Share

Bab 11

Author: Natasha
Ricky Sendio merasa bingung, mungkinkah Jeremy sedang sakit?

Bukankah beberapa waktu yang lalu pria itu sudah melakukan pemeriksaan, tubuhnya juga tidak bermasalah.

Thasia itu istrinya, kalau ada masalah mungkinkah ....

Ricky segera berjalan ke kantor, setelah memanggilnya, tatapannya tertuju pada celana Jeremy.

Melihat tatapan anehnya, Jeremy mengerutkan kening. "Aku menyuruhmu memeriksa Thasia, untuk apa kamu melihatku?"

Ricky menarik kembali arah pandangannya, dia tersenyum dengan canggung. "Nggak apa-apa, aku tadi bertemu Kak Thasia di pintu lift. Dia sudah pergi, sepertinya dia sedang marah."

Jeremy berkata, "Nanti juga akan kembali."

"Kalian bertengkar?"

"Wanita ngambek itu sudah biasa."

Ricky ingin mengatakan sesuatu tapi tidak enak, pada akhirnya dia hanya duduk di sofa samping.

Melihat pria itu masih tidak pergi, dia pun berkata, "Dia sudah pergi, untuk apa kamu masih di sini, aku sudah nggak membutuhkanmu lagi."

"Aku baru datang tapi sudah diusir, setidaknya mengobrollah denganku sebentar."

Ricky menyentuh hidungnya sambil berpikir, lalu berkata sambil tertawa, "Kak Thasia marah juga ada alasan, masalah dalam rumah tangga sudah biasa, kalau masalah terselesaikan, bukankah kalian juga akan baikan? Aku rasa kamu bisa menurunkan sedikit egomu, cobalah ke rumah sakit untuk periksa, mungkin saja bisa menjadi solusi di antara kalian, Kak Thasia juga nggak akan membuangmu."

Mendengar ini Jeremy seketika terlihat tidak senang, dia merasa ada yang tidak beres, tatapan tajamnya tertuju pada Ricky.

Ricky yang ditatap seperti itu olehnya merasa punggungnya sedikit dingin, karena takut menyinggungnya, dia pun berkata dengan tertekan, "Nggak harus begitu juga ... sebenarnya antara suami istri juga harus saling mengerti, kalau salah satu pihak mandul, lalu masih bisa disembuhkan, bukan harus disembuhkan."

"Thasia yang bilang begitu?" tanya Jeremy.

Ricky menelan ludahnya dan berkata dengan memberanikan diri, "Kak Thasia menyuruhku memeriksamu."

Melihatnya membawa kotak medis ingin mendekat, Jeremy segera berkata, "Keluar!"

Thasia sudah sampai di rumah Keluarga Okson, dia berpikir mengemasi barang-barangnya untuk pindah.

Saat ini Yasmin dan teman-temannya sedang bermain mahyong dengan senang, mereka sesekali akan membahas menantu mereka.

Namun, Yasmin selalu menjelek-jeleki menantunya, selalu membandingkannya dengan menantu orang lain, berkata menantunya tidak baik.

Pokoknya tidak ada satu pun kelebihan di dirinya.

Thasia sudah terbiasa mendengar semua ini, dia juga tidak memedulikannya.

Begitu dia masuk, dia tidak ingin ikut campur dalam perbincangan mereka.

Yasmin yang melihatnya segera berhenti bermain, wajahnya seketika terlihat tidak senang, dia berteriak, "Berhenti kamu!"

Thasia pun menghentikan langkahnya, menoleh pada Yasmin. "Ada apa?"

Yasmin terlihat marah, dia seketika berkata, "Pintar sekali kamu pakai uang, sekali pakai langsung menghabiskan dua miliar, anakku nikah denganmu lama-lama bangkrut. Seharusnya kamu pikir juga keadaan keluarga kita, menantu siapa yang begitu boros sepertimu!"

Thasia merasa bingung, dia merasa hal ini tidak masuk akal. "Kapan aku menghabiskan uang sebanyak itu?"

Semenjak dia menikah, barang paling mahal dari Jeremy saja masih dia simpan di lemari, tidak pernah dia keluarkan.

Dia bahkan tidak pernah berpikir untuk menggunakan uang mereka.

Semua uang yang dia pakai adalah hasil jerih payahnya sendiri.

"Masih mau berpura-pura bodoh, lihat sendiri!" Yasmin menuduh dengan galak, "Kamu membeli baju seharga dua miliar, memangnya kamu pikir kamu siapa? Hanya bisa menggunakan uang, dengan keborosanmu ini aku rasa keluargaku sebentar lagi akan bangkrut karenamu!"

Di ponsel itu terdapat pesan pembelian baju wanita seharga dua miliar. Thasia seketika terdiam.

Dia akhir-akhir ini tidak pergi berbelanja.

Apalagi membeli baju.

Dia bukan tipe wanita yang rela membeli baju dengan harga dua miliar.

Thasia menatap Yasmin dan berkata dengan tegas, "Bukan aku yang beli."

Yasmin tidak percaya. "Kalau bukan kamu yang gesek kartu kredit itu siapa lagi? Mungkinkah hantu yang membelinya?"

"Aku nggak pernah menggunakan kartu kreditnya."

"Masih membantah, memangnya siapa saja yang punya kartu kredit keluarga kita, bahkan membeli baju wanita, kalau aku nggak diam-diam masuk ke akun kartu kreditmu, aku nggak akan tahu kamu diam-diam pakai kartu itu. Nggak hanya itu, selama bertahun-tahun kamu di rumahku, berapa banyak uang yang kamu gunakan? Cepat katakan!" Saat Yasmin memeriksa transaksi, dia merasa terkejut ada yang membeli barang dengan harga begitu mahal, seketika dia mencurigai Thasia.

Thasia juga tahu selama dia menikah dengan Jeremy, begitu Yasmin tidak menyukainya, rumah ini bukan rumahnya lagi.

Dia juga tidak ingin mencari masalah, jadi dia tidak melakukan hal yang berlebihan.

Kalau ada masalah wanita itu selalu mencurigainya, hal ini membuatnya kesal, jadi dia berkata, "Kamu bisa periksa. Kalau ada masalah jangan selalu menuduhku."

"Lihat sifatmu ini, kalau bukan kamu siapa lagi. Dasar gadis pemboros, aku tahu kamu dari awal sudah mengincar uang keluarga kami ...."

"Aku yang pakai uang itu."

Seketika suara Jeremy terdengar di pintu.

Begitu sampai di rumah dia sudah mendengar suara pertengkaran mereka, ekspresinya pun terlihat dingin.

Tatapan Thasia dan Yasmin jatuh padanya, Yasmin seketika membeku. Dia sudah berdebat panjang lebar, ternyata anaknya yang memakai uang itu, jadi dia berkata, "Jeremy, mana mungkin kamu yang pakai, ini transaksi untuk membeli baju wanita, jangan-jangan kamu ingin melindunginya?"

Jeremy berkata, "Aku beli untuk Lisa."

Perkataannya ini membuat Yasmin terdiam, dia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Namun, wajah Thasia semakin terlihat tidak senang, tatapan curiganya tertuju pada Jeremy.

Pria ini rela mengeluarkan uang dua miliar membeli gaun untuk Lisa.

Cinta sekali dia pada gadis itu.

Thasia tersenyum mengejek, dia menoleh dan langsung ke atas.

Yasmin saat ini berpikir, Jeremy membelikan baju yang begitu mahal untuk Lisa, mungkinkah hubungan mereka ada perkembangan, maka sebentar lagi Jeremy dan Thasia pasti akan bercerai. Seketika suasana hatinya membaik, dia berkata, "Jeremy, aku nggak merasa keberatan kalau membeli barang untuk Lisa, aku hanya bertanya saja."

Jeremy menatapnya dengan dingin lalu berkata, "Aku hanya meminjamkannya saja."

Yasmin tertegun. "Pinjam?"

Jeremy menatap Yasmin dan memperingatinya, "Kamu nggak perlu ikut campur."

Yasmin awalnya merasa senang, mendengar ini ekspresinya pun berubah. Dia ingin menjawabnya, tapi setelah melihat wajah Jeremy, dia pun terdiam agar tidak terjadi perdebatan yang tidak diinginkan.

Thasia segera naik untuk membereskan kopernya, perkataan Jeremy membuat tekadnya untuk pergi semakin bulat.

Setidaknya kalau dia pergi sekarang, dia tidak akan diusir dengan menyedihkan nanti.

Thasia juga tahu diri, mereka begitu takut dirinya menggunakan uang mereka, jadi semua perhiasan yang pernah Jeremy berikan padanya tidak dia bawa, dia hanya membawa bajunya sendiri.

Dia membereskannya dengan asal-asalan.

Kebetulan saat ini Jeremy berjalan masuk, melihatnya sibuk membereskan koper, dia pun mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu lakukan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Kasmi Yanti
ayo thasia tinggal kan yg tidak peduli sama kamu
goodnovel comment avatar
Mbak Indah Hwi
pergi saja thasia. aku pun ikut sedih baca nya
goodnovel comment avatar
Ririn Oktarina
kecewa dg sikap jeremy
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 590

    "Oke."Tatapan Kent mengikuti sosok Thasia yang berlalu.Thasia mengendarai sepedanya keluar, dia menuju ke pusat kota.Jaraknya tidak terlalu jauh.Jeremy telah memberinya sebuah vila dengan harga yang sangat mahal.Saat ini jalanan cukup ramai, dia sedang menunggu di lampu merah.Setelah lampu berwarna hijau, dia mendorong sepedanya, tiba-tiba ada orang berkata, "Biar aku bantu."Thasia menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria muda sedang mendorong belakang sepedanya.Sepertinya pria itu menyadari Thasia sedang hamil, jadi kesulitan mengendarai sepeda.Hari ini Thasia berpakaian dengan santai. Rambutnya dikepang, memakai sebuah topi dan gaun yang lebar, perutnya sedikit menonjol.Selain ibu hamil yang akan berpakaian seperti ini, yang lainnya tidak mungkin.Thasia merasa dirinya tidak selemah itu, tapi dia juga tidak ingin menolak kebaikannya, jadi dia berkata, "Terima kasih."Dia segera sampai ke seberang, orang itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.Thasia lanjut meng

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 589

    Sabrina kira dirinya sedang bermimpi, dia merasa kesal, padahal sebelumnya dia melihat mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah bercerai. "Apa yang terjadi? Jeremy itu, dasar pria berengsek, dia cepat sekali berubahnya. Nggak bisa, pokoknya aku harus memberinya pelajaran!"Thasia sudah menerima kenyataan ini. "Nggak perlu, ada baiknya kami bercerai, sekarang aku sudah punya rumah dan uang, aku sudah menjadi janda kaya, meski aku nggak bekerja seumur hidup, aku nggak akan mati kelaparan, kamu seharusnya mengucapkan selama padaku.""Keenakan wanita murahan itu!" Sabrina memosisikan dirinya seperti Thasia, mana mungkin dia terima."Biarkan saja." Thasia berkata, "Kamu nggak perlu mengurusi masalah ini, semua sudah berlalu.""Aku mengerti, hanya saja aku khawatir kamu akan merasa sedih, aku ingin bertanya apakah perlu aku temani, tapi kamu nggak menjawab panggilanku, aku juga nggak tahu kamu ada di mana. Membuatku khawatir saja." Sabrina benar-benar khawatir padanya, tapi juga tahu s

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 588

    Matanya menatap ke arah Kent lagi, pria itu menatapnya dengan tatapan seperti biasa.Bagi Kent hal itu sudah biasa.Thasia akhirnya mengerti, pria ini tumbuh besar di lingkungan yang kejam dan selalu bersembunyi.Seperti katanya, Kent memang hidup di dunia yang gelap, tanpa adanya cahaya.Meski begitu Thasia tetap merasa terkejut, dia tidak mengerti padahal sama-sama manusia, kenapa mereka bisa hidup dengan cara yang sangat berbeda."Kenapa kamu memberikan darahmu padaku?" Thasia ingin menolak. "Aku nanti juga akan siuman kalau pingsan, kamu nggak perlu melukai dirimu, nggak baik bagi tubuhmu, aku nggak mau kamu bertindak seperti ini."Kent tersenyum santai, mungkin hal ini hal paling santai yang pernah dia lakukan. "Nggak masalah, hanya mengeluarkan sedikit darah saja, nggak akan mengancam nyawa.""Nggak boleh bilang begitu, lain kali nggak boleh lagi!" Thasia menentangnya dengan tegas. "Saat kamu bersamaku maka kamu juga harus dihargai, bukan barang untuk dikorbankan, kamu juga nggak

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 587

    Kent ingin menghindari, jelas dia tidak ingin Thasia menyentuhnya.Saat ini Thasia merasa lebih curiga, dia bertanya, "Kenapa kamu berdarah?"Padahal Kent sudah terluka cukup lama, meski luka di tubuhnya masih belum sembuh total, tidak seharusnya masih meneteskan darah.Kecuali lukanya bertambah lagi.Kent menarik lengan bajunya, tapi beberapa tetes darah itu tidak bisa ditutupi dengan mudah.Pria itu tersenyum, lalu mencari alasan. "Tadi saat memasak nggak sengaja terluka, bukan masalah besar."Alasan itu tidak bisa mengelabui Thasia."Kamu sudah terbiasa melakukan pembedahan, mana mungkin bisa terluka saat memasak. Kamu nggak akan bisa membohongiku!" Thasia mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak percaya pada penjelasannya ini. "Luka ini sepertinya bukan muncul saat kamu memasak tadi, kenapa kamu bisa terluka?"Kent terdiam.Pria itu tidak mau bilang, Thasia tetap punya mata untuk melihat, dia menarik tangan Kent, ternyata di pergelangan tangannya ada luka yang diperban dengan k

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 586

    "Ini pertama kalinya aku masak."Thasia mengangkat alisnya. "Nggak masalah, aku ingin mencicipi masakanmu, mungkin saja kamu berbakat."Setengah jam kemudian Kent baru berjalan keluar dari dapur.Tidak ada aroma gosong, berarti Kent tidak membuat dapurnya terbakar.Namun, ketika Kent meletakkan masakannya di atas meja, Thasia merasa sangat terkejut.Thasia menatap Kent dengan tatapan ketakutan.Kent pikir Thasia tidak tahu masakan apa ini, jadi dia menjelaskan dengan tenang, "Ini hati ayam, ini ampela ayam ... kedua hal itu termasuk organ dalamnya, ini badan ayam, ini bagian pahanya, ada banyak daging tapi nggak eneg ...."Setelah mendengar penjelasan Kent, dia seakan-akan mendengarkan penjelasan bagian tubuh.Bisa dibayangkan saat Kent memasak, dia membedah ayam itu, begitu melihatnya selera makan Thasia pun menghilang.Sebaliknya malah membuatnya ingin muntah.Melihat Thasia masih belum mulai makan, Kent bertanya, "Kenapa? Kelihatannya nggak enak? Padahal aku sudah berusaha membuatny

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 585

    Tatapan Kent menjadi rumit, kalau Thasia tahu apa yang telah dirinya lakukan, wanita ini pasti tidak akan berkata seperti itu.Kent saja tidak berani menyentuh tangan Thasia, apalagi melakukan hal jahat padanya.Kent tidak menolak lagi, dia membiarkan Thasia menyentuh tangannya.Mereka berdua terdiam cukup lama, warna darah di gelang mutiara yang dipakai Thasia menjadi lebih pekat, hal ini terlihat oleh wanita itu, dia pun bertanya, "Apakah mutiara di gelang ini bisa berubah warna?"Tatapan Kent menjadi lebih gelap. "Benarkah?"Thasia memosisikan gelang itu di bawah sinar matahari, memang benar warna merahnya jadi lebih pekat. "Aku kira karena ini gelang lama, jadi warnanya bisa lebih gelap, tapi sekarang warna merahnya jadi lebih pekat. Gelang ini biasanya kamu yang pakai, 'kan? Kamu nggak sadar?"Kent tanpa sadar mengelus pergelangan tangannya, tertawa sambil berkata, "Mungkin ini barang palsu, aku nggak tahu, aku nggak pernah tes."Thasia menatap Kent. "Kalau palsu mungkinkah kamu m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status