Share

CEO ATASANKU ITU SUAMIKU
CEO ATASANKU ITU SUAMIKU
Penulis: SHOFWATA AYUN

BAB 1. CEO ATASANKU

“PANAS! Kerja itu yang becus!” Amira memandang Arsyila dengan tatapan dengki. “Lihat, gara-gara kamu, tanganku jadi merah ketumpahan air panas! Matamu ditaruh mana, sih?”

"A-aku bisa jelaskan," ucap Arsyila dengan tubuh gemetar saat semua orang mengerubunginya.

"Apa? Apalagi yang ingin kamu jelaskan? Semua orang melihat, kamu sengaja nyiram teh panas itu ke tanganku, kan? Berani sekali karyawan sepertimu berbuat lancang!?" Amira ingin menampar pipi Arsyila, tapi tangan kanannya tidak kuasa menahan panas.

"Maaf, Non. Saya tidak sengaja. Sungguh, saya berani sumpah, saya tidak pernah bermaksud menyiram tangan Nona Amira.” Arsyila ingin memaki Amira, tapi dia sadar, dia hanya pegawai biasa yang beruntung bisa bekerja di sini karena ayah gadis sombong itu.

Arsyila adalah anak yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Dia bekerja di tempat Pak Handoko tak lain ayah dari Amira karena permintaan Pak Handoko sendiri karena mengetahui jika Arsyila ingin melanjutkan pendidikannya di jenjang perkuliahan, bahkan Pak Handoko sendiri tahu jika Arsyila sebenarnya anak yang cerdas dan berprestasi.

Handoko Group adalah salah satu perusahaan besar yang terkenal di kota ini. Perusahaan itu bergerak di bidang properti. Handoko sebagai pendiri merupakan ayah kandung Amira. Mungkin itulah yang membuat Amira bertingkah semena-mena atau bahkan ada rahasia lain yang disembunyikan Amira sampai dia sangat membenci keberadaan Arsyila di perusahaan ini.

Arsyila sendiri sebenarnya tidak bekerja dan hanya mengabdi di sebuah panti asuhan balita. Karena kebaikan hati dan kesabaran gadis berhijab itu dalam mengasuh panti asuhan, Handoko memintanya bekerja di perusahaan. Awalnya dia menolak, tapi setelah mengetahui Handoko yang selama ini membiayai seluruh kebutuhan panti asuhan, tanpa pikir panjang, gadis itu menerima tawaran.

Hari-hari pertama bekerja nampaknya bukan jadi masalah untuk Arsyila, tapi semua itu berubah ketika Amira mulai ikut campur dan terus mengusik kehidupannya di perusahaan. Pun siang ini, Amira sengaja merebut nampan yang dibawa Arsyila sampai teh panas itu tumpah karena kesalahannya sendiri.

"Tidak sengaja katamu? Bilang saja, kamu ingin mencelaiku karena kamu tidak suka denganku, kan?” Amira membuat Arsyila geram dan merasa kesabarannya kehilangan batas. “Akui perbuatanmu dan minta maaf, dasar karyawan!”

"Sudahlah, Arsyila, jangan banyak tingkah dan cepat minta maaf," bisik Kayla, teman office girl Arsyila yang ketakutan melihat amukan Amira. “Plis, jangan sampai perbuatanmu berimbas buruk ke semua office girl di sini.”

“Tidak akan,” lirih Arsyila

Gadis itu menoleh, matanya seketika menatap tajam ke arah Amira. Dia sama sekali tidak takut. “Tugas office girl hanya membawakan minum untuk para tamu. Jangankan dengan keluarga pemilik perusahaan, dengan para tamu saja, kita sangat menghormati. Aneh sekali jika ada office girl sengaja menumpahkan teh panas ke tangan orang lain!”

“Jaga mulutmu, Arsyila!” Kayla ikut membentak gadis berhijab itu. “Cepat minta maaf agar kita tidak dihukum sama Non Amira!”

“Minta maaf? Aku tidak akan sudi minta maaf atas kesalahan yang dilakukan orang lain!”

Amira mengangkat tangannya dan siap menampar Arsyila. “Katakan sekali lagi atau kutampar mulutmu dan kamu dipecat secara tidak hormat di hadapan semua pegawai serta tamu undangan!”

“Tampar saja, saya tidak takut! Semua orang punya mata. Mereka adalah saksi bahwa teh panas itu jatuh karena kesalahan Nona sendiri. Saat saya berjalan ke arah tamu laki-laki itu, Nona dengan cepat merebut nampan yang saya bawa tanpa berbicara lebih dulu. Jangankan saya, karyawan atau pelayan restoran dengan 40 tahun pengalamannya pun akan mengalami hal yang sama jika nampan yang dia bawa, seketiak direbut oleh orang lain.”

Ucapan Arsyilla membuat semua orang yang ada di hall perusahaan, diam seribu bahasa. Dari awal perusahaan ini berdiri, baru kali ini ada yang seberani itu membela diri di hadapan keluarga pendiri perusahaan.

Amira yang merasa terpojok, seketika membela diri dan berucap lantang, "La-lancang sekali mulutmu, Arsyila!Sekarang, cepat kemasi barang-barangmu dan angkat kaki dari sini karena kamu dipecat!”

"Nona Amira yang terhormat, saya sangat senang mendengar itu dari mulut Anda. Terlebih, setelah saya dipecat, saya tidak akan bertemu lagi dengan orang seperti Anda.” Arsyila nampak santai dan tidak tertekan sama sekali. “Satu hal yang perlu Anda ingat, Nona, bahwa saya tidak pernah sedikitpun tercetus keinginan untuk bekerja di sini, kecuali karena kebaikan Tuan Handoko, ayah Anda. Camkan itu, Nona!”

Setelah mengutarakan isi hatinya, Arsyila berlalu begitu saja sembari menerobos kerumunan pegawai dan tamu yang masih tidak percaya dengan kejadian ini. Sementara Amira, dia nampak sangat marah sekaligus malu.

"Bubar! Semuanya bubar!" teriak Amira membuat yang lainnya kembali bekerja sesuai dengan bagian mereka masing-masing. Dia naik ke lantai dua dan membanting pintu ruang pribadinya sangat keras. Di dalam sana, dia terus mengutuk Arsyilla dan mengata-ngatainya dengan banyak sekali sumpah serapah.

Di ujung lobby utama perusahaan, Kayla mengintip Arsyilla yang sedang mengemasi barang-barangnya.Hanya melihat bahunya saja, Kayla tahu betul kalau teman dekatnya itu menangis sesenggukan.

Arsyila tidak peduli lagi. Hatinya sudah hancur. Dia benar-benar sakit hati dengan perlakuan Amira yang sengaja menjebaknya. Gadis itu berlari secepat air matanya yang terus membasahi pipi. Tepat di dekat pintu keluar perusahaan, Arsyila seketika terjengkang.

Brak!

"Arsyila menabrak seorang laki-laki berperawakan tinggi, berpakaian jas hitam terlihat perfect dan tampan.

"Ma-maaf," ucap Arsyila sembari mengambilkan tas yang terjatuh dan memberikannya kepada laki-laki tersebut. “A-a-aku, tidak sengaja. Aku melamun,” ucapnya terbata-bata.

"Ini salahku. Aku minta maaf." Arsyila berujar pelan tanpa menoleh, lantas berlalu tanpa peduli siapa laki-laki yang ada di hadapannya.

Laki-laki tersebut hanya menerima tas pemberian dari Arsyila tanpa berkata apapun, kemudian pergi meninggalkan Arsyila seorang diri. Arsyila tercengang, Dia juga masih mengatur napasnya yang tidak karuan.

Tak terasa, dua puluh menit Arsyila meratapi nasibnya. Impian agar bisa kuliah seperti yang selama ini dia inginkan, harus pupus begitu saja karena dia tidak punya uang. Padahal, bekerja di Handoko Group adalah satu-satunya cara agar dia bisa kuliah dan melanjutkan pendidikannya.

Jam makan siang tiba dan Arsyilla masih menangis di taman air mancur dekat gerbang keluar perusahaan. Tak ada satu pun orang yang peduli. Semua karyawan lalu-lalang meninggalkan Arsyila seorang diri karena tidak ingin waktu istirahat mereka tersita, atau bahkan tak ingin berurusan dengan Amira, mengingat gadis itu baru saja dipecat karena berani menentang anak pemilik perusahaan.

“Kenapa bengong? Pasti kepikiran, ya?” Kayla menepuk pundak Arsyila hingga membuyarkan lamunan gadis itu. "Tak apa, tak usah dipermasalahkan. Aku tau, kamu hanya dijebak. Aku tau perasaanmu. Jika aku jadi kamu, aku pun melakukan hal yang sama.”

“Bukan. Bukan karena dipecat, ini perkara lain,” balas Arsyila, matanya masih terpaku menatap air mancur. “Saat syok tadi, aku sempat menabrak seorang lelaki. Bodohnya, aku hanya mengambilkan tasnya yang jatuh, minta maaf, dan berlalu. Aku masih merasa bersalah dengan sikapku tadi.”

Kayla yang sempat melihat Arsyila menabrak laki-laki itu, seketika tersenyum.

"Ayo ikut!" ajak Kayla sembari menarik tangan Arsyila ke kantin perusahaan yang letaknya tak jauh dari taman air mancur.

"Kay, kita mau ke mana?" tanya Arsyila sembari menepis tangan Kayla yang menarik tangannya. Kayla menoleh dan tersenyum tipis, lalu mengajaknyamakan siomay dengan es teh jumbo kesukaan gadis itu.

"Syil, kamu tau ga? Yang tadi kamu tabrak itu...”

“Siapa? Cepat bilang siapa biar aku bisa minta maaf!” Arsyila memotong.

“Haish,” ketus Kayla. “Yang tadikamu tabrak itu Tuan Mahardika Putra Handoko atau biasa di panggil Tuan Dika, anak sulung dari Pak Handoko. Dia baru saja diangkat jadi CEO PT. Handoko MahardikaProperty atau anak anak perusahaan Handoko Group.”

“Ma-maksudmu, laki-laki itu keluarga Pak Handoko?”

“Betul sekali. Dia adalah kakak kandung Amira, orang yang sengaja membuatmu dipecat tadi.”

“Kay!” Arsyila meninggikan suaranya. “Jangan sebut nama itu di hadapanku!”

Suasana hening sejenak, sampai Arsyila kembali bertanya, “Hah? Bentar. Kamu bilang, kakak kandung? Bukannya Pak Handoko cuma punya anak perempuan aja? Plis, jangan malah bikin aku bingung!”

"Nah, kaget kan?" ucap Kayla, terlihat heboh sendiri.

"Kaget? Buat apa?Kenapa ku harus kaget? Aku sudah dipecat dan tidak ada lagi urusan dengan perusahaan ini.”

Kayla terkekeh pelan. Dia menatap raut ketertarikan pada wajah Arsyila, lantas menggodanya. “Urusanmu memang bukan dengan perusahaan, tapi sifatnya pribadi antara kamu dengan Tuan Mahardika aja. Katamu, kamu ingin ketemu sama orang yang tadi kamu tabrak?”

“Nggak jadi,” singkat Arsyila.

"Hari ini, ada dua kejadian yang berkaitan dengan Pak Handoko. Amira yang mecat kamu sama Tuan Mahardika yang enggak sengaja kamu tabrak. Aku yakin, kedatangan Tuan Mahardika ke perusahaan pasti untuk menemui Pak Handoko. Nggak menuntut kemungkinan, namamu akan diucap ketika mereka bertiga ketemu. Terlebih, Pak Handoko yang marah besar setelah tahu tingkah anaknya, Amira, yang sama sekali tidak menghormatimu!"

Kayla paham betul perlakuan khusus Pak Handoko kepada Arsyila karena dulu, waktu awal ketemu, mereka bertukar cerita tentang betapa susahnya masuk ke perusahaan ini. Bahkan, untuk jadi office girl saja butuh dua kali sesi wawancara sampai bisa dinyatakan lolos dan diterima kerja.

Namun, berbeda halnya dengan Arsyila. Ketika pegawai lain harus susah payah berjuang agar bisa bekerja di sini, gadis itu mendapat karpet merah karena Pak Handoko sendiri yang memintanya bekerja.

"Orang tua pasti lebih membela anaknya, tak terkecuali Pak Handoko.” Arsyila menunduk, kembali teringat peristiwa satu jam lalu saat Amira memecatnya di hadapan semua pegawai. “Pemecatanku sudah mutlak. Amira sekarang yang memegang kuasa. Meski Pak Handoko memintaku kembali bekerja, semua sudah terlambat. Aku rasa, Tuan Mahardika ga jauh beda dengan atasan kita.”

"Hus! Jangan begitu! Kamu belum tahu betapa baiknya Tuan Mahardika. Kata temanku yang bulan ini diterima di PT Mahardika Handoko, dia orangnya sangat ramah, bijak, tampan pula. Sungguh idaman semua gadis," sanggah Kayla yang membuat Arsyila semakin jengah.

"Kamu itu berkata seolah sudah banyak tahu banget tentang Tuan Mahardika, memangnya kamu sudah pernah ketemu sama dia?

"Pernah, waktu kamu izin sakit dan aku yang ganti shift kamu. Aku ingat betul, Pak Handoko memintaku secangkir kopi panas. Aku sempat heran karena Pak Handoko bukan pecinta kopi. Saat aku melamun, Pak Handoko langsung menyela kalau kopi itu untuk anaknya. Awalnya, aku kira itu Nona Amira, tapi ternyata laki-laki tampan nan mempesona. Aku bahkan ti-“

“Sama saja!” Arsyila menyela.

“Haish! Diam dulu!” Kayla menempelkan telunjuknya di mulut Arsyila. “Saat aku pamit dan menutup pintu, Tuan Dika tiba-tiba menahan pintunya dan memintaku menunggu. Dan, dia ngasih aku tip sambil tanya apa aku yang bernama Arsyila. Andai yang disebut itu namaku, aku pasti pingsan di tempat.”

"Hati-hati, biasanya orang model begituan pasti ada maunya," kata Arsyila terlihat masa bodoh. “Toh, mana mungkin Tuan Dika nyebut namaku. Mustahil!”

"Syila, aku ga bohong!” Kayla menatap tajam seolah dia tidak berbohong. “Sepertinya, dia tertarik denganmu...”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status