Share

BAB 68

Author: jasheline
last update Last Updated: 2025-01-24 23:22:55

Malam semakin larut. Di ruang tamu rumah Rangga, suasana begitu sunyi, hanya suara detak jam yang terdengar samar. Selena, Rangga, Linggar, Ustadz Sholeh, dan Ayah Nicholas duduk melingkar, masih diselimuti ketegangan.

Di sofa, Ayah Rangga terbaring tak sadarkan diri. Bukan sekadar pingsan, tapi tubuhnya kaku seperti orang yang terkena stroke. Raja monyet itu memang telah terusir, namun jiwa Ayah Rangga seolah ikut terbawa. Napasnya tersengal-sengal, wajahnya pucat, seperti bayangan hidup tanpa jiwa. Harapan untuknya kembali sadar terasa semakin tipis.

Selena menghela nafas panjang. "Rangga, kami pulang dulu. Udah malam banget, besok kita coba lagi. Siapa tahu ada keajaiban, ayahmu bisa sadar," ujarnya lembut.

Rangga mengangguk pelan, tapi matanya masih dipenuhi kebingungan. "Sel, makasih… Aku seneng banget kamu selamat. Tapi siapa yang nyulik kamu? Kamu tau orangnya?" tanyanya hati-hati.

Sebelum Selena sempat menjawab, Linggar sudah lebih dulu menyahut dengan nada penuh amarah. "Boka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CALON TUMBAL   BAB 69

    Setelah kembali dari makam, Selena terkejut melihat keramaian yang terjadi di depan rumah Rangga. Warga setempat tampak berkerumun dengan keluhan gatal-gatal yang merata. Mereka berasumsi bahwa leluhur mereka marah akibat perbuatan ayah Rangga yang melakukan pesugihan monyet dan melanggar aturan yang ada di kampung mereka.Tak hanya itu, anak didik Ustadz Sholeh dari pondok juga datang menyusul. Mereka bercerita bahwa di pondok terjadi kerasukan, dan seluruh penghuninya mengalami gatal-gatal yang sama. Ustadz Sholeh pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke pondok."Ini pasti gara-gara Warsono nyugih! Bawa sial bener orang ini!" teriak salah seorang warga, marah-marah."Heh! Heh! Heh! Yang benar kalian ngomong! Abangku udah meninggal, kalian baru sekarang ngeluh dan protes begini!" balas adiknya Ayah Nicholas dengan suara keras, tampak sangat kesal. Emosinya memang mudah tersulut, dan kali ini ia tampak benar-benar terbakar."Ya karena sebelumnya kita nggak tahu! Ini pasti leluhur kita

    Last Updated : 2025-01-25
  • CALON TUMBAL   BAB 70

    Malam itu, Selena benar-benar meminta izin pada ayah Nicholas untuk menginap di rumah Rangga. Rumahnya masih ramai, banyak orang yang sedang melekan dan melanjutkan tahlilan. Selena, Linggar, dan Rangga duduk bersama di ruang tamu, sementara orang-orang lain masih melanjutkan doa-doa mereka. Namun, satu hal yang tidak bisa Selena temukan: ibunya Rangga.Tiba-tiba, terdengar suara aneh yang mencuri perhatian Selena. "Srek! Srek! Srek!" Suara itu seperti orang yang sedang mengasah pisau dengan batu asahan.Hanya Selena yang mendengar suara itu, sementara yang lain tampak tidak merespons. Perasaan cemas mulai tumbuh dalam dirinya. ‘Ada apa ini?’ batin Selena, semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres. Dia berdiri, dengan hati-hati mengikuti arah suara itu. Dari pintu belakang dekat dapur, Selena melihat ibunya Rangga yang sedang mengasah pisau dengan wajah kosong dan tanpa ekspresi.Malam yang sunyi dan sepi, ditambah dengan ibunya Rangga yang tampak begitu aneh, membuat siapapun pasti

    Last Updated : 2025-01-26
  • CALON TUMBAL   BAB 71

    Selena dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh ayahnya. Nafasnya tersengal, tubuhnya dingin, dan darah terus mengalir dari lukanya. Waktu terasa berjalan lebih lambat bagi mereka yang menyaksikannya. Beruntung, ayah Nicholas adalah seorang dokter, dia tahu harus berbuat apa dalam situasi genting seperti ini.Di ruang tunggu, Linggar duduk gelisah di samping ayah Nicholas. Tangannya gemetar, bajunya ternoda darah Selena.“Selena bakal baik-baik saja, kan, Om?” tanyanya lirih, suaranya nyaris bergetar.Ayah Nicholas menatap kosong ke depan, seakan meyakinkan diri sendiri sebelum menjawab. “Dia harus baik-baik saja. Dia pasti baik-baik saja.”Hening sejenak. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar.“Selena selalu terlalu baik,” gumam ayah Nicholas. “Bahkan dengan mereka yang sudah tidak hidup sekalipun, dia masih merasa kasihan. Dan inilah yang paling aku takutkan… Dukun itu bisa melakukan apa saja.”Linggar menoleh cepat. “Dukun?”Tatapan ayah Nicholas berubah tajam. Ia bangkit dari

    Last Updated : 2025-01-27
  • CALON TUMBAL   BAB 72

    "BRAK!!!"Pintu gubuk reyot itu terhempas dengan keras. Serpihan kayu beterbangan, menggema di tengah keheningan hutan. Para warga menyerbu masuk, beberapa dari pintu depan, yang lain dari pintu belakang, sementara beberapa orang berjaga di jendela, siap menangkap dukun santet itu jika ia mencoba melarikan diri.Namun, begitu pintu terbuka… Bau busuk langsung menyergap hidung mereka.Bukan sekadar bau darah ini lebih mengerikan. Campuran anyir, bangkai, dan sesuatu yang tak bisa mereka jelaskan memenuhi udara dengan begitu pekat, menusuk hingga ke tenggorokan."Hrrgh...! Bau apa ini!?" salah seorang warga langsung menutup hidung, wajahnya berubah pucat.Yang lain ikut tersedak. Beberapa refleks menutup mulut dan hidung mereka dengan tangan atau kain, tapi bau itu seakan menempel di kulit mereka, merasuk ke dalam paru-paru."HOEEK!!"Seorang pria tak mampu menahan diri. Ia membungkuk, muntah seketika. Yang lain menyusul, wajah mereka semakin pucat saat kaki mereka melangkah lebih jauh

    Last Updated : 2025-01-28
  • CALON TUMBAL   BAB 73

    Akhirnya, Selena dibawa ke Jakarta tanpa sepengetahuan Rangga. Ambulans melaju kencang, diiringi oleh mobil polisi dan kendaraan ayah Nicholas, membelah jalanan malam menuju ibu kota. Sirene meraung tanpa henti, menciptakan gema yang menusuk keheningan."Ni! Nu! Ni! Nu! Ni! Nu!" Sementara itu, di desa...Rangga hanya bisa menatap layar ponselnya dengan perasaan hampa. Pesan dari Linggar terasa seperti hantaman keras ke dadanya. Selena telah pergi. Rasa bersalah menggerogoti hatinya. Seharusnya dia bisa melakukan sesuatu. Seharusnya dia bisa melindungi Selena.Di tempat lain, ibunya Rangga telah dibawa kembali ke pondok pesantren. Para kyai bersiap untuk meruqyah dan membersihkan tubuhnya dari makhluk-makhluk yang telah bersarang akibat pesugihan terkutuk itu. Namun, pembersihan ini bukan proses singkat memutus rantai tumbal pesugihan bukanlah hal yang bisa selesai dalam satu malam.Keesokan harinya...Perburuan dimulai. Semua warga telah menyebar. Mereka menggeledah hutan, menyisir s

    Last Updated : 2025-01-29
  • CALON TUMBAL   BAB 74

    Langit tidak mendung, dan hujan pun tidak turun, namun petir menyambar keras di siang bolong. Suara gemuruhnya menggetarkan udara, dan seketika seluruh warga terdiam, merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul. Namun, kakek bongkok itu justru terkekeh geli, merasa petir itu adalah sahutan dari rajanya, yang seolah merestui tindakannya."Cepat, bakar dia!" Ujar adik ayah Rangga, suaranya tegas. Dia mulai mengatur kayu-kayu besar dan menumpuknya mengelilingi tubuh kakek bongkok yang sudah terikat.Kayu yang digunakan bukan kayu sembarangan, seakan cukup untuk memanggang domba seberat satu ekor hingga matang sempurna. Dengan penuh kehati-hatian, bensin disiramkan, bahkan sampai ke tubuh kakek bongkok itu sendiri, dan korek api pun mulai dinyalakan.Adik ayah Rangga sudah tersenyum penuh kepuasan. Dia merasa, akhirnya, dukun santet yang selama ini telah menimbulkan banyak penderitaan akan menemui akhir yang setimpal. Namun, saat dia hendak melemparkan korek api ke tumpukan kayu, tiba-tiba

    Last Updated : 2025-01-30
  • CALON TUMBAL   BAB 75

    Malam Hari di JakartaSelena akhirnya membuka mata setelah tak sadarkan diri sejak kemarin. Pandangannya masih buram, tetapi yang pertama kali ia lihat adalah wajah seorang perempuan sangat dekat, hampir menempel dengan wajahnya."Astaghfirullah!" Selena tersentak, jantungnya berdebar kencang."HUAA!" Sosok perempuan itu juga terkejut, seolah tak menyangka dirinya bisa terlihat. Dalam sekejap, ia menghilang begitu saja.Kalau saja Selena punya penyakit jantung, mungkin dia sudah mati di tempat. Baru saja sadar, dia langsung dihadapkan dengan sesuatu yang tak seharusnya ada di dunia nyata.Matanya bergerak liar, mencoba memahami situasi. Ini rumah sakit, jelas dari bau obat yang menyengat dan lampu putih redup di langit-langit. Tapi ada sesuatu yang ganjil. Sekelilingnya, berjejer sosok perempuan dalam balutan kain putih panjang, rambut mereka tergerai menutupi sebagian wajah. Mereka menatapnya dalam diam.Selena menelan ludah. "Kenapa kalian ngeliatin aku kayak gitu?"Para sosok itu s

    Last Updated : 2025-01-31
  • CALON TUMBAL   BAB 76

    Setelah ibunya menceritakan kisah kelam hidupnya yang singkat itu pada Selena, kini Selena tengah berusaha membujuk ibunya agar bisa pergi dengan tenang ke tempat yang lebih baik. Selena tahu betul bahwa ibunya sangat mencintainya, tetapi dia tak ingin ibunya terus terjebak di dunia ini, terikat oleh masa lalu yang penuh penderitaan."Bunda nggak mau ada yang nyakitin kamu, Selena... Bunda mau terus melindungi kamu," ujar ibunya, dengan suara penuh keputusasaan dan air mata yang terus mengalir."Tapi Selena sudah baik-baik saja sekarang, Bunda. Bunda sudah berhasil melindungi Selena dari kakek jahat itu. Bunda bisa pergi sekarang, Bunda," kata Selena, mencoba meyakinkan ibunya."Apakah Bunda nggak kangen sama Ayah? Selena yakin Ayah pasti ingin sekali bertemu dengan Bunda sekarang. Ayah pasti bangga, karena Bunda berhasil melindungi Selena dengan sangat baik," tambah Selena dengan suara lembut, meski hatinya terasa sangat berat."Mas Sinclar..." gumam ibunya, mengenang nama yang begit

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • CALON TUMBAL   BAB 127

    Selena sedang berada di dalam kamarnya dan dia sedang menangis sesenggukan sekarang setelah sholat Isya, dia masih terpikirkan dengan apa yang ayah Nicholas katakan tentang kondisinya."Hiks! Hiks! Ya Allah, gimana caranya ngomong sama abang." Gumam Selena.Ponselnya berdering dan itu panggilan video dari Nicholas. Tapi Selena bingung bagaimana dia harus menghadapi Nicholas, wajah sembab dan suaranya yang bindeng tentu akan mengundang pertanyaan dan kekhawatiran Nicholas.(Kilas Balik Selena Bermula)Sebelumnya Selena masih mematok di depan kaki ayah Nicholas, ia masih menunggu ayahnya itu jujur dan berterus terang padanya. Ayah Nicholas seolah terpojok, bahkan dia tidak tega melihat Selena yang terus duduk di bawah kakinya sambil sesekali menghapus air matanya.Akhirnya ayah Nicholas menghembuskan nafasnya dan tersenyum, lalu mencoba membangunkan Selena dari duduknya, tapi Selena tidak mau."Haihh.. memang susah menyembunyikan sesuatu dari kamu, hehehe.." Kekeh ayah Nicholas."Bangun

  • CALON TUMBAL   BAB 126

    Selena sedang membakar bungkusan yang diberikan oleh supirnya yang dikira itu diberikan oleh Rangga, Selena tidak membukanya sama sekali dia langsung membakarnya sambil membaca doa.Dan benda itu menghilang secara misterius setelah di bakar, yang diyakini itu adalah bungkusan benda berisi kiriman santet. Selena sekarang mencoba menghubungi Rangga.."Halo, Assalamu'alaikum, Ra." Ucap Selena ketika panggilan teleponnya terhubung dan dia sengaja meletakan dalam speaker handphonenya agar supirnya juga ikut mendengar suara Rangga."Wa'alaikumussalam, kenapa Sel?" Tanya Rangga, supir Selena terlihat mengerutkan keningnya mendengar jawaban Rangga."Ra, tadi lu ke kampus gue?" Tanya Selena."Enggak, gue jenguk om Basuki abis gue kelar di bengkel, Sel. Lo udah sama om Basuki?" Sahut Rangga, supirnya terlihat menutup mulutnya."Gue mau ke rumah sakit jemput papa, tapi tadi katanya lo dateng kesini nganter kiriman." Ujar Selena, Rangga dalam panggilan itu terdengar kebingungan."Gue ngga kemana-

  • CALON TUMBAL   BAB 125

    Selena mengantar Linggar lebih dulu, dan sebelum Linggar masuk Selena memastikan lebih dulu agar tidak ada yang ikut dengan Linggar."Sel, lu nggak apa apa?" Tanya Linggar."Nggak apa-apa, udah biasa. Kalo mereka nyerang gue nggak apa apa, karena gue bisa tau, tapi kalo mereka nyerang lu dan orang-orang yang deket sama gue, gue baru khawatir." Ujar Selena sambil fokus menetralisirkan tubuh Linggar.Linggar yang mendengar itu merasa menjadi orang yang spesial karena Selena peduli padanya. Padahal Selena mengatakan itu bukan dengan maksud apapun, dia murni berkata demikian karena tidak mau orang lain yang dekat dengannya jadi terkena imbasnya."Udah, aman." Ujar Selena."Makasih, Sel." Ujar Linggar dan Selena tersenyum."Gue pulang, ya." Ujar Selena dan Linggar mengangguk."Ati-ati." Ujar Linggar."Siap." Sahut Selena, lalu masuk kembali kedalam mobil. Selena masih merasakan energi yang mengikutinya itu berada di mobil, yang berarti sejak tadi kiriman itu memang berada di mobil dan ikut

  • CALON TUMBAL   BAB 124

    Lalu akhirnya setelah pulang kuliah, Selena menepati janjinya pada ibunya Intan untuk menyampaikan maaf Intan pada kedua orang tuanya Roy. Sekaligus juga Roy ikut dan kini mereka sedang berada di rumah Roy, bersama Faaz, Doni dan Linggar.Kedua orang tua Roy saat ini sedang menangis, terutama ibunya yang menangis sampai terisak-isak setelah mengetahui kebenaran tentang kematian Roy. Ibunya Intan sampai bersimpuh di depan ibunya Roy dan meminta maaf atas nama Intan, Selena, Linggar, Faaz, Doni dan hantu Roy yang melihat itu juga ikut sedih."Roy.." Gumam ibunya Roy sambil terisak."Tante, aku mau ngasih tau kalo Roy masih penasaran di dunia. Dia masih berada di dunia dan sekarang dia ada didekat tante, di sebelah kanan tante." Ujar Selena, ibunya Roy menoleh ke kanan tapi tentu saja tidak ada siapapun."Roy mau pamit sama tante dan om, karena dia sudah tidak penasaran lagi. Alasan kematiannya bukan bunuh diri tapi karena diganggu yang ghaib." Ujar Selena lagi."Roy! Roy! Kamu dimana na

  • CALON TUMBAL   BAB 123

    Meski Selena sudah bilang bahwa jangan keluar rumah, tapi ayah Nicholas tetap saja pergi. Ayah Nicholas bilang pada bibi dia pergi bukan mau bekerja tapi menemui temannya, bibi pun mengangguk karena memang ayah Nicholas tidak membawa jubah dokternya.Ayah Nicholas pergi ke rumah sakit, tapi bukan untuk bekerja melainkan dia menemui teman dokternya yang kemarin memapahnya, seorang dokter ahli neurologi. Temannya itu tersenyum melihat kedatangan ayah Nicholas."Nah.. Akhirnya mau juga datang kemari, dok." Ujar teman ayah Nicholas, namanya dokter Jaya."Haha, iya. Dimarahin sama anak, nggak boleh kerja jadi saya nggak kerja hari ini. Karena nggak ada kegiatan jadi saya kesini untuk memeriksakan diri." Ujar ayah Nicholas."Emang mantranya anak perempuan tuh ampuh pokoknya, kalo nggak boleh ya nggak beneran, hahaha.." Dokter Jaya terkekeh."Jadi, tolong periksa saya dok." Ujar ayah Nicholas."Tentu dok, mari." Ujar dokter Jaya.Mereka sama-sama dokter profesional, dan mereka juga sama-sama

  • CALON TUMBAL   BAB 122

    Setelah Selena memastikan ayahnya sudah masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, Selena pun kini kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa bersalahnya. Selena tau rumah itu dipagari dan pagarnya juga sangat kuat, tapi Selena tidak terpikirkan bahwa semakin kuat pagar gaibnya maka semakin besar juga usaha yang dikerahkan ayah Nicholas.'Jangan khawatir Selena, aki bisa menjaga kamu dan rumah ini.’ Tiba-tiba suara aki muncul."Makasih aki, tapi aku tetep merasa bersalah sama papa." Ujar Selena."Aku akan belajar untuk memagari rumah ini sendirian, supaya nggak bikin papa capek." Ujar Selena.Selena akhirnya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan ketika dia sedang mandi dia kembali teringat dengan sosok-sosok yang berada di rumah Pak Hasan yang menyambutnya dengan ramah.Sosoknya ada yang berupa binatang macan putih yang sangat besar bahkan lebih besar dari gajah, lalu ada yang seperti aki namun dalam versi lebih pendek sedikit, dan juga ada yang seperti manusia biasa na

  • CALON TUMBAL   BAB 121

    Selena berdiri di luar ruangan Intan setelah berhasil melepaskan susuk terakhir dari Intan, dan Intan akhirnya sudah berpulang.."Pada akhirnya, dia meninggal dengan menderita." Gumam Selena."Kita sampein maafnya ke keluarganya Roy besok, Roy juga masih belum bisa pergi kan?" Tanya Linggar, dan Selena mengangguk."Siapa tau setelah ini dia bisa pergi dengan damai." Ujar Linggar."Iya.." Ujar Selena.Ya, Roy.. Sebelum Intan meninggal, dia menyebut nama Roy. Dia mengakui dirinya juga membuat Roy kehilangan akal. Ibunya tidak tahu siapa Roy, tapi Selena memberi tahu bahwa Roy adalah kakak seniornya di kampus."Yuk, makan dulu. Kita ampe lupa makan dari siang." Ujar elang dan Selena kembali mengangguk.Pak Hasan sudah lebih dulu pergi untuk melebur semua susuk yang keluar dari tubuh Intan, ada sekitar 17 susuk yang ditempatkan di setiap titik mata memandang sehingga banyak pria yang tertarik melihat Intan karena banyaknya susuk yang terpasang.Intan dan Linggar kini sedang berada di rest

  • CALON TUMBAL   BAB 120

    Selena dan Linggar sedang duduk di dalam mobil, Selena masih memikirkan apa yang dilihatnya di alam astral dan yang terjadi di dunia nyata berbeda tapi berujung sama. Kini harapan mereka yang bisa menolong Intan sudah tidak ada, lalu apa Intan bisa ditolong?Sebelumnya, ibu-ibu yang mereka temui itu memberitahu kematian nenek Darsih yang tidak normal juga.(Kisah Balik Bermula)"Kami di kampung ini semua tahu nenek Darsih tuh siapa, dia ilmunya tinggi sampe banyak pelanggan yang dateng. Tapi seminggu lalu, nggak tau kenapa dia nggak pernah keluar dari rumah." Ujar ibu-ibu itu."Terus baru tiga hari lalu semua warga di sini curiga dengan rumah nenek Darsih yang baunya banget-bangetan, bau bangke! Semua orang pun akhirnya mendobrak masuk dan mereka menemukan jasadnya nenek Darsih yang udah busuk dibelatungin." Ujar ibu-ibu itu lagi."Inalillahi.." Selena bergumam."Nggak tau itu nenek meninggalnya dari kapan, ditemuinnya udah busuk dan belatungan. Baunya beeuuhh.. Naudzubillah!""Nggak

  • CALON TUMBAL   BAB 119

    Selena dan Linggar serta ibunya Intan sudah sampai di sebuah rumah yang tampak sangat asri, rumahnya juga tipikal rumah lama era 80 an dengan taman yang hijau dan pohon-pohon yang rindang."Ini bener rumahnya, Sel?" Tanya Linggar."Menurut maps sih iya, Jalan xx no 44." Sahut Selena."Bentar gue telpon dulu." Ujar Selena, dan ia menghubungi seseorang."Assalamu’alaikum, Om. Selena di depan rumah nomor 44 sesuai yang Om kasih." Ujar Selena."Oh, iya-iya Om." Sahut Selena.Tak lama ada seorang pria yang membuka kan pintu gerbang, dan mobil Linggar dipersilahkan masuk. Selena, Linggar dan ibunya Intan pun turun dari mobil."Non Selena, ya?" Tanyanya, dengan logat sunda."Iya pak, Om Hasannya ada?" Sahut Selena."Panggil mamang aja, Pak Hasan aya di dalam, silahkan masuk atuh." Ujar si bapak tadi."Oh, iya mang." Sahut Selena dengan senyumnya.Selena terkesima dengan rumah Hasan yang sangat adem, nyaman dan asri. Beda dengan rumah-rumah jaman sekarang yang modern tapi terlihat panas, ruma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status