foto mas, nggak ikutan gabung sama yang lain?----/Hehehehe---//Kenapa kamu mas?Malah cekikikan----/Ternyata begini ya rasanya----//Apaan mas?Huuuuft nyebelin----/Ternyata begini ya rasanya kalau udah selesai laporannyaHehehehe----//Wuuuuuuu kamu sombongYudah aku lanjut yakMalam itu Alif hanya a
“Baiklah kami sangat puas dengan pemaparan saudara, saya harap inovasi yang sudah saudara buat ini dilanjutkan. Jarang sekali saya menemukan laporan evaluasi unik sekaligus berbobot seperti ini,” ucap penguji utama ke Alif.Alif menutup laporannya dengan ucapan terima kasih dan meninggalkan ruangan setelah menyalami tiga pengujinya. Laporan evaluasinya membuat ketiga penguji merasa puas, walaupun di awal sempat hilang fokus karena memikirkan perkataan Nurul namun perlahan ia mampu menguasai kembali materinya. Setelahnya tak ada halangan yang berarti.Alif ingin segera menemui Nurul, pertama jelas untuk mengembalikan laptopnya dan kedua ia ingin menanyakan langsung arti dari menutupi hubungannya dengan teman sekelasnya. Gawai Alif bergetar.“Assalamualaikum, halo mas, Mas Alif ada yang nyariin nih, udah selesai belum ya sidang laporan evaluasinya?” suara bang Bagus dari seberang telepon.“Walaikumsalam, iya bang baru aja ni se
Nurul nampak tertidur dalam perjalanan, Alif menggeser sedikit kepalanya dan menatap sangat dekat Nurul Qolbi Izazynya itu. Ia mengusap kepalanya perlahan.“De, bangun de. Bentar lagi kita sampai di Stasiun Cakung.”Alif dan Nurul mengambil jalur ke Stasiun Jatinegara dan lanjut ke Manggarai, siang itu setiap gerbong yang mereka naiki nampak banyak yang kosong. Semenjak duduk dari Stasiun Cakung, Nurul masih nyaman dengan pundak Alif.“Tadi lancar de sidang laporannya?”“Lancar dong mas, cuma tadi aku sempat kagok waktu jelasin alat peraga, terus sama penguji kedua masa disuru sambil praktik. Untung penguji utamanya bu Ayu yang waktu itu jadi instruktur di kelas kita mas, jadi beliau belain aku.”Perlahan suara Nurul hilang, ia lelap dalam nyaman penjagaan Alif. Alif memang selalu menjadi pendengar setia untuk Nurul, jika Nurul sudah bercerita entah itu hal konyol, serius, sedih, gembira atau apa pun itu maka Ali
Seminggu setelah laporan evaluasi, Alif telah kembali ke Sumur Ujung Kulon, kehidupan menbosankannya kembali sedia kala, hanya hari Sabtu dan Minggu yang dapat membuatnya begitu bergairah. Baginya kini, jarak tempuh Sumur ke Rangkasbitung saat weekend seolah rutinitas baru yang tidak boleh terlewat.Trek lurus dan berkelok sepanjang jalan garis pantai dari Sumur, Cikujang, Tanjung Lesung, hingga Panimbang semakin akrab dengannya. Meski sekali tempuh perjalanan bisa menghabiskan waktu tiga sampai empat jam, namun bagi orang yang sedang dimabuk cinta seolah tiada arti.Bukan semata Alif tak sadar menjalaninya, mabuk yang dimaksud bukan juga dalam arti segala tindakan Alif tanpa dasar. Baginya, segala daya upaya yang kini tengah ia lakukan semata bentuk dari perjuangan dan pembuktiannya bahwa ia benar-benar serius merawat hubungannya dengan Nurul.Sabtu ini pun ia akan ke Rangkasbitung untuk bertemu Nurul, ia pergi dengan penuh kesadaran saat memperhitungk