Share

89. Ini Gawat

Auteur: Indy Shinta
last update Dernière mise à jour: 2025-03-07 07:21:29

Axel menyandarkan punggungnya ke kursi, matanya tak lepas dari Cheryl yang sibuk memainkan garpunya di atas piring. Senyumnya masih mengembang, menikmati bagaimana gadis itu tampak salah tingkah setelah perkataannya sendiri.

“Jadi, Cher, bagaimana makanannya? Sudah cukup sepadan dengan harga yang tertera di menu?” godanya, mengangkat alis dengan ekspresi menggoda.

Cheryl menatapnya sekilas sebelum pura-pura menghela napas panjang. “Cukup. Tapi mungkin lain kali aku tetap memilih sendiri,” balasnya, mencoba mengendalikan rona merah yang merayap di pipinya.

Axel terkekeh. “Lain kali? Wah, ini sudah kedua kalinya kamu secara tidak sadar menjadwalkan pertemuan berikutnya.”

Cheryl mendelik, tapi Axel bisa melihat sudut bibir gadis itu bergetar seakan terkejut sendiri dengan perkataannya.

“M-maksudku… kalau aku makan di tempat mahal seperti ini lagi, aku yang akan pilih menunya sendiri.”

Axel mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, jemarinya memainkan garpu dengan santai. “Tapi kalau aku
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (2)
goodnovel comment avatar
Elis Latifah
kak indi kecetan dong up lagiii penasaran nih
goodnovel comment avatar
Elis Latifah
bara nya mana kok axel mulu sii jdi gak seri ni
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   201. Dia Menunggumu

    Baby tak segera pergi setelah Bara menyantap makan malamnya. Alih-alih berpamitan, ia justru berpindah duduk ke depan meja kerja Bara yang dipenuhi tumpukan dokumen. Ada sedikit senyum lega di wajah gadis itu saat melihat Bara mulai terlihat rileks, setidaknya jauh lebih tenang dibandingkan saat ia datang tadi. Makanan hangat dan ginseng tonic tampaknya membawa efek baik.Bara kini bersandar di kursi eksekutifnya, meneguk pelan tonic di tangannya, sementara matanya tetap tertuju ke tumpukan laporan di hadapannya."Mas," ucap Baby pelan, membuka percakapan dengan hati-hati. "Sebenarnya... ada apa antara Mas Bara dan Opa Sigit? Kenapa beliau sampai melakukan ini ke Apex? Nggak mungkin ada asap kalau nggak ada api, kan?"Bara menghela napas panjang. Ia menurunkan botol ginsengnya dan akhirnya menatap Baby."Aku nggak punya waktu buat ngobrolin soal itu sekarang," ucapnya datar. "Ada banyak hal yang lebih penting untuk kupikirkan."Tapi Baby tak mundur. Ia mencondongkan tubuh sedikit ke

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   200. Perhatian yang Tiba-Tiba Datang

    Sudah tiga hari berlalu sejak Bara menerapkan strategi yang telah disusun dengan cermat bersama tim khususnya. Ia berharap langkah itu cukup untuk menahan kepanikan pasar, atau setidaknya memperlambat aksi jual para investor. Tapi kenyataan tak berpihak kepadanya. Grafik terus merosot, dan kepercayaan publik terhadap Apex seperti tergerus detik demi detik.Setiap pagi dimulai dengan harapan dan berakhir dengan laporan kerugian baru. Aksi jual justru semakin brutal. Investor besar yang awalnya netral mulai menarik diri, dan pasar membaca itu sebagai sinyal bahaya. Bara seperti mati langkah. Semua kalkulasinya yang telah digodok matang-matang, seperti berakhir mentah begitu saja di hadapan tekanan pasar dan pengaruh Tuan Sigit yang begitu luas di industri.Rasa letih mulai menggerogoti pikirannya. Matanya yang merah menunjukkan kurang tidur, dan wajahnya yang biasanya tenang kini lebih sering tegang, rahangnya mengeras tiap kali memantau laporan real time di layar besar ruang kerjany

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   199. Catatan Penting

    Bara baru saja melirik layar monitornya ketika lengan halus Cheryl melingkar di belakang lehernya. Aroma tubuhnya langsung menyusup ke hidung Bara, memancing reaksi spontan dalam otot-ototnya yang tadi tegang karena konsentrasi.“Baiklah, Pak Bos.” Suara Cheryl terdengar lembut dan genit di telinganya, sebelum bibirnya mengecup pipi kanan Bara dengan manis. “Silakan lanjutkan pekerjaan Anda.”Bara menoleh, matanya menangkap kilau jenaka dan hangat dalam sorot mata Cheryl. Kelembutan wanita itu selalu berhasil merontokkan tekanan yang menggumpal di kepalanya.“I love you,” tambah Cheryl saat mata mereka saling bertatapan, suaranya seperti alunan nada yang hanya diciptakan untuk menggoda jiwanya.Tatapan Bara melembut. Dengan satu gerakan tenang, ia menarik dagu Cheryl dan mengecup pipinya sekilas. “I love you more,” gumamnya dalam nada dalam dan rendah, terdengar seperti pengakuan dari dasar hatinya yang terdalam.Cheryl tertawa pelan, melangkah mundur.“Sayang. Kalau kamu sudah selesa

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   198. Begitu Berarti

    Udara di ruang kerja Bara masih hangat oleh jejak-jejak gairah. Aroma tubuh Cheryl, samar-samar bercampur dengan wangi kulit sofa dan parfum maskulin Bara, menciptakan atmosfer yang liar dan memabukkan.Tubuh Cheryl masih berada dalam pelukan Bara, pipinya menempel ringan di dada bidang pria itu, yang mulai tenang dari debar memuncak barusan.“Gila…,” bisik Cheryl, senyumnya terlukis lelah tapi puas. “Kita akhirnya... betul-betul melakukannya di sini.”Nada suaranya rendah, sedikit serak, dan entah kenapa terdengar begitu menggiurkan di telinga Bara.Bara menunduk, bibirnya mengecup lembut sudut bibir Cheryl yang terlihat penuh. “Seru, kan?” gumamnya, senyum nakal terbit di wajah tampannya.Cheryl hanya tertawa kecil, sebelum menghela napas dan mendorong pelan dada bidang itu. “Katanya… waktumu sempit? Banyak yang harus kamu urus untuk Apex. Kamu harus siap-siap rapat, kan?”Bara memutar mata malas, masih ingin menahan Cheryl dalam pelukannya, namun wanita itu sudah bangkit dari sofa

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   197. Obat Stres Terbaik

    Bara duduk di balik meja kerjanya. Tangannya bertumpu pada pelipis, sementara layar laptop di depannya menampilkan grafik, tabel, dan catatan analisa yang tak henti bergulir. Laporan dari direktur keuangan, staf ahli strategi pasar, hingga konsultan merger terpampang jelas, menunggu untuk ditindaklanjuti.Namun matanya kosong. Fokusnya buyar. Pikirannya tidak betul-betul tertuju pada pekerjaan. Dia mencoba menyusuri data: skenario tanpa buyback, angka-angkanya jelas menunjukkan tekanan leverage yang tinggi dalam jangka menengah. Opsi kedua, buyback total, secara teori akan menenangkan pasar, tapi memperkecil likuiditas. Sementara skema ketiga, buyback parsial disertai narasi penguatan pasar, masuk akal, tapi sangat bergantung pada timing dan sentimen publik.Logikanya memetakan semua itu, seperti biasa. Cepat, dingin, presisi. Tapi emosinya? Berantakan.“Sial,” gumamnya, setengah menggeram. “Istriku… betul-betul keras kepala.”Matanya berpindah sejenak ke sisi meja, di mana ponselnya

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   196. Merangkul Ego

    Di sebuah area tangga darurat di lantai 20-an Apex Tower, suara langkah kaki nyaris tak terdengar di tempat itu. Hanya desau angin dari ventilasi dan isakan lirih yang memecah keheningan.Cheryl duduk di anak tangga ketiga dari atas, tubuhnya membungkuk, wajahnya tersembunyi di atas kedua lutut. Bahunya naik-turun, terguncang oleh tangis. Tangannya menggenggam tisu yang setengah basah, kusut, sementara beberapa helai rambutnya menempel di pipi yang basah oleh air mata.Bukan tangisan keras yang meledak-ledak, tapi tangisan yang tertahan, dalam, penuh sesak. Seperti tangisan seseorang yang terlalu lama memendam rasa sakit tanpa tahu cara meluapkannya."Aku nggak boleh ngopi sama Axel, katanya? Kenapa? Takut Bara marah?" gumamnya, suaranya serak dan getir. "Tapi nggak ada yang takut kalau aku marah? Apa cuma Bara yang berhak marah? Karena dia kaya? Karena dia punya segalanya, terus bebas marah? Sedangkan aku yang nggak punya apa-apa… nggak berhak marah, ya?"Suaranya menggema kecil di

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status