Share

Bab 10

Penulis: Natasha
Seharusnya pria itu senang kalau dirinya setuju.

Atau jangan-jangan pria ini merasa terhina kalau Thasia yang mengajukan gugatan cerai itu.

Jeremy menatap tubuh Thasia, lalu berkata dengan datar, "Sudah masuk jam kerja."

Thasia melihat jam, saat ini pas jam sembilan, sudah saatnya masuk kerja.

Thasia tersenyum dengan pahit. Pria ini tepat waktu sekali, sedetik pun tidak membiarkan dirinya santai.

Dia melihat punggung Jeremy yang menjauh, membuatnya merasakan hawa dingin dan asing.

Thasia juga tidak membuang-buang waktu lagi, dia segera melangkah pergi.

Tony sedang menunggunya di luar. "Bu Thasia, ini dokumen dari Pak Jeremy."

Dokumen yang jumlahnya sangat banyak diberikan padanya.

Debu dari dokumen berterbangan ke mukanya, membuatnya terbatuk. Thasia bertanya, "Sudah berdebu begini, dokumen dari kapan?"

Tony tidak berani mengatakannya. "Aku juga nggak tahu, Pak Jeremy yang mengaturnya."

Semua orang di kantor melihat ke arah Thasia, seketika mereka merasa kasihan padanya.

Mereka berpikir mungkin Thasia telah membuat Pak Jeremy marah, jadi pria itu menyuruhnya melakukan pekerjaan yang tidak begitu penting.

Mereka juga merasa Pak Jeremy sudah tidak sayang lagi pada sekretarisnya yang satu ini.

Thasia juga tidak tahu apa yang terjadi pada Jeremy, pokoknya pria itu sangat aneh, memberinya pekerjaan yang tidak begitu penting.

Setelahnya.

"Bu Thasia, kamu harus mengkopi dokumen penting ini sebanyak lima puluh rekap. Pak Jeremy membutuhkannya, jangan sampai ada kesalahan!" Cindy Clay, yang merupakan sekretaris juga memberikan setumpuk kertas A4 yang sudah kusam padanya, bahkan menatapnya dengan sinis. Seakan-akan setelah dia dihukum oleh Jeremy, posisi wanita ini meningkat, jadi bisa menindasnya.

Thasia masih mengurus dokumennnya, melihat banyak tumpukkan kertas di depannya, sepertinya dia masih harus merapikannya sebelum dikopi. Kalau begitu maka walau lembur pun tidak akan keburu menyelesaikannya.

Dia menoleh pada Cindy, tapi Cindy malah berkata, "Berdasarkan kemampuan Bu Thasia, seharusnya kerjaan ini pasti bisa selesai, 'kan?"

Cindy memang tidak suka pada Thasia.

Jeremy lebih sering membawa Thasia, kekompakan mereka tidak bisa ditandingi dengan yang lainnya, hal ini juga yang membuat Cindy merasa iri. Jelas-jelas kemampuannya di atas Thasia, kenapa dia selalu kalah dari Thasia? Kejadian kali ini membuat hubungan mereka menjadi lebih buruk lagi, bahkan dia menyuruh Thasia mengerjakan pekerjaan remeh seperti ini.

Dia merasa Thasia memanfaatkan kecantikannya, sehingga wanita itu bisa lebih beruntung darinya. Kali ini dia harus bekerja dengan baik, agar Thasia tidak diutamakan lagi.

Thasia tahu wanita ini tidak suka dengannya, biasanya dia terlalu fokus pada Jeremy, jadi tidak terlalu memikirkan sindiran Cindy.

Kali ini, dia benar-benar dibuat kesulitan olehnya.

Thasia tidak ingin mengalah lagi, kalau dia mengalah orang-orang akan meremehkannya. "Benarkah Pak Jeremy membutuhkan dokumen ini? Kalau ini dokumen penting kenapa nggak diperlakukan dengan baik. Aku masih ada kerjaan, takutnya nggak keburu."

Cindy yang melihatnya menolak pun merasa kesal. "Kamu ingin melawan perintah Pak Jeremy?"

Thasia pun menoleh padanya, "Aku hanya bisa mengerjakan yang sesuai dengan kemampuanku."

"Kamu, berani sekali kamu, aku lihat kamu sepertinya mau dipecat!" Karena dia melawan, Cindy pun merasa semakin kesal, suaranya menjadi semakin kencang.

Kalau bukan atas persetujuan Jeremy, Cindy juga tidak akan berani mengganggunya.

Pria itu tidak merasa sedikit pun kasihan padanya walau dirinya sudah bekerja lama dengannya.

Thasia seketika berdiri, dia berhenti mengerjakan dokumennya, dia pun menatap Cindy dengan dingin. "Anggap saja aku ingin dipecat, bilang saja sama Pak Jeremy hari ini aku bolos, kalau Pak Jeremy nggak menyuruh orang memantau pekerjaanku memangnya perusahaannya akan bangkrut!"

Setelah itu, dia segera membawa tasnya dan pergi ke luar kantor.

Cindy merasa kesal, tapi juga penasaran apa yang akan terjadi pada Thasia nanti, dia pun berteriak padanya, "Baiklah, aku akan memberi tahu Pak Jeremy, kita lihat saja apa yang akan terjadi padamu nanti!"

Cindy merasa ini kesempatannya, mana ada orang yang berani berbicara seperti ini pada Pak Jeremy. Kalau dia mengadu perkataan Thasia padanya, bukankah wanita itu pasti akan dipecat?

Dia sudah bisa membayangkan gambaran Thasia dipecat.

Dia mengetuk pintu kantor Jeremy, lalu berkata, "Pak Jeremy."

Jeremy tidak menoleh, hanya menjawab dengan dingin, "Ada apa?"

Cindy berdiri dengan hormat, lalu berkata, "Pak Jeremy, Thasia bolos kerja, dia tadi langsung pergi. Dia berkata kalau Pak Jeremy nggak menyuruh orang memantau kerjaannya memangnya perusahaan akan bangkrut, semua orang di kantor melihatnya. Thasia kelihatannya semakin lama semakin kurang ajar, sekarang dia sudah berani menantang Pak Jeremy, bahkan menyumpahi perusahaan. Aku merasa kesal padanya karena nggak menghargai Anda, benar-benar kelewatan, pecat saja dia ...."

Ekspresi Jeremy seketika menjadi dingin, dia berkata, "Keluar!"

Dia tidak ingin mendengarkan perkataan Cindy.

Hal ini membuat Cindy tercengang, dia tahu Jeremy pasti marah sangat mengetahui hal ini, pasti pria itu akan memecat Thasia, tapi dia tidak menyangka dirinya juga kena imbas.

Dia merasa sedikit sedih, tapi saat melihat wajah mengerikan Jeremy, dia pun tidak berani melawan, dia hanya bisa menenangkan diri dan berjalan pergi.

Thasia saat ini baru sampai lift, dari lift turun seorang dokter yang membawa peralatan medis.

Tubuh dokter itu sangat tinggi, dia memakai jubah putih. Saat melihat Thasia, pria itu tersenyum dan berkata, "Kak Thasia, kenapa kamu nggak di kantor, kamu membawa tas mau ke mana? Kak Jeremy nggak ngomong padamu? Dia tahu kamu terluka jadi dia menyuruhku ke sini ...."

Dia jarang sekali ditelepon kakaknya untuk memeriksa seseorang.

Sepertinya kakaknya sangat khawatir pada wanita ini.

Takut terjadi sesuatu padanya.

Thasia meliriknya sebentar. "Sebaiknya kamu periksa Jeremy saja."

Setelah itu dia masuk ke dalam lift tanpa memedulikan tatapan bingung orang itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Kasmi Yanti
thasia yang disakiti Jeremy hati ku yg ngilu liat nya
goodnovel comment avatar
Yosi Pandu
udah lah thasia pergi aja
goodnovel comment avatar
Ayra Bia
menarik dan enjoy membaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 590

    "Oke."Tatapan Kent mengikuti sosok Thasia yang berlalu.Thasia mengendarai sepedanya keluar, dia menuju ke pusat kota.Jaraknya tidak terlalu jauh.Jeremy telah memberinya sebuah vila dengan harga yang sangat mahal.Saat ini jalanan cukup ramai, dia sedang menunggu di lampu merah.Setelah lampu berwarna hijau, dia mendorong sepedanya, tiba-tiba ada orang berkata, "Biar aku bantu."Thasia menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria muda sedang mendorong belakang sepedanya.Sepertinya pria itu menyadari Thasia sedang hamil, jadi kesulitan mengendarai sepeda.Hari ini Thasia berpakaian dengan santai. Rambutnya dikepang, memakai sebuah topi dan gaun yang lebar, perutnya sedikit menonjol.Selain ibu hamil yang akan berpakaian seperti ini, yang lainnya tidak mungkin.Thasia merasa dirinya tidak selemah itu, tapi dia juga tidak ingin menolak kebaikannya, jadi dia berkata, "Terima kasih."Dia segera sampai ke seberang, orang itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.Thasia lanjut meng

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 589

    Sabrina kira dirinya sedang bermimpi, dia merasa kesal, padahal sebelumnya dia melihat mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah bercerai. "Apa yang terjadi? Jeremy itu, dasar pria berengsek, dia cepat sekali berubahnya. Nggak bisa, pokoknya aku harus memberinya pelajaran!"Thasia sudah menerima kenyataan ini. "Nggak perlu, ada baiknya kami bercerai, sekarang aku sudah punya rumah dan uang, aku sudah menjadi janda kaya, meski aku nggak bekerja seumur hidup, aku nggak akan mati kelaparan, kamu seharusnya mengucapkan selama padaku.""Keenakan wanita murahan itu!" Sabrina memosisikan dirinya seperti Thasia, mana mungkin dia terima."Biarkan saja." Thasia berkata, "Kamu nggak perlu mengurusi masalah ini, semua sudah berlalu.""Aku mengerti, hanya saja aku khawatir kamu akan merasa sedih, aku ingin bertanya apakah perlu aku temani, tapi kamu nggak menjawab panggilanku, aku juga nggak tahu kamu ada di mana. Membuatku khawatir saja." Sabrina benar-benar khawatir padanya, tapi juga tahu s

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 588

    Matanya menatap ke arah Kent lagi, pria itu menatapnya dengan tatapan seperti biasa.Bagi Kent hal itu sudah biasa.Thasia akhirnya mengerti, pria ini tumbuh besar di lingkungan yang kejam dan selalu bersembunyi.Seperti katanya, Kent memang hidup di dunia yang gelap, tanpa adanya cahaya.Meski begitu Thasia tetap merasa terkejut, dia tidak mengerti padahal sama-sama manusia, kenapa mereka bisa hidup dengan cara yang sangat berbeda."Kenapa kamu memberikan darahmu padaku?" Thasia ingin menolak. "Aku nanti juga akan siuman kalau pingsan, kamu nggak perlu melukai dirimu, nggak baik bagi tubuhmu, aku nggak mau kamu bertindak seperti ini."Kent tersenyum santai, mungkin hal ini hal paling santai yang pernah dia lakukan. "Nggak masalah, hanya mengeluarkan sedikit darah saja, nggak akan mengancam nyawa.""Nggak boleh bilang begitu, lain kali nggak boleh lagi!" Thasia menentangnya dengan tegas. "Saat kamu bersamaku maka kamu juga harus dihargai, bukan barang untuk dikorbankan, kamu juga nggak

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 587

    Kent ingin menghindari, jelas dia tidak ingin Thasia menyentuhnya.Saat ini Thasia merasa lebih curiga, dia bertanya, "Kenapa kamu berdarah?"Padahal Kent sudah terluka cukup lama, meski luka di tubuhnya masih belum sembuh total, tidak seharusnya masih meneteskan darah.Kecuali lukanya bertambah lagi.Kent menarik lengan bajunya, tapi beberapa tetes darah itu tidak bisa ditutupi dengan mudah.Pria itu tersenyum, lalu mencari alasan. "Tadi saat memasak nggak sengaja terluka, bukan masalah besar."Alasan itu tidak bisa mengelabui Thasia."Kamu sudah terbiasa melakukan pembedahan, mana mungkin bisa terluka saat memasak. Kamu nggak akan bisa membohongiku!" Thasia mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak percaya pada penjelasannya ini. "Luka ini sepertinya bukan muncul saat kamu memasak tadi, kenapa kamu bisa terluka?"Kent terdiam.Pria itu tidak mau bilang, Thasia tetap punya mata untuk melihat, dia menarik tangan Kent, ternyata di pergelangan tangannya ada luka yang diperban dengan k

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 586

    "Ini pertama kalinya aku masak."Thasia mengangkat alisnya. "Nggak masalah, aku ingin mencicipi masakanmu, mungkin saja kamu berbakat."Setengah jam kemudian Kent baru berjalan keluar dari dapur.Tidak ada aroma gosong, berarti Kent tidak membuat dapurnya terbakar.Namun, ketika Kent meletakkan masakannya di atas meja, Thasia merasa sangat terkejut.Thasia menatap Kent dengan tatapan ketakutan.Kent pikir Thasia tidak tahu masakan apa ini, jadi dia menjelaskan dengan tenang, "Ini hati ayam, ini ampela ayam ... kedua hal itu termasuk organ dalamnya, ini badan ayam, ini bagian pahanya, ada banyak daging tapi nggak eneg ...."Setelah mendengar penjelasan Kent, dia seakan-akan mendengarkan penjelasan bagian tubuh.Bisa dibayangkan saat Kent memasak, dia membedah ayam itu, begitu melihatnya selera makan Thasia pun menghilang.Sebaliknya malah membuatnya ingin muntah.Melihat Thasia masih belum mulai makan, Kent bertanya, "Kenapa? Kelihatannya nggak enak? Padahal aku sudah berusaha membuatny

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 585

    Tatapan Kent menjadi rumit, kalau Thasia tahu apa yang telah dirinya lakukan, wanita ini pasti tidak akan berkata seperti itu.Kent saja tidak berani menyentuh tangan Thasia, apalagi melakukan hal jahat padanya.Kent tidak menolak lagi, dia membiarkan Thasia menyentuh tangannya.Mereka berdua terdiam cukup lama, warna darah di gelang mutiara yang dipakai Thasia menjadi lebih pekat, hal ini terlihat oleh wanita itu, dia pun bertanya, "Apakah mutiara di gelang ini bisa berubah warna?"Tatapan Kent menjadi lebih gelap. "Benarkah?"Thasia memosisikan gelang itu di bawah sinar matahari, memang benar warna merahnya jadi lebih pekat. "Aku kira karena ini gelang lama, jadi warnanya bisa lebih gelap, tapi sekarang warna merahnya jadi lebih pekat. Gelang ini biasanya kamu yang pakai, 'kan? Kamu nggak sadar?"Kent tanpa sadar mengelus pergelangan tangannya, tertawa sambil berkata, "Mungkin ini barang palsu, aku nggak tahu, aku nggak pernah tes."Thasia menatap Kent. "Kalau palsu mungkinkah kamu m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status