Hari Alif kembali ke Sumur Pandeglang, atas masukan dan dukungan Fatimah, ia akhirnya tidak jadi resign dan masih bekerja seperti biasa. Untungnya Alif masih bisa berangkat bersama dengan Mustafa dan Zulham. Teman-temannya itu lewat Tol Serang-Panimbang, jadi Alif bisa menunggu mereka di pintu keluar tol, di Rangkasbitung. Tol Serang-Panimbang memang belum sepenuhnya selesai, jalan yang sudah selesai baru sampai Rangkasbitung.Alif mendapat kabar jika proyek yang dipegang oleh timnya sudah mendapat izin dari pemerintah setempat dan dinas pariwisata, sehingga objek wisata air Wahangan yang ditugaskan padanya bisa mulai dibuka untuk umum.“Kapan nih makan-makannya, Lif? Ucap Mustafa.“Lah, loe belum makan, Bang?”“Bukannya belum makaaaaan, panjul. Proyek loe kan lancar tuh.”“Hehehe, hayuk. Nyobain ikan nila di Bendungan Cikoncang gimana?”“Dimana tuh?”“Daerah munjul, nanti ambilnya dari arah pasar Panimbang belok kiri.”“Makin jauh dong kita.”“Yah, itu sih penawaran, Kalau mau ya hay
Di sepanjang jalan Alif terus-terusan kepikiran, duduknya tak tenang, tangannya berkali-kali melihat gawai. Baru saja Alif merasakan indahnya kebersamaan yang sedang ia bangun dengan Fatimah, tanpa ada angin dan badai tiba-tiba Nurul malah kembali membuka komunikasi dengannya. Alif tentu tidak asing dengan profil WA yang tadi mengirim pesan kepadanya, itu jelas Nurul. Meskipun nomernya sudah ia hapus, tapi tetap mudah ia kenali.Alif tidak membalas pesan yang ia dapat, ia berusaha untuk tetap menjaga rumah tangganya dengan Fatimah. Setelah semua yang ia alami saat dahulu bersama Nurul, rasanya sudah cukup ia merasakan pahitnya dikhianati. Alif hanya bisa mendoakan agar Nurul selalu baik-baik saja, bukan semata karena ia ingin membalas sakit hati yang pernah ia alami, tetapi ia pun sadar jika menyimpan rasa kesal dan sesal yang berkepanjangan hanya akan menjadi penyakit di hatinya.****“Kamu mau kemana lagi?”“Kamu kenapa sih nanya terus? Udah kayak anak kecil aja.”“Eh, aku ini istr
Lelaki kurus dengan carrier enam puluh lima liter itu mempercepat langkahnya, ia memasuki gapura Stasiun Kereta Api Tangerang, coummuter line yang pagi ini akan ia naiki berangkat pukul 07:00 WIB. Namun, bukan kegusaran karena terlambat naik KRL yang membuatnya nampak terburu-buru, ia telah membuat janji dengan temannya untuk bertemu tepat pukul 6:30WIB, masih ada waktu lima menit lagi sebelum waktu yang disepakati.Sesampainya di depan stasiun, tepat di depan pembelian loket ia nampak mengawasi keadaan sekitar. Matanya tidak menangkap sosok yang ia kenali, setelah ia membei tiket lantas ia keluarkan gawainya.“Assalamualaikum, halo pak Fahri,” suaranya mengawali pembicaraan.“Oia, Mas Alif udah sampe belum, Mas? Saya udah di dalam nih pas banget depan KRL, Mas Alif di mana?” jawab pak Fahri.“Saya tepat di pintu masuk pak, dekat loket. Ouh gitu okay pak saya masuk kalau gitu, assalamualaikum,” ia menu
“Ternyata ke dalam banget ya pak tempatnya,” celetuk Alif ke pak Fahri setelah sampai gerbang di lokasi yang dituju.“Iya mas, inimah di dalem banget,” jawab pak Fahri yang tak kalah dibuat heran.Tempat yang dituju oleh Alif dan pak Fahri adalah Balai Diklat, Alif dan pak Fahri akan menjalani pendidikan dan latihan bagi orang-orang yang baru saja menjadi pegawai negeri.Mereka turun di lobi utama, memastikan informasi di depan pintu masuk dan kemudian keduanya masuk. Di dalam ada beberapa orang yang sudah sampai duluan, ada yang sibuk dengan gawainya, ada yang sibuk dengan orang di sampingnya, ada pula yang sibuk menata barang bawaannya.“Ouuh man, what’s going on. Ada aja yang ketinggalan, mesti balik lagi ke mobil”.Suara gadis dengan wajah tirus mencairkan suasa lobi utama, hijabnya sangat modis namun simpel. Ia berlalu begitu saja seolah seisi ruangan tidak memperhatikannya. Termasuk Alif.
Alif terbangun saat mendengar suara percakapan di kamarnya, ia mendapati dua orang yang baru pertama ia lihat. Ia membetulkan posisi duduknya di atas tempat tidur, mencoba memfokuskan diri dari kantuk yang tersisa.“Weeeh dia kebangun,” ucap seorang lelaki bertubuh berisi dan berkacamata.“Ehh maaf nih kita berisik ya?” seorang lagi menimpali, lelaki kurus dengan stelan yang rapi.“Eh nggak kok, ini tadi emang ketiduran aja, enak adem banget,” jawab Alif.“Oia gue Sandi.” Lelaki berkacamata itu mengulurkan tangan ke Alif dan berkenalan.“Alif, Alif Pramata.” Balas Alif santai.“Saya Bagus bang, bang Alif udah lama datengnya?” giliran lelaki dengan perawakan kurus mengenalkan diri.“Sekitar jam dua belas kurang kayaknya, lagi panas-panasnya tadi cuaca, makanya langsung rebahan deh hehehe,” jawab Alif.“Iye bang panas beud, kaga nahan
Alif, Sandi, dan Bagus kembali ke kamar. Sandi dan Bagus masih sesekali tertawa dengan kejadian yang mereka alami. Sementara Alif jadi bahan ledekan keduanya. Tanpa disadari ketiganya, dalam pertemuan yang masih sangat baru bagi orang yang sama sekali belum kenal, suasa di kamar B.10 menjadi hangat dengan tawa dan keakraban yang tercipta. Sosok Alif yang mampu menyesuaikan diri dengan cepat, Sandi yang sedikit konyol, dan Bagus yang pendiam dan mampu mengimbangi, menjadikan ketiganya seperti saudara lama yang baru bertemu kembali.Hari pertama mereka di acara diklat hanya sampai pukul 17:30WIB, setelah seremonial dan acara dibuka oleh ketua pelaksana kegiatan, semua peserta diberikan kesempatan untuk kembali ke kamar masing-masing dan istirahat.Alif sempat bertemu dengan pak Fahri saat di aula utama. Namun, selama kegiatan diklat mereka terpisah dalam kelas yang berbeda. Ternyata kelas peserta di kelompokkan berdasarkan gedung. Gedung A untuk kelas A, Gedung B u
BAB 5STALKERSeorang instruktur masuk dan memberikan arahan.“Coba bapak/ibu perwakilan dari kelas ini ke ruang panitia di lantai 1 gedung A, silakan ambil seragam trainingnya setelah itu saya tunggu setengah jam dari sekarang di lapangan dan sudah mengganti pakaiannya dengan seragam training ya!” suara Instruktur menutup pengumuman.“Ayok mas sama saya!” ucap seorang lelaki yang tingginya sama dengan Alif.Alif menyetujui dan langsung keluar kelas. Alif mencari-cari ruang panitia di lantai 1, ia dengan teman barunya nampak ragu untuk masuk. Namun, ada seorang peserta diklat dari kelas lain yang bertemu di depan pintu masuk panitia, mereka sepakat untuk masuk bersama.Di dalam ada dua karung besar yang berisi seragam training, panitia langsung meminta membawakan karung tersebut dan membagikannya ke peserta lain. Di lampirkannya daftar hadir peserta untuk diceklist bagi yang sud
Alif nampak fokus memperhatikan pemateri, namun ia tidak bisa membohongi saat perlahan kantuk menyerangnya, kelopak matanya seperti digelayuti anak timbangan lima gram. Ia menggeser posisi duduknya sedikit ke belakangan agar tidak langsung terlihat pemateri. Bang Sandi yang duduk di samping kirinya menyadari kantuk yang dirasakan Alif, ia memberinya permen. Alif menerimanya, saat suara pemateri sedang meninggi menjelaskan materi, Alif langsung membuka kemasan permennya.Saat menjelang sesi materi pagi selesai, terdengar pengumuman dari speaker di kelas. Panitia menginfokan ada dokter yang akan standby selama jam istirahat siang, peserta yang merasa atau sedang sakit bisa melakukan pemeriksaan.Siang itu Alif membawa daftar hadir kelas ke musala, ia mengirimkan pesan ke grup WA kelas yang baru saja ia buat.-----Kelas B NewsTeman-teman yang mau isi presensi ibadah bisa langsung ke musala ya, presensi saya taro di meja pin