Share

61. Demi Melindungimu

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2025-02-18 17:53:36

Cheryl mengamati dokumen di tangannya. Tatapannya bergerak dari lembaran kertas itu kembali ke wajah Bara, mencari sesuatu—keraguan, ketidakyakinan, atau mungkin secuil emosi yang bisa memberinya alasan untuk menolak.

Namun, yang ia lihat hanyalah ekspresi datar pria itu, seperti biasa, tertutup dan sulit ditebak.

“Jadi, ini tentang reputasimu?” suaranya terdengar datar, tapi matanya menyimpan luka yang tak ia tunjukkan.

Bara menarik napas dalam. Ia bersandar sedikit ke kursinya, mengusap dagunya sebelum akhirnya menatap Cheryl dengan sorot yang lebih serius. “Aku tidak akan mengatakannya seperti itu.” Ia mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja sebelum melanjutkan, “Aku hanya ingin memastikan segalanya tetap terkendali. Pernikahan ini tidak perlu menjadi konsumsi publik, karena aku tidak ingin ada gosip atau spekulasi yang bisa merusak citraku—atau pun citramu.”

Cheryl tersenyum kecil, namun bukan senyum yang menunjukkan kebahagiaan. Ia meletakkan dokumen itu di atas meja, mengusap permuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   62. Kesepakatan

    Ruangan itu terasa berat, sarat dengan ketegangan yang menggantung di udara. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah gesekan halus pena di atas kertas, menciptakan irama monoton yang yang seakan menegaskan keseriusan situasi.Bara duduk tegap, posturnya mencerminkan kendali mutlak. Jemarinya yang kokoh menggenggam pena, siap mengukir kesepakatan yang tak bisa ditarik kembali. Tatapan matanya tajam, nyaris tanpa emosi, seperti lautan tenang yang menyimpan pusaran di dasarnya. Sesekali, ia mengetukkan pena ke meja, menunggu Cheryl berbicara.Sementara itu, Cheryl bersandar ke kursinya, menyilangkan tangan di depan dada, ekspresinya waspada. Ada ketegangan yang membungkus dirinya, seolah ia bersiap menghadapi sesuatu yang tidak terduga. Ia menggigit bibirnya pelan, sebuah kebiasaan lama saat ia merasa tidak nyaman.“Baik,” suara Bara terdengar datar, terkendali, seakan ia tengah membahas kontrak bisnis biasa. “Kita perlu menyepakati beberapa hal dalam pernikahan ini. Aku tidak ingin a

    Last Updated : 2025-02-19
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   63. Tambahan Poin

    Selesai membuat kesepakatan, Cheryl pun pamit untuk kembali ke kamarnya. Tubuhnya terasa lelah setelah perdebatan panjang yang akhirnya menghasilkan keputusan yang, setidaknya, bisa diterima kedua belah pihak. Ia ingin segera berbaring di tempat tidur dan mengistirahatkan pikirannya. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Bara terdengar dari belakang."Temani aku makan malam dulu."Cheryl menoleh, menghela napas pendek. "Harus ya, kita makan bersama? Aku sudah makan tadi, sepertinya aku mau langsung tidur saja setelah ini."Bara hanya mengangkat sebelah alisnya, ekspresi tenangnya sama sekali tidak tergoyahkan. "Berhubung kesepakatan ini belum final, jadi aku perlu menambahkan satu poin lagi tentang makan bersama."Cheryl menyipitkan mata, merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan pernyataan itu. "Makan bersama? Memangnya kenapa itu harus masuk dalam perjanjian?""Ini bagian dari tugasku mengurusmu, Cheryl," jawab Bara santai, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang sulit dibanta

    Last Updated : 2025-02-20
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   64. Perhatian

    Cheryl meletakkan piring di atas meja makan yang diterangi cahaya lilin lembut. Bara duduk di seberangnya dengan sikap santai, seolah ini hanyalah makan malam biasa.Tapi bagi Cheryl, makan malam ini terasa berbeda. Mungkin karena atmosfer hangat yang diciptakan oleh cahaya temaram, atau mungkin karena ini pertama kalinya ia duduk makan malam seperti ini—berdua saja dengan seorang pria selain ayahnya.Aroma bawang putih dan cabai yang ditumis dalam minyak zaitun memenuhi udara, menggoda inderanya. Bara telah menyajikan sepiring Aglio e Olio dengan Udang—pasta yang tampak sederhana namun kaya rasa. Spaghetti yang mengilap karena minyak zaitun berpadu dengan udang panggang berwarna keemasan, dihiasi taburan peterseli segar dan serpihan cabai kering.Cheryl menelan ludah. Ia tidak menyangka pria yang dikenal dingin dan serius seperti Bara bisa memasak sesuatu yang terlihat begitu menggugah selera.Dengan sedikit ragu, ia melilit spaghetti di garpunya dan memasukkan ke dalam mulut. Begit

    Last Updated : 2025-02-21
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   65. Berbagi Denganmu

    Bara mengalihkan pandangannya ke jendela besar di ruangan itu, seakan sedang melihat sesuatu yang jauh lebih dari sekadar pemandangan malam di luar sana. Ia menyandarkan punggung ke kursi, napasnya terdengar lebih panjang sebelum kembali berbicara.“Sabira terbiasa tinggal nyaman di mansion keluarga kami sejak lahir. Dia… seorang princess di keluarga kami—kesayangan kami semua.”Ada sesuatu yang tidak selaras antara suaranya yang bergetar dan ekspresinya yang terlihat tegar. Dan senyum kaku itu… tidak menghangatkan matanya, seolah ia sedang berbicara tentang sesuatu yang dulu indah, tapi kini hanya tinggal kenangan pahit.“Meskipun mansion itu besar dan luas… tapi dulu penuh kehangatan dan kegembiraan. Kami adalah keluarga yang bahagia, sebelum… negara api datang menyerang.”Cheryl mengangkat alis. Sekilas, ia hampir ingin tertawa kecil mendengar istilah itu, tapi melihat ekspresi Bara yang serius, ia mengurungkan niatnya.Bara memandangnya sejenak sebelum melanjutkan, suaranya sediki

    Last Updated : 2025-02-21
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   66. Sungguh Membingungkan

    Bara menunduk. Dada pria itu terasa berat, seolah ada beban tak kasat mata yang menghimpitnya. Udara di sekelilingnya mendadak membeku, atau mungkin hanya dirinya yang kehilangan kehangatan yang begitu ia butuhkan.Selama ini, ia tidak pernah mengeluh. Ia bukan tipe pria yang mengumbar luka atau meminta sesuatu yang mustahil baginya—seperti pelukan.Ia terbiasa menelan kepahitan dalam diam.Namun tadi… di hadapan Cheryl, ia mendapati dirinya membuka celah yang seharusnya tetap terkunci. Dan sialnya, gadis itu tidak memahami. Tidak ada simpati dalam sorot mata Cheryl, hanya keheranan samar. Seolah permintaannya barusan hanyalah lelucon murahan."Ck. Apa yang Cheryl tahu tentang neraka yang aku dan Sabira jalani?" pikirnya getir. "Setidaknya, dia punya ayah yang mencintainya tanpa syarat. Sedangkan aku? Aku bahkan tidak diinginkan oleh papaku sendiri."Bara mengembuskan napas panjang, menelan kepahitan yang menyisakan rasa pahit di tenggorokan. Kekecewaan menggumpal di dadanya, entah

    Last Updated : 2025-02-22
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   67. Nona Pemarah

    Bara duduk di tepi kasur, punggungnya bersandar pada kepala ranjang yang kokoh. Cahaya redup dari lampu kamar memantul di dinding, menciptakan suasana tenang, tetapi pikirannya masih penuh dengan rencana.Ia meraih ponsel di nakas, menekan kontak Sofyan, lalu menempelkannya ke telinga.Tak butuh lama, panggilan tersambung."Sofyan." Suaranya rendah, berat, dan tanpa basa-basi."Ya, Pak," jawab Sofyan cepat, seolah sudah terbiasa dengan panggilan mendadak ini.Bara menggerakkan jemarinya di atas paha, ritmis dan santai. "Mulai besok, Cheryl akan menjadi asisten pribadiku. Aku ingin kamu membimbingnya, ajari dia bagaimana menjadi asisten pribadi."Ada jeda sesaat sebelum Sofyan menjawab, mungkin sedang mencerna perintah itu. "Baik, Pak. Apa tugasnya akan sama seperti saya?"Bara mendengus kecil. Ia menekan jemarinya ke pelipis. "Tentu saja tidak." Nada suaranya lebih rendah, penuh penekanan. "Jangan bebankan dia dengan hal-hal krusial. Aku tak ingin dia ikut campur dalam urusan bisnis.

    Last Updated : 2025-02-24
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   68. Gejolak Sepagi Ini

    Cheryl menyibakkan rambut basahnya ke belakang, napasnya masih tersengal karena air dingin yang menyentak tubuhnya barusan. Ia menatap Bara dengan sorot mata menusuk. Bara, yang juga setengah terendam di dalam air, hanya mengangkat alis. “Apa?”Cheryl mengibaskan tangan, air memercik ke arahnya. “Nyeburin aku ke kolam kayak gini, pikirmu lucu?”Bara menyandarkan lengan di pinggir kolam dengan santai. “Kamu kan bisa berenang, nggak bakal tenggelam.”Cheryl mengerang frustasi. “Itu bukan poinnya!”Bara menatapnya, diam sejenak sebelum akhirnya berkata, “Terus apa dong?”Cheryl mendengus. “Poinnya, kamu selalu seenaknya!”Bara mengangguk kecil. “Cheryl, marah-marah gara-gara basah di kolam renang itu nggak masuk akal.”Cheryl menyipitkan matanya. “Bara.”Bara menatap balik, ekspresinya tetap tenang. “Cheryl.”Mereka saling berhadapan, hanya terpisah beberapa langkah di dalam air.Cheryl mengerang frustrasi. “Kenapa sih kamu selalu bikin aku kesal?”Bara mengangkat bahu. “Mungkin karena

    Last Updated : 2025-02-25
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   69. Tapi Tidak Ada Perasaan yang Terlibat, Kan?

    Cheryl mengangkat dirinya dari dalam air, jari-jarinya hampir mencapai pinggiran kolam ketika tiba-tiba tangan Bara mencengkeram pergelangan tangannya, menahannya.Ia menoleh tajam. "Bara—""Kenapa buru-buru?" Bara menyela, suaranya terdengar santai, tapi genggamannya cukup kuat untuk membuat Cheryl tetap di tempatnya. "Kamu tahu, berenang pagi itu sangat bagus untuk tubuh."Cheryl mengerutkan kening. "Oh, sekarang kamu jadi instruktur kesehatan juga?"Bara terkekeh, tapi tetap tidak melepaskan pegangannya. "Aku serius, Cher. Berenang pagi meningkatkan sirkulasi darah, melatih paru-paru, dan merangsang metabolisme. Belum lagi, air dingin bisa membantu mengaktifkan sistem saraf simpatis, bikin kamu lebih segar dan fokus sepanjang hari."Cheryl menatapnya, lalu mendengus kecil. "Wow. Ilmu yang menarik. Sayang sekali, aku lebih butuh keluar dari sini daripada ceramah tentang manfaat berenang."Bara tiba-tiba mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, tatapannya masih penuh dengan ketena

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   176. Aku Pemiliknya

    Milena terpana di atas kursi rodanya. Ia duduk tegak, punggung lurus seolah tak ingin memberi celah sedikit pun bagi rasa lemah untuk terlihat. Jari-jarinya yang terletak di pangkuan sempat mengepal, namun segera ia renggangkan kembali dengan tenang, menjaga penampilannya tetap anggun.“Dari mana kamu mendapat cincin dan kalung itu, Cheryl?” ucapnya lirih.Nada suaranya tak meninggi, tapi mengandung ketegasan yang dingin dan menusuk. Tidak perlu berteriak. Kalimat itu meluncur ringan, namun cukup nyaring terdengar.Hening mendadak menyelimuti udara, bersama semua mata yang kini memandang ke arah Cheryl.Sorot mata Milena tajam, dingin, dan menyala dengan kekecewaan yang berusaha ia redam. Tubuhnya mungkin tak mampu melangkah mendekat, tapi keangkuhan dan harga dirinya tetap tegak berdiri. Kepalanya sedikit dimiringkan, seolah tengah menilai seseorang yang telah melewati batas.“Itu… milikku,” lanjutnya dengan suara yang sedikit lebih berat. “Bara membelikannya untukku di Paris. Kamu m

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   175. Simbol Cinta

    Di dapur, Cheryl tersentak. Suara Bara terdengar jelas, bulat, dan tanpa ragu. Kalimat itu, “Dia sangat berharga untukku,” menghempas dirinya seperti angin kencang yang datang tanpa aba-aba.Tubuhnya membeku, seolah waktu berhenti tepat saat kalimat itu mengalun dari bibir pria yang diam-diam telah menjadi pusat dari segala yang ia jaga. Dadanya bergetar hebat, seolah jantungnya menabrak dinding rusuk berulang kali. Sebuah rasa hangat meledak dari dalam dadanya, menyebar cepat hingga membuat jemarinya gemetar dan kakinya nyaris tak berpijak. Ia tak pernah berani membayangkan akan mendengar pengakuan itu secara terbuka. Dan ketika itu terjadi… rasanya terlalu indah untuk menjadi nyata.Namun kebahagiaan itu tak datang sendirian.Secepat gelombang hangat itu menyapu tubuhnya, datang pula dingin yang menggigit, mencengkeram tengkuknya dengan kuku-kuku tajam bernama ketakutan. Ditambah, suara berat Tuan Sigit yang menyusul kemudian, menyayat udara seperti belati.“Cheryl berharga? Seber

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   174. Perlu Kalian Tahu

    Di ruang makan, semua mata kini tertuju pada Bara. Sorot terkejut tergambar jelas di wajah Tuan Sigit. Bahkan, Nyonya Dania yang semula tertawa ringan, kini mematung dalam diam. Tapi yang paling mencolok adalah Milena, tangannya yang semula santai menggenggam pegangan kursi rodanya kini menegang. Jari-jarinya mencengkeram plastik pelapis kursi seperti mencoba mencari pegangan atas realita yang tiba-tiba berubah dingin.Bara menatap ke depan, tak bergerak. Biarpun dalam dadanya berdegup kencang, namun wajahnya tetap tenang, seperti topeng yang sudah lama ia pelajari untuk dikenakan. Ia tahu apa yang baru saja ia ucapkan bisa menimbulkan riak yang lebih dari sekadar kemarahan orangtua Milena dan kakeknya. Tapi prioritasnya saat ini adalah mempertahankan Cheryl. Masih lekat dalam ingatannya ketegaran yang ia lihat di mata wanita itu ketika berpaling, adalah sesuatu yang tak bisa lagi ia abaikan. Tidak. Bara tak ingin kehilangan Cheryl, tidak sekarang atau besok. Jika ia harus melawan

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   173. Terima Kasih Telah Mencintaiku

    Air hangat yang menyapu kulitnya seperti selimut lembut dari langit, membuat Cheryl perlahan merasa tenang. Uap tipis memenuhi kamar mandi, membungkus tubuhnya dalam kehangatan, cukup menenangkan badai yang bergemuruh dalam pikirannya. Ia menutup mata, membiarkan air itu jatuh dari bahunya, meresap hingga ke pori-pori, seakan bisa membilas luka yang tinggal karena pernikahan sirinya dengan Bara kini berada di ujung jurang.Cheryl lelah. Letih yang tak lagi bisa ditawar. Dan kali ini, ia memilih menyerah. Karena apa gunanya mempertahankan sebuah ikatan yang bahkan hukum pun tidak mengakuinya? Terlebih, Bara telah resmi bertunangan dengan Milena. Di depan keluarga besar mereka, di hadapan dunia. Cheryl kalah. Dan kekalahan itu terasa begitu nyata, seperti pecahan kaca yang menusuk setiap inci hatinya.Selesai mandi, Cheryl melangkah pelan ke arah lemari. Jemarinya menyentuh gaun-gaun indah, pakaian serba mahal yang dibelikan Bara, yang pernah membuatnya merasa dicintai, membuatnya sep

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   172. Tamu Tak Diundang

    Bara menggertakkan rahang. Rasanya, ia ingin sekali membanting pintu dapur, berteriak, bahkan mengusir semua orang dari rumah ini. Tapi ia tahu, semua itu hanya bisa ia lakukan dalam khayalannya saja. Ia menunduk sejenak, mengatur napas. Menelan bulat-bulat kekecewaan yang belum sempat ia sembuhkan pagi ini. Kemudian, ia meletakkan kembali nampan ke atas meja. Matanya masih menatap makanan yang ingin ia sajikan untuk Cheryl itu beberapa detik, penuh rasa berat yang tak terkatakan, sebelum akhirnya ia berbalik dan berjalan menuju ruang tamu. Setiap langkahnya bergema dalam kesunyian rumah, dan setiap detik terasa seperti pengkhianatan terhadap niat awalnya hari ini, yang ingin mempersembahkan waktunya penuh untuk Cheryl. Tapi kini ia harus menghadapi sesuatu yang tak ia undang. Begitu sampai di ambang ruang tamu, Bara menarik napas dalam-dalam. Ia menegakkan tubuh, mengatur raut wajah, dan melangkah masuk. Tuan Sigit berdiri dengan angkuh, seperti biasa. Di sebelahnya, Milen

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   171. Dari Semua Hari yang Ada

    Cahaya pagi yang samar menyusup melalui sela tirai, mengguratkan warna keemasan di dinding kamar. Cheryl mengerjapkan mata pelan, merasakan sisa perih di sudut-sudutnya. Tubuhnya masih berat, pikirannya buram. Tapi saat pandangannya mulai fokus, jantungnya terhenti sejenak ketika menyadari bahwa Bara adalah sosok yang pertama kali ia lihat hari ini.Lelaki itu duduk di sisi tempat tidur, diam, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan, antara penyesalan dan kelegaan.Cheryl tersentak bangun, napasnya tercekat. Untuk sesaat, begitu saja, ia hampir merentangkan tangan, ingin menarik lelaki itu dalam pelukannya, mencari hangat yang dulu selalu menenangkan. Tapi kesadaran datang seperti tamparan keras.Lelaki ini... lelaki inilah yang membuatnya lelah menangis semalaman."Kenapa kamu di sini?" suaranya serak, hampir berbisik, lebih kepada dirinya sendiri daripada untuk didengar Bara.“Aku… nggak mau jauh dari kamu. Aku mau kamu tetap sama aku, Cheryl. Apapun yang terjadi. Demi kamu,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   170. Demi Tuhan, Aku Mencintainya

    Cheryl tak langsung menyalakan lampu saat memasuki kamarnya. Ia berdiri dalam gelap, membiarkan sepi menyambutnya seperti pelukan dingin dari dunia yang telah kehilangan warna.Napasnya membeku di udara, berat dan tersendat, seolah paru-parunya pun enggan menerima kenyataan. Yang paling menyakitkan bukanlah ditinggalkan, melainkan kenyataan bahwa ia sendirilah yang memilih pergi dari pria yang masih ia cintai, tapi tak sanggup lagi ia percaya.Ia teringat pada hari pertama ia mengizinkan dirinya mencintai Bara. Pada senyum lembut pria itu. Pada pelukan hangatnya yang dulu terasa seperti rumah. Tapi kini semua kenangan itu terasa seperti belati, menyayat tanpa ampun.Cheryl perlahan merosot ke lantai, membiarkan tubuhnya ambruk dalam keheningan yang memekakkan. Tangannya terulur ke arah ranjang… tempat di mana ia pernah menyerahkan seluruh dirinya, bukan hanya tubuh, tapi juga cinta, keyakinan, dan kehormatan.Masih terngiang bagaimana malam pertama mereka terjadi hari itu…"Bara. Kita

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   169. Jangan Cabut Aku dari Hidupmu

    “Bertunangan dengan Milena bukan keputusan hatiku. Itu keputusan keluarga. Mereka menyatukan dua perusahaan besar melalui pertunangan itu, dan aku… aku terlalu lemah untuk menolaknya. Tapi aku bersumpah, Cheryl, tidak sedetik pun aku mencintai Milena. Hanya kamu, Sayang. Cuma kamu yang kucintai.”Ucapan itu menghantam Cheryl seperti badai yang tak bisa dihindari. Meski suara Bara bergetar, penuh penyesalan, hatinya tetap menolak untuk luluh. Pria itu berdiri di hadapannya, memohon dimengerti. Namun yang Cheryl rasakan hanya sesak. Seolah seluruh dadanya dihantam palu kebenaran yang selama ini coba ia tolak.Tubuhnya mulai gemetar. Bukan hanya karena marah atau kecewa, tapi karena sesuatu dalam dirinya mulai goyah. Dinding-dinding yang selama ini ia bangun rapat untuk menjaga hatinya tetap aman, kini retak perlahan.“Jika aku terang-terangan melawan Opa, Apex bisa hancur sebentar lagi… sebab untuk saat ini, aku masih membutuhkan Opa untuk membuat Apex tetap berdiri. Opa akan membantuku

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   168. Aku Ingin Kamu Jadi Takdirku

    Begitu Bara melangkah masuk ke dalam kamar mereka, ia menutup pintu perlahan dengan kakinya, membiarkan sunyi mengalir mengisi ruangan.Lampu di langit-langit memancarkan cahaya hangat, membungkus ruangan dalam bayangan keemasan. Namun, di balik kehangatan yang tampak, ada hawa dingin yang perlahan menggerogoti perasaan Cheryl. Dulu, ruangan ini terasa hidup oleh kebersamaan mereka, penuh dengan canda, tawa, dan detak cinta yang nyata. Tapi kini ruangan ini tak lebih seperti kurungan bagi Cheryl.Kamar ini memang pernah menjadi tempat perlindungan teraman bagi Cheryl. Tempat di mana tawa dan bisikan penuh cinta pernah mengisi setiap sudutnya. Tempat di mana ia bisa merasa dimiliki, dicintai, dan dicari. Tempat yang selama beberapa hari ini ia rindukan.Namun kini, setelah kembali ke kamar ini lagi… hatinya justru teriris pedih. Fakta tentang pertunangan Bara dan Milena kembali terasa menghujam jantungnya. Sebentar lagi, kamar ini mungkin tak lagi menjadi milik mereka berdua. Akan a

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status