9 bulan Kemudian....
Suara roda brankar dorong kini beradu dengan lantai. Evelyn menjerit meraung-raung sambil satu tangannya memegangi perut saat tubuh Evelyn kini terbaring menggeliat kesakitan di atas brankar menuju ke ruang persalinan."Nak, yang kuat, ya." Diana mencoba memberikan kekuatan kepada Anaknya yang tengah kesakitan."Ibu, aduh, sakit, Bu." rintih Evelyn mencengkram tangan Diana disertai peluh yang sudah membanjiri wajahnya."Iya, sabar. Kamu yang kuat. Prosesnya memang begini," ucap Diana yang sesekali satu tangannya mengusap peluh pada dahi Evelyn menggunakan tisu.Hingga brankar tersebut tiba di ruangan. Para tim medis segera menangani Evelyn yang akan segera melahirkan.Diana dengan setia menemani Anaknya karena hanya dirinya yang menjadi satu-satunya orang yang selalu ada untuk Evelyn."Aaa, Bu. Aku mules. Perutku kram. Aduh...," rintih Evelyn.Diana menatap khawatir, di dalam hatinya tidak henti-hentinya ia panjatkan doa untuk keselamatan Putri dan Cucunya yang akan segera lahir ke dunia."Sayang, sakitnya hanya sebentar saja. Rasa sakit itu akan hilang jika kau melihat malaikat munggil yang akan hadir menemanimu," ucap Diana."Nyonya Evelyn, apakah anda bisa mengangkat kedua kaki anda dan melebarkannya?" pinta seorang tim Medis.Evelyn mengikuti perintah Tim Medis itu dengan seluruh tubuhnya yang terasa amat nyeri sampai ke sendi-sendi."Serviks sudah masuk pada pembukaan 8-10!" seru Tim medis tersebut.Tim Medis menatap ke arah Evelyn. "Nyonya, pembukaan ini akan berlangsung sekitar 30 Menit atau lebih. Semoga Nyonya tetap kuat," ucap Tim medis itu.Evelyn hanya menggeleng lemah. Rasa-rasanya, lubang kawin kini terbuka lebih lebar dengan rasa mulas yang luar biasa yang Evelyn rasakan.Diana, hanya bisa memberikan semangat kepada putrinya. Hingga waktu pun berlalu dimana Evelyn diperintahkan untuk mendorong perutnya sambil mengambil nafas."Nyonya, Ayo, sedikit lagi!" seru Tim medis yang membantu persalinan Evelyn.Evelyn mengambil nafas dalam-dalam. "Aaaaa!" Evelyn berteriak yang kemudian disusul oleh suara tangisan bayi.Evelyn seketika terbaring lemah dengan wajah pucat disertai peluh. Diana tersenyum haru menatap Putrinya itu. Sedangkan Tim Medis membawa bayi merah itu untuk segera dibersihkan."Selamat, ya. Sayang, kini kamu telah menjadi seorang itu." Diana mengusap dahi Evelyn di sela haru di wajahnya.Evelyn hanya menanggapi ucapan Ibunya dengan seuntai senyuman di bibir pucat miliknya. Seorang Tim Medis berjalan ke arah Evelyn dengan Bayi Evelyn di dalam gendongan dengan senyum yang lebar."Nyonya, selamat. Bayi anda laki-laki." Perawat itu meletakkan Bayi mungil di samping tubuh Evelyn.Evelyn menatap bayi itu dengan binar mata bahagia bercampur haru. "Ya ampun, kenapa wajahmu mirip sekali dengan Ayahmu, Nak?" Gumam Evelyn mengusap pipi Bayinya.Diana tersenyum. Tentu saja Diana sangat bahagia melihat cucunya lahir. "Nak, kamu ingin memberikan bayi ini dengan nama siapa?" tanya Diana."Raizel Kendrick," Jawab Evelyn sambil tersenyum.**Di Mansion Ethan...."Aaaaa!" tiba-tiba Ethan terbangun dari tidur saat dirinya bermimpi bertemu Evelyn.Alice yang tidur di samping Ethan pun terlonjak kaget ketika melihat Suaminya itu terbangun di jam selarut ini. Sudah hampir 6 bulan lamanya, Ethan selalu terbangun dari tidur sejak Alice menjadi Istrinya."Ethan kau kenapa?" tanya Alice dengan khawatir."Tidak apa-apa!" jawab Ethan cepat yang segera turun dari Ranjang.Alice menatap punggung Ethan. Sejak ia menikah dengan Ethan beberapa bulan yang lalu, sikap Ethan menjadi berubah dengan drastis. Ethan yang dulunya hangat, entah mengapa menjadi dingin. Bahkan, Ethan belum pernah menyentuhnya.Ethan beranjak keluar dari kamar. Ia kemudian melangkah ke arah mini bar yang ada berada di kediamannya."Shit, kenapa aku selalu terbayang-bayang wajah wanita sialan itu?" gumam Ethan dengan satu tangannya memegang gelas sloki.Dengan perasaan resah, Ethan meraih ponselnya. Lalu mencari nomor Asistennya. Setelah menemukan nomor Asistennya, Ethan pun menekan tombol panggil.[David, bagaimana? Apakah kamu sudah menemukan keberadaan Evelyn?] tanya Ethan saat sambungan teleponnya terhubung.[Maaf Tuan, aku belum menemukan keberadaan Nyonya Evelyn. Terakhir kabar yang aku dengar, bahwa Nyonya Evelyn diusir dari keluarga Kendrick,] jawab David dari seberang telepon.[Apa masalahnya Evelyn diusir?] tanya Ethan penasaran.[Kabarnya, Nyonya Evelyn hamil.][Apa!] Ethan begitu terkejut mendengar kabar dari Asistennya itu.Alice yang mendengar percakapan Suaminya segera melangkah dengan gusar ke arah Ethan. Alice meraih ponsel yang menempel di telinga Ethan. "Plak!" satu tamparan Ethan terima dari Alice.Ethan yang tidak terima mendapat tamparan dari Alice dengan refleks mencekik leher Alice. "Lancang sekali tangan kotormu menamparku, huh!" Geram Ethan menatap nyalang ke arah Alice."Uhuk—uhuk—lepas... Lepaskan tanganmu," pinta Alice sambil memukul-mukul tangan Ethan yang berada di leher.Ethan melepaskan cengkramannya lalu membuang wajahnya karena tidak ingin emosi dengan sikap Alice.Alice menggosok-gosok lehernya yang terasa sakit pada bekas cekikan. "Kau diam-diam mencari keberadaan wanita sialan itu? Hah!" geram Alice."Aku tidak ingin berdebat," Jawab Ethan acuh."Ih, kau menyebalkan. Jadi selama ini kau juga diam-diam memendam rasa kepada wanita jalang itu—""Diam! Tidak bisakah kau tidak berisik!" Bentak Ethan.Alice sontak terdiam mendengar bentakan Ethan yang baru pernah ia dengar selama dirinya menjalani hubungannya dengan Ethan. Dengan kesak, Alice memutar tubuhnya berjalan sambil menghentakkan kakinya kesal dengan sikap Ethan.**6 Tahun kemudian....Evelyn yang tengah memerah susu sapi di peternakan yang ia kelola, dikagetkan oleh seorang Anak laki-laki yang berlari ke arahnya."Bibi Evelyn! Bibi Evelyn! Raziel berkelahi!" Anak yang berusia sepantaran Raziel itu ter ngap-ngap saat bertemu Evelyn.Evelyn yang mendengar jika Raziel berkelahi pun segera meninggalkan pekerjaannya. Pekerjaan yang Evelyn geluti saat Evelyn diberhentikan dari pekerjaan karena alasan konyol. Evelyn diberhentikan karena hamil di luar nikah. Saat saat itu, Evelyn membeli beberapa ekor sapi dari sisa uang Ethan dan memulai beternak sapi."Raziel berkelahi di mana?" tanya Evelyn panik."Di danau, Bibi. Raziel berkelahi dengan cucu Kepala Desa," ujar Anak itu.Evelyn segera berlari ke arah Danau dimana Raziel senang bermain di padang ilalang yang berdekatan dengan danau untuk menangkap capung atau hanya sekedar bermain dengan Anak-anak seusianya.Setibanya Evelyn di padang ilalang, Evelyn dapat melihat Anaknya tengah berguling-guling sambil memberikan tinju kepada seorang Anak yang diduga Cucu dari Kepala Desa dimana Evelyn dan Raziel tinggal."Pukul Rai, ayo, Hajar! Dia sudah membuang ikanmu!""Ayo Rai, pecahkan mulutnya!"Seru beberapa Anak-anak yang sedang menonton Raizel berkelahi tanpa dari mereka ingin memisahkan."Raziel Kendrick!" Evelyn berteriak nyaring.Semua Anak-anak yang berada di tempat itu pun menoleh ke arah Evelyn saat mereka mendengar suara seperti aungan singa ketika Evelyn berteriak. Sontak mereka pun berlari kocar-kacir."Apa yang kamu lakukan?" Tegas Evelyn sambil berjalan menuju ke arah Raizel.Sepasang mata elang hijau keabu-abuan menatap ke arah Evelyn. "Mama!" panggilnya.Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu