"Bisa kita bertemu, Sab?" tanya Rara.Jika hanya mengobrol lewat telepon rasanya Rara merasa sangat tidak puas sekali. Iya takut jika tentu terjadi salah paham maka dari itu dirinya langsung mengajak sang sahabat itu untuk bertemu saja semoga saja Sabrina bisa bertemu dengan dirinya. Rara memang benar-benar begitu penasaran dengan sebenarnya keadaan dari Rania itu bagaimana, maka dari itu dirinya harus mencari tahu semua kebenaran mengenai Rania."Boleh, biar aku saja yang ke rumah kamu. Karena di luar kita enggak tahu jika ada beberapa orang yang memantau kamu." Sabrina sangat mengetahui bagaimana karakteristik dari orang tua Rania itu karena memang Rania sudah pasien lama untuk dirinya. Dirinya juga tidak ingin mengambil resiko untuk sang sahabat maka dari itu ia menyarankan agar ia saja yang datang ke rumahnya."Baik."Rara merasa begitu sangat bersyukur karena memiliki sahabat seperti Sabrina itu, ia bisa mencari tahu tentang Rania lewat Sabrina ingin mencari tahu tentang kebenar
Arnold memijit pelipis, setelah Sabrina pulang ia terduduk di sofa memikirkan apa yang di katakan sahabat Rara itu. Dirinya masih benar-benar tidak menyangka dengan apa yang terjadi kepada Rania itu merasa begitu sangat bingung.7 tahun lalu, Arnold kembali pada bayangan masa lalu. Setelah ia memutuskan hubungan dengan Rania, dia tak mau mendengar cerita tentangnya. Pernah beberapa kali di sosial media ia melihat wanita itu semakin berani dengan busana sexy dan seringnya ke klub malam. Belum lagi gosip tentang Rania yang bergonta ganti pacar. Arnold saat itu benar-benar sudah tidak mau lagi mendengar apa-apa lagi mengenai Rania.Bukan karena belum move on, tapi Arnold lebih ke fokus pada Rara, wanita yang sudah membuatnya melupakan Rania. Dengan mudahnya, akhirnya Arnold memutuskan untuk melupakan Rania. Setelah itu dirinya tidak mengetahui apa-apa lagi mengena Rania.Mendengar kabar tersebut dari sahabat istrinya benar-benar membuat Arnold merasa begitu sangat bingung apakah sikap R
Serba salah pikirnya, Arnold mencoba membujuk Rara. Apa pun akan dia lakukan untuk mendapatkan senyum sang istri. Dirinya benar-benar tidak mau jika hubungannya dan juga Rara harus kembali rusak lagi karena hal ini. Ia dengan susah payah kembali mendapatkan rasa percaya dan juga perhatian dari Rara, ia tidak mau juga harus hubungan mereka kembali merenggang lagi."Ra, maaf."Melihat reaksi dari istrinya itu benar-benar membuat Arnold merasa sangat pusing. Bukan maksudnya melakukan hal itu, ia tidak bermaksud melukai hati Rara lagi hanya saja ia merasa begitu sangat bingung mengenai semua kejadian yang menimpa Rania benar-benar tidak pernah ia duga sebelumnya.Lagi pula dirinya dan juga Rania itu hanyalah memiliki kisah masa lalu dan sekarang ia sudah benar-benar melupakan wanita itu sejak bertemu dengan Rara. Arnold benar-benar sudah tidak memiliki perasaan apapun kepada Rania mungkin mereka pernah memiliki hubungan tapi itu dulu dan sekarang dirinya memang sudah tidak memiliki peras
"Kamu nyesel Kak?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Jonathan. Sama persis dengan yang di katakan oleh Rara. Arnold sudah menceritakan tentang kejadian tadi kepada sang adik, tentang kebenaran mengenai Rania selama 7 tahun ini yang baru saja dirinya ketahui dari mulut Sabrina sang dokter yang menangani Rania dahulu. Iya benar-benar tidak tahu harus menceritakan ini kepada siapa, sepertinya bertukar pikiran dengan Rara bukanlah hal yang tepat karena tadi saja sikap dari sang istri sudah sangat jauh berbeda. Arnol pun menceritakan tentang sikap Rara kepada dirinya ia benar-benar begitu sangat bingung maka dari itu ia memilih menceritakan hal ini kepada Jonathan untuk mencari solusi dan dirinya hanya ingin bertanya apakah salah jika dirinya berpikir demikian?"Bukan, hanya ...." Arnold benar-benar merasa begitu sangat pusing mengapa pikiran Jonathan dan juga Rara sama. Pertanyaan persis apa yang dilontarkan Rara tadi sekarang dilontarkan lagi kepada dirinya melalui Jonat
"Aku enggak gila!" Rania terus berteriak saat dirinya sudah berada di rumah sakit jiwa. Mau tak mau, kedua orang tuanya memasukkan dia ke RSJ. Ibunya Rania memang mereka jika keputusan untuk memasukkan kembali putrinya ke rumah sakit jiwa adalah hal yang begitu sangat berat, tetapi mereka juga tidak bisa membiarkan putrinya terus-terusan berada di rumah dalam keadaan seperti itu. Biasanya diberikan obat penenang saja butuhnya itu sudah kembali lagi tetapi kali ini sangat jauh berbeda putrinya terus saja mengamuk bahkan di perjalanan pun terus saja meracau dan meminta untuk keluar.Sejak dia mengamuk dan hampir melukai dirinya dengan pisau, pak Rudi pun langsung membawanya ke RSJ. Apa yang disarankan oleh dokter Sabrina sebenarnya hal yang begitu sangat baik, tetapi ia tidak mau jika hal itu dibiarkan terus-terusan putrinya akan semakin parah lagi dan hal itu justru akan membuatnya merasa begitu sangat pusing terlebih lagi ia tidak bisa pergi bekerja karena istrinya tidak mampu men
Hari berganti hari, semua masalah berlalu dengan baik. Usia kehamilan Berlian pun semakin memasuki bulannya. Wanita itu benar-benar begitu sangat bahagia menikmati momen-momennya bersama dengan keluarga kecil mereka. Berlian benar-benar tidak menyangka jika dirinya bisa mendapatkan kebahagiaan yang tiada tara seperti ini, putri yang cantik dan pintar serta suami yang benar-benar siaga dan selalu ada untuk mendampinginya setiap hari.Jonathan pun benar-benar menjadi sosok suami idaman, tidak hanya tampan dan juga rupawan, lelaki itu benar-benar selalu menjadi suami siaga untuk sang istri. Berlian mengidam apapun di jam berapa pun Jonathan selalu saja bersedia bahkan ia tidak pernah keberatan, mengingat dahulu saat hamil anak pertamanya sang istri tidak ada di dekatnya benar-benar membuat ia merasa begitu sangat menyesal. Jonathan sekarang benar-benar ingin menjadi seorang suami siaga dan juga ayah idaman ia benar-benar tidak mau karena terlalu fokus bekerja sampai-sampai keluarganya t
Berlian sudah masuk ruang UGD, Berlian mengalami kontraksi dan sudah masuk pembukaan lima. Beberapa dokter dan juga perawat sudah langsung memberikan penanganan, apalagi mereka langsung saja mengecek kondisi Berlian.Berlian benar-benar merasakan rasa sakit yang teramat dahsyat, padahal dulu saat ingin melahirkan Putri pertamanya ia tidak merasakan rasa sakit seperti itu. Berlian benar-benar merasa begitu tidak sanggup."Sabar ya sayang, kamu kuat." Jonathan menemani sang istri yang sangat kesakitan. Air matanya ikut mengalir saat mengusap wajah Berlian. Dirinya benar-benar tidak menyangka ternyata hal yang paling menakutkan dan yang membuat dirinya merasa sakit adalah melihat sang istri harus berjuang melahirkan anaknya. Apa yang dikatakan oleh kakaknya Arnold itu memang ada benarnya, sejak dahulu lelaki itu setelah memiliki Putri pertama ia tidak mau lagi memiliki anak. Ternyata apa yang ditakutkan oleh kakaknya itu sekarang dirinya rasakan juga. Mungkin karena dulu dirinya tidak m
Mereka semua berbahagia dengan lahirnya putra kecil Jonathan, tapi mereka pun harus merasa sedih karena Berlian mengalami pendarahan hebat. Butuh banyak darah untuknya. Keadaan di rumah sakit benar-benar tidak kondusif, keluarga yang panik serta dokter dan juga perawat yang berlalu lalang untuk mencari bantuan darah.Jika Berlian tidak ditangani dengan cepat, mereka takut akan terjadi hal serius dengan wanita itu bahkan hal yang bisa merenggut nyawanya.Bayi laki-laki Jonathan langsung di bawa ke ruang bayi dan hanya ayahnya yang boleh melihatnya. Jonathan dipanggil oleh perawat, memastikan jika dirinya dalam keadaan bersih dan juga ia memakai pakaian khusus tanda. Yang sudah steril agar tidak menularkan penyakit kepada bayi yang baru dilahirkan oleh istrinya itu."Coba bapak gendong dan mengazani putranya dahulu."Jonathan menatap bahagia, dia menggendong dan mengazani putra nya. Tangannya gemetar ia benar-benar merasa begitu sangat takut, untuk pertama kali ia memegang bayi yang b