Share

230. Pulang ke Rumah

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-17 03:34:00

Rapat daring baru saja usai.

Bara menyandarkan tubuhnya di kursi, matanya menatap kosong layar laptop yang kini hanya memantulkan wajah lelahnya sendiri.

Kepalanya berdenyut, pikirannya seperti diperas habis-habisan. Semua strategi, angka, dan tekanan seolah menggumpal jadi satu di otaknya.

Ia menutup laptop perlahan, memijat tengkuknya yang kaku.

Di tengah sunyi itu, pikirannya tiba-tiba melayang ke satu nama—Cheryl.

Biasanya, pada momen seperti ini, telepon atau pesan dari istrinya itu selalu datang. Entah itu dalam bentuk ocehan singkat, emotikon hati, atau sekadar sapaan, “Kamu udah makan?”

Namun, kali ini terasa... sepi.

Bara meraih ponselnya, membuka aplikasi pesan.

Obrolan baru dengan Cheryl... masih kosong. Belum ada pesan masuk satu pun.

Keningnya berkerut.

“Tumben,” gumamnya pelan. “Biasanya juga dia suka ngomel-ngomel panjang kalau aku lupa ngasih kabar?”

Lalu ia mencoba menelepon.

Nada sambung berjalan. Dua kali. Tiga kali. Tak diangkat.

Ia mengetik pesan cepat.

[Sayangk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
kasian deh lu.. ditinggalkan istri (senyum sadis)
goodnovel comment avatar
Ivana Oktaviana
lebih ke kata2 Sofyan si yg paling nyakitin tpi klo waktu ditlpn Bara mau keluar mngkin gak begini tpi Cheryl juga salah udh teledor tpi sdhlah sdh trjadi
goodnovel comment avatar
Ahmad Sofi
Salahmu sendiri mentingin orang luar bara,kalo sekarang merasa cheryl adalah rumah bagimu,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   231. Rumah yang Hilang

    Bara nyaris melompat dari motor bahkan sebelum kendaraan itu benar-benar berhenti. Ia memberikan helm busuk itu dengan setengah melemparnya pada si driver karena buru-buru. Kakinya melesat cepat menuju bangunan utamanya yang semegah istana. Ia menaiki setiap anak tangga dengan gerakan selincah kijang. Sore itu, di balik gemerlap kekayaan dan arsitektur megah yang memukau, rumah itu justru terasa seperti ruang tunggu kematian—hening, dingin, seolah menelan langkah-langkahnya tanpa gema.Sepatu kulitnya mengetuk lantai marmer dengan suara berisik, memantul di antara pilar-pilar megah dan langit-langit tinggi yang bergema. Para pelayan yang melihat kedatangannya yang tiba-tiba langsung tertegun, mereka buru-buru menunduk hormat."Selamat sore, Tuan.""Selamat datang, Tuan."Tapi Bara tidak menjawab mereka satu pun. Bahkan tidak melirik. Wajahnya kaku, matanya hanya menatap satu titik di ujung lorong. Ia terus berjalan dengan deru napasnya yang sedikit terengah. Di tengah lorong, ia b

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   230. Pulang ke Rumah

    Rapat daring baru saja usai.Bara menyandarkan tubuhnya di kursi, matanya menatap kosong layar laptop yang kini hanya memantulkan wajah lelahnya sendiri. Kepalanya berdenyut, pikirannya seperti diperas habis-habisan. Semua strategi, angka, dan tekanan seolah menggumpal jadi satu di otaknya.Ia menutup laptop perlahan, memijat tengkuknya yang kaku.Di tengah sunyi itu, pikirannya tiba-tiba melayang ke satu nama—Cheryl.Biasanya, pada momen seperti ini, telepon atau pesan dari istrinya itu selalu datang. Entah itu dalam bentuk ocehan singkat, emotikon hati, atau sekadar sapaan, “Kamu udah makan?”Namun, kali ini terasa... sepi.Bara meraih ponselnya, membuka aplikasi pesan.Obrolan baru dengan Cheryl... masih kosong. Belum ada pesan masuk satu pun.Keningnya berkerut.“Tumben,” gumamnya pelan. “Biasanya juga dia suka ngomel-ngomel panjang kalau aku lupa ngasih kabar?”Lalu ia mencoba menelepon.Nada sambung berjalan. Dua kali. Tiga kali. Tak diangkat.Ia mengetik pesan cepat. [Sayangk

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   229. Sesuatu yang Besar

    “Njirrr!”Cheryl buru-buru memuntahkan suapan nasi gorengnya ke atas piring. Sendok dilempar asal ke meja. Tangan kanannya secepat kilat meraih gelas air minum dan meneguknya cepat-cepat.“Asin banget, gilaaa!” Ia menjulurkan lidah, meringis seolah baru menjilat batu garam mentah. Mulutnya seperti dikeroyok satu RT garam kasar.Keningnya berkerut dalam, mata memejam kuat-kuat sambil menahan getir rasa di lidahnya. Saat ia menatap kembali nasi goreng di depannya, ekspresinya berubah jadi seperti orang yang baru saja dikhianati pasangan.“Ini mah namanya nasi garam, bukan nasi goreng!” omelnya pada diri sendiri, sambil menarik-narik poninya pelan karena kesal. Rasa bangga yang tadi sempat tumbuh, kini roboh total seperti bangunan tanpa pondasi.Ia berdiri gontai, membawa piring ke wastafel, membuang isinya ke kotak sampah sambil menghela napas penuh penyesalan. “Baru juga bangga ke diri sendiri semenit yang lalu!” gerutunya lirih, sambil mencuci piring dan peralatan memasak dengan ger

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   228. Saat Bangga Pada Diri Sendiri

    Lift berdenting pelan. Pintu logam berwarna matte gold terbuka dengan gerakan halus. Cheryl melangkah keluar, satu-satunya penumpang di dalam lift VIP yang membawanya langsung ke lantai paling atas Apartemen Ravelia Tower.Lorong di lantai ini sangat berbeda dari lantai-lantai lain yang pernah ia kunjungi—sepi, bersih, dan mewah dengan cara yang tak mencolok. Karpet tebal berwarna abu-abu kelam meredam setiap langkah kakinya. Lampu-lampu dinding memancarkan cahaya kekuningan yang hangat, namun ada kesan steril dan terkontrol di udara. Tidak ada suara. Tidak ada penghuni lain. Hanya ada satu pintu besar di ujung lorong—hitam pekat, berdiri tenang dengan bingkai baja yang elegan. Di sampingnya, sebuah panel kecil menyala redup, menunggu sentuhan.Jantung Cheryl berdetak sedikit lebih cepat saat ia mendekat.Ini bukan sekadar pintu. Ini… seperti gerbang menuju dunia lain. Dunia milik seorang pria yang begitu misterius, begitu privat, tapi entah kenapa… mempercayainya begitu saja.Ia be

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   227. Pintu Masuk

    Langit mendung masih menggantung rendah ketika Cheryl kembali duduk di dalam taksi. Alih-alih menyebutkan alamat hotel atau tempat tinggal sementara, mulutnya bergerak lebih cepat daripada pikirannya.“Pak, ke Apartemen Ravelia Tower, ya.”Ya. Hanya ada satu nama yang muncul di kepalanya saat ini—dr. Joshua Valen. Om Peri yang aneh, menyebalkan, tapi entah kenapa selalu hadir saat dunia sedang menghempaskannya.Taksi melaju menembus lalu lintas Jakarta yang mulai padat. Di dalam, Cheryl duduk lebih rileks dari sebelumnya.Kehidupannya mungkin sedang jungkir balik, tapi setidaknya satu hal sudah beres—ia tetap memiliki pekerjaan untuk bertahan hidup. Untung saja negosiasinya dengan Tuan Sigit berjalan mulus. Jadi tidak akan ada drama putus cinta dalam keadaan sebagai pengangguran. Putus cinta itu sakit, tapi lebih sakit lagi nggak punya duit.Sekarang. Ia tinggal menata hati, yang saat ini rasanya seperti kaca retak: tak pecah, tapi jelas sudah tidak utuh lagi.“Aku masih terlalu muda

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   226. Selamat Tinggal

    Saat Cheryl membuka pintu kamarnya, hanya denting samar detik jam dinding yang terdengar seperti napas rumah tua yang sudah lelah.Ia berdiri di ambang pintu sejenak, membiarkan pandangannya menyapu ruangan yang dulu terasa seperti perlindungan, tapi kini tak lebih dari kotak kosong yang menunggu ditinggalkan.Bantal-bantal hias tersusun rapi di atas ranjang, terlalu rapi—seakan tidak pernah ada tubuh yang benar-benar beristirahat di sana.Meja rias di sudut ruangan memantulkan bayangan wajahnya—lelah, tapi tetap tegar.Di sudut yang lain, standee Jungkook berdiri tegak, setia seperti prajurit plastik yang tak pernah mengeluh.Semua masih sama. Tapi Cheryl tahu, dirinya sudah tidak.Ia berjalan perlahan. Tangannya meraih pigura foto tua di nakas. Ayahnya. Pria pertama yang membuatnya percaya pada cinta tanpa syarat. Dipeluknya pigura itu sejenak, lalu diletakkan dalam tas kecil bersama beberapa dokumen penting. Akta kelahiran. Ijazah. Dokumen kependudukan. Paspor.Tidak banyak yang i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status