Jendela dengan dua pintu di dekat balkon terbuka lebar. Gorden putih yang menjuntai menyapu lantai beterbangan tersapu angin malam. Di tepi balkon Lusie menyendiri dengan segala pemikiran yang silih berganti menyerang kepalanya.
Dua jam yang lalu ia ditinggalkan Hero usai diperlukakan seperti perempuan yang memperjual belikan tubuhnya untuk dinikamati. Padahal Lusie adalah istri sahnya, tidak peduli bagaimana pun pernikahan mereka berawal, Hero seharusnya memperlakukan ia selayaknya perempuan yang sudah ia nikahi.Mata Lusie memanas ketika melihat dari lantai bawah seorang perempuan keluar dari mobil membopong Hero dengan jalan terseok-seok. Astaga, itu Marina! Supermodel itu datang ke rumahnya saat pagi hampir tiba. Walaupun Lusie tidak begitu mencintai Hero, tetapi hatinya tetap merasa tersayat ketika seseorang yang seharusnya ada di sebelahnya saat ini pulang dalam kondisi setengah sadar dengan perempuan lain.&ldquoPagi ini Lusie sibuk mengurus keperluan Anea yang hendak pergi tour ke museum. Ia bahkan meninggalkan Hero yang masih tertidur sejak subuh tadi. Anea begitu bersemangat memakai ransel pink hadiah dari omanya. Selain membantu Anea, pagi ini Lusie juga harus berangkat ke rumah sakit. Sudah dua hari ia tidak mengunjungi Eric.Meskipun Lerry seorang dokter yang menangani Eric mengatakan kepada Lusie bahwa keadaan Eric semakin membaik dan ia tidak perlu datang. Lusie tetap saja bersikeras akan berkunjung.“Mama, dimana tumbler Anea?”“Ah, sebentar sayang. Marta, bawa tumbler di atas meja kemari.”Marta membungkuk sedikit. “Baik, nyonya.”Lusie menggendong Anea menuju kursi makan. Ia berencana tidak berangkat ke sekolah karena kasusnya harus diselesaikan terlebih dahulu. Lusie akan memanfaatkan momen ini untuk hal yang bermanfaat dengan bertemu Eric.“Anea di
Ding. Ponsel Hero berbunyi saat situasi membuat ia dan Lusie terdiam satu sama lain. Sepintas nama Marina tertangkap mata Lusie. Hero mengangkat panggilan dan tetap duduk di samping Lusie tanpa pergi seperti seorang suami yang hendak pergi dengan pacar gelapnya.“Aku sedang bersama seseorang.”“….”“Tidak, Marina.” Hero menoleh kepada Lusie. Hanya tatapan beberapa detik saja sebelum Hero kembali berbicara. “Kami hanya keluar.”“…."“Malam ini aku tidak bisa datang. Ada urusan yang masih harus aku tangani.”“….”“Marina, come on.”“….”“Baiklah. Tunggu aku nanti malam.”Hero mematikan ponsel. Dia tidak tahu jika malam ini Marina harus menghadapi operasi usus bantu. Mau tidak mau Hero harus meninggalkan Lusie.
Pukul tiga sore jadwal penerbangan Hero berakhir. Dia bersama Henry seorang co pilot barunya turun dari bagasi pesawat. Bersama dengan para pramugari yang kebetulan tengah berbincang di belakang mereka. Musim gugur di Swiss sebentar lagi akan berakhir, tetapi tak satu pun dari mereka menghabiskan liburan. Hero dan Henry memiliki alasan yang cukup klasik. Mereka hanya butuh klub, musik dan waktu beristirahat saja. Ketiga hal itu bisa jadi menggantikan momen liburan yang sering didambakan para pekerja lainnya. “Kapten, bagaimana jika sore ini kita menghabiskan waktu di restauran terlebih dahulu?” Ajakan Henry disambut meriah para pramugari. Wajar saja jika mereka senang dan antusias, karena Hero yang mereka kenal sulit untuk didekati dan membuat yang lain enggan mengajaknya. “Maaf, mungkin lain kali. Aku harus pergi ke rumah temanku sore ini.” “Wah, teman rupanya. Anda sangat setia sekali, Kapten.” Sadar jika Henry tahu makna teman yang
Entah sejak kapan Marina berdiri di teras rumah dengan memakai tudung kepala berwarna merah itu. Penampilannya seperti orang misterius yang ingin membunuh seseorang di dalam rumah besar. Marina mendekati Lusie yang baru saja akan keluar dengan Anea. “Ada perlu apa kau datang ke rumahku?” Marina membuka tudungnya. “Maaf, aku tidak berniat lancang Lusie. Aku hanya … kali ini aku hanya ingin bertemu dengan Anea.” “Tidak bisa.” Marina menyentuh dadanya. Seakan-akan ia terkejut dengan sikap Lusie barusan. Wanita itu membalikkan tubuh dan hendak pergi. Namun tangan Hero tiba-tiba datang mencegah Marina. Lusie sedikit syok dengan keberanian Hero menunjukkan sikap pembelaan kepada kekasihnya di depan Anea. “Aku akan mengantarmu.” Hero melirik Lusie sinis. “Elios akan menjadi pelayan utamamu sejak sekarang. Kau akan diantar olehnya.” Deg. Lusie hanya diam ketika Anea digendong Hero dan membawa serta Marina ke dalam Bugatti Chiron
Matahari menyisiri kulit Lusie yang tengah berjemur di tepi kolam renang. Siang ini ia dibebastugaskan oleh Hero dari tugasnya mengasuh Anea. Bisa dikatakan, kehadiran Lusie di rumah Hero sebagai kepala tinggi dari pengasuhan anaknya.Lusie tidak peduli. Meskipun saat ini ia belum bisa menemui Eric, tetapi tetap saja ia harus membuat Eric tetap bertahan hidup dan membuatnya bahagia dengan menuruti apa yang dia inginkan.Jika dipikir ulang, apakah Lusie tidak terlalu baik? Dia memenuhi keinginan orang lain dan menomorduakan dirinya. Bahkan untuk saat ini Lusie tidak lagi menyentuh cat dan kanvas. Dia tidak mengetahui bagaimana dirinya bisa membuat sesuatu yang dulunya amat ia sukai tergantikan dengan suguhan kesibukannya hari ini.“Kau akan membuat kulitmu terbakar jika berbaring di sana seharian.”Byur. Selalu saja seperti itu. Mengapa kehadiran Hero bisa memacu jantungnya berdegup lebih kencang? Hero muncul di permukaan setelah tadi menceburk
Suara deritan kereta saat itu terdengar begitu jelas ketika langit jingga membentang menutupi cakrawala. Di tepi kereta Swiss seorang gadis dengan gaun putih dan keranjang bunga berjalan anggun memecah keramaian. Topinya yang lebar menutupi senyum tipis yang terpajang.Gadis bergaun putih itu tidak bergerak ketika tangannya tiba-tiba dicengkram oleh seorang pria. Dia menodongkan pisau diam-diam dari samping tubuhnya. Gadis itu tidak lagi tersenyum. Dia hanya melangkah mengikuti perintah pria itu yang menatapnya tajam. Suasananya memang sangat ramai. Namun gadis itu tidak meminta tolong sedikit pun. Bahkan ia nampak tidak mencobanya.Pria dengan kaos hitam dan rambut gimbal itu membawanya ke dalam gang sempit. Dia tersenyum lebar ketika mendapati mangsanya yang masuk dalam jebakan.“Kau menginginkan sesuatu, tuan?” Suara gadis itu mengayun merdu.“Aku ingin sekali menghabisimu sampai kau teringat semua perbuatanmu!”“Pe
Lampu merah menyala di tepi jalan. Beberapa pejalan kaki melintas sebelum lampu berganti menjadi hijau. Hero mengetukkan jemarinya di stir sembari melihat keramaian kegiatan pagi itu. Ia melirik arloji, masih ada waktu sebelum ia memberikan kejutan untuk Lusie.Sebenarnya, Hero tidak tahu bagaimana harus menyebutnya. Apakah ini suatu kejuatan? Hadiah? Atau sekadar ucapan untuk mendorong semangat Lusie? Perempuan itu memang nampak diasingkan dari kehidupan sekolahnya, tetapi tidak semuanya tampak seperti itu.Hero tahu jika anak dari saingan bisnis ayahnya menjadi sahabat Lusie. Jika bukan karena informasinya yang memberitahukan keberadaan Lusie di rumah sakit, mungkin sampai saat itu ia akan menunggu di depan rumah Lusie hingga malam.Seperti pagi ini juga. Hero melihat Farel berdiri di depan rumah Lusie yang kosong. Isabella sudah kembali ke negara Irlandia untuk melanjutkan konser. Sedangkan Eric masih dirawat di rumah sakit sebagai tahap pemulihan. Akhirnya H
Lampu merah menyala di tepi jalan. Beberapa pejalan kaki melintas sebelum lampu berganti menjadi hijau. Hero mengetukkan jemarinya di stir sembari melihat keramaian kegiatan pagi itu. Ia melirik arloji, masih ada waktu sebelum ia memberikan kejutan untuk Lusie.Sebenarnya, Hero tidak tahu bagaimana harus menyebutnya. Apakah ini suatu kejuatan? Hadiah? Atau sekadar ucapan untuk mendorong semangat Lusie? Perempuan itu memang nampak diasingkan dari kehidupan sekolahnya, tetapi tidak semuanya tampak seperti itu.Hero tahu jika anak dari saingan bisnis ayahnya menjadi sahabat Lusie. Jika bukan karena informasinya yang memberitahukan keberadaan Lusie di rumah sakit, mungkin sampai saat itu ia akan menunggu di depan rumah Lusie hingga malam.Seperti pagi ini juga. Hero melihat Farel berdiri di depan rumah Lusie yang kosong. Isabella sudah kembali ke negara Irlandia untuk melanjutkan konser. Sedangkan Eric masih dirawat di rumah sakit sebagai tahap pemulihan. Akhirnya H