Share

Bab 7

Tiba-tiba Agas menyodorkan sebotol minuman mineral pada Nara.

"Eh?" Nara jadi terbengong-bengong. "Maksudnya apa ini, Pak?"

"Minum dulu nih. Siapa tahu kamu kurang fokus karena kurang minum air putih," jelas Agas.

Sekarang Nara baru mengerti maksud Agas. Untuk kesekian kalinya, Agas kembali menyaksikan tingkah konyol Nara yang terus-terusan membuat dirinya sendiri malu.

"Saya balik kerja dulu, Pak. Permisi!"

Kali ini Nara benar-benar keluar dengan cepat karena tidak tahan terus berada di sana. Dia takut wajahnya benar-benar terbakar karena merasa malu.

Baru setelah menutup pintu dan berada di luar ruangan Agas, dia akhirnya bisa bernapas lega.

"Aduh, Naraaaa ... Sampai kapan lu terus-terusan bikin malu diri sendiri?" Nara mendesah lelah.

Tanpa disadari ucapan Nara didengar oleh Pak Aldi yang sudah berada di depannya sambil membawa berkas untuk dibawa masuk ke ruangan Agas.

"Kenapa Mbak Nara?" tanya Pak Aldi.

Nara terkejut dengan kehadiran Pak Aldi. Buru-buru menjawab, "Gak ada apa-apa, Pak Aldi. Silahkan kalau mau masuk."

Nara memberi jalan kepada Pak Aldi lalu dia sendiri berjalan kembali ke arah lift. Meninggalkan Pak Aldi yang terheran-heran sampai berkata dengan suara kecil, "Aneh."

~~~

"Mbak Lia, maaf lama ya nunggunya," ujar Nara pada sahabatnya yang memang dua tahun lebih tua darinya sehingga Nara biasa memanggilnya 'Mbak Lia'.

"Gak masalah. Saya juga baru sampai," balas Lia dengan santai.

Mereka kemudian memesan makanan lalu mulai mengobrol.

"Jadi ada apa? Katanya kamu mau curhat," tanya Lia.

"Kayaknya aku suka sama seseorang, Mbak." Nara berkata terus terang.

Lia langsung terkejut mendengar penuturan Nara. "Maksudnya, gimana? Coba ceritakan."

"Iya Mbak. Kayaknya aku suka sama seseorang," lanjut Nara. "Aku selalu deg-degan kalau deket sama dia terus bawaannya grogi gitu. Akhirnya malah terusan lakuin hal-hal konyol saking gugupnya."

"Siapa dia?" tanya Lia antusias. Tampaknya sangat penasaran dengan orang yang mampu membuat Nara jatuh hati.

"Atasan aku di kantor, Mbak. Sekaligus teman se-angkatanku dulu waktu SMP." 

Tampak Lia cukup terkejut dengan jawaban Nara. "Dulu sempet suka juga?"

"Iya."

"Berarti CLBK dong?" cetus Lia.

Nara membalasnya dengan muram. "CLBK kalau sama-sama suka sih enak. Tapi kalau yang sananya gak suka? Mana enak? Yang ada jadi cinta bertepuk sebelah tangan."

"Yaelah, masa sudah pesimis dulu sih. Perjuangin dulu dong," ujar Lia menyemangati.

"Tapi kelas kita kan beda, Mbak. Dia itu seorang CEO perusahaan ternama. Sedangkan aku? Cuma karyawan kecil di perusahaannya," jawab Nara sama sekali tidak semangat.

"Nara ...," ucap Lia dengan ekspresi serius. Saking seriusnya sampai membuat Nara ikutan serius.

"Iya Mbak?"

"Masa depan itu misteri. Tidak ada yang tahu sampai kita benar-benar mengalaminya. Jadi siapa tahu kan kamu bisa jodoh sama dia?" ungkap Lia dengan tatapan yang membuat Nara seperti tersihir.

Dia jadi merasa melihat harapan. Benar apa yang dikatakan Lia, apa yang terjadi di masa depan itu tidak bisa ditebak. Lagipula tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama kita mau mencobannya. Pasti akan ada jalannya.

"Jadi ayo semangat!" ucap Lia sambil tersenyum.

Nara turut tersenyum dan merasakan semangat Lia tersalurkan kepadanya. "Terima kasih, Mbak Lia."

~~~

Setelah curhatan singkat yang mengharukan itu. Keduanya pergi bersenang-senang di area mall tempat mereka bertemu. Seperti perempuan pada umumnya, Nara dan Lia juga suka belanja-belanja.

Mereka memutari deretan toko-toko di mall untuk melihat-lihat apa ada barang yang mereka sukai dan sesuai dengan kantong mereka.

Saat keduanya berjalan melewati toko pakaian bermerek internasional. Mata Nara tidak sengaja melihat sesuatu yang membuat suasana hati Nara jadi turun drastis.

Lia yang menyadari perubahan Nara segera bertanya, "Ada apa Nara?"

Nara menggeleng-gelengkan kepala sambil mengalihkan perhatiannya dari sesuatu yang membuatnya sedih.

"Ada apa sih?" Lia yang penasaran mencoba mencari apa yang menyebabkan Nara bersedih tetapi dia tidak dapat menemukannya.

"Gak apa-apa, Mbak. Ayo kita lanjut ke tempat lain."

Nara buru-buru menarik Lia pergi dari sana tanpa menjelaskan apapun pada Lia.

°•• Bersambung ••°

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status