Share

Bab 9

Author: Natasha
Tepat saat itu Thasia sudah sampai di kantor, suasana di area kantor presdir sangat tegang.

"Kak Thasia."

Begitu dia datang semua orang memanggilnya dengan sopan.

"Kak Thasia, lukamu sudah sembuh?"

Thasia tidak ingin mereka terlalu khawatir. "Hanya luka kecil, kemarin setelah istirahat keadaanku sudah membaik."

"Tapi seharusnya kamu masih istirahat, minta izin saja dengan Pak Jeremy, kamu masih terluka tapi sudah masuk kerja. Kak Thasia, kamu rajin sekali." Mereka merasa salut pada Thasia, dia lebih sering kerja daripada menikmati kehidupannya, mereka rasa tidak ada sekretaris serajin Thasia lagi.

Pernikahan Jeremy dan Thasia masih dirahasiakan, semua orang tidak tahu hubungan mereka yang sebenarnya, jadi dia juga tidak berani terlalu berkomentar. "Aku ke kantor Pak Jeremy dulu, kalian kerjakan saja kerjaan kalian, nggak perlu memikirkanku."

Baru sampai di pintu, dia mendengar Jeremy berteriak, "Pecat semua orang yang menyebabkan kelalaian itu di lapangan."

Thasia tertegun, dia pikir maksud pria itu dirinya.

Setelah beberapa saat, sekelompok orang berjalan keluar dari dalam kantor Jeremy.

Semua orang yang keluar menundukkan kepalanya. Ekspresi Thasia pun tetap terlihat datar, dia bersikap seperti biasa sambil berjalan masuk.

Jeremy segera menoleh padanya, tatapannya tertuju pada luka di kepala wanita itu. Wajah Thasia terlihat sedikit pucat, sepertinya lukanya cukup parah.

"Pak Jeremy," panggil Thasia.

Jeremy menoleh lagi, dia tidak membahas masalah di lapangan, dia malah meletakkan dokumen yang tadi pagi dia terima ke meja. "Apa maksudnya ini?"

Itu surat cerai yang dikirim Sabrina tadi pagi, Thasia pun menjawab dengan tenang, "Aku rasa Pak Jeremy seharusnya mengerti, itu adalah surat cerai. Hari ini aku ke kantor bukan hanya untuk membahas masalah kerjaan, tapi juga membahas masalah perceraian ini, apakah Pak Jeremy punya waktu?"

"Thasia!" Suara Jeremy sedikit kencang, nadanya terdengar dingin, "Aku bahkan nggak tahu kamu sangat menginginkan anak."

Thasia merasa bingung. "Maksudnya?"

Jeremy melemparkan dokumennya. "Lihat saja sendiri."

Thasia membuka dokumen itu, dia baru sadar salah satu alasan cerai mereka di sana tertulis: "Pihak wanita menginginkan anak, tapi pihak pria tidak bisa memberikannya, jadi hubungan mereka berakhir!"

Seketika Thasia merasa canggung. Sabrina yang mengurus surat cerai ini, dia tidak tahu wanita itu memasukkan alasan ini.

Semua kata membelanya.

Pantas saja saat dia keluar tadi Sabrina terlihat bersemangat, seakan-akan begitu dia pergi dirinya akan menjadi kaya.

Hal ini sungguh tidak masuk akal.

Dia menoleh pada Jeremy, pria itu marah mungkin karena berpikir dirinya sedang memerasnya.

"Pak Jeremy, aku salah mengirim surat cerainya." Thasia merapikan suratnya. "Kalau nggak terburu-buru, aku akan membuat surat baru."

"Aku nggak bisa memberikanmu anak?"

Pria itu sudah melangkah ke arahnya, wajahnya terlihat dingin, seakan-akan dia ingin memastikan makna dari kalimat itu dari Thasia.

Thasia pun melangkah mundur sedikit. "Pak Jeremy, mungkin Lisa lebih tahu hal ini daripada aku ...."

Seketika Jeremy menarik Thasia ke dalam pelukannya.

Thasia tidak bisa melawan, tubuhnya didorong oleh pria itu hingga ke meja.

Kedua tangan Thasia menahan permukaan meja, pinggulnya mengenai sisi meja sehingga terasa sedikit sakit.

"Kalau kamu sangat ingin memiliki anak kenapa nggak bilang dari dulu?" tanya Jeremy.

Thasia membuka mulutnya, tapi suaranya tidak bisa keluar. Saat itu juga Jeremy mendengus. "Kamu ingin menggunakan anak untuk mengikatku? Jadi surat cerai ini hanya alasan, sebenarnya kamu ingin punya anak denganku, bukan?"

Perkataan Jeremy membuat ekspresi Thasia terlihat tidak senang, dia pun segera mendorong pria itu, "Pak Jeremy, mohon jangan kelewatan."

Reaksi Jeremy malah semakin dingin, nada pun juga terdengar menusuk, "Thasia, selama bertahun-tahun ini aku nggak pernah bertindak keterlaluan padamu, sebaiknya hilangkan saja pikiranmu yang nggak masuk akal itu!"

Pria itu tidak memahaminya.

Menurut pria itu, Thasia akan merasa bahagia kalau menikah dengannya, dengan posisi sebagai "Nyonya Okson" dia bisa menjalani kehidupan yang indah.

Namun, Thasia tidak merasa bahagia.

Thasia menenangkan dirinya, dia tidak ingin bertengkar dengannya. "Jangan lupa kamu yang menentukan batas waktu pernikahan kita, aku hanya membahasnya saja."

"Memang aku yang menentukannya, jadi aku yang berhak memutuskannya. Tanpa persetujuan dariku, kita nggak akan bisa bercerai."

Thasia merasa bingung. Kalau mereka bisa bercerai secepatnya, bukankah pria ini bisa lebih cepat bersama Lisa?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 590

    "Oke."Tatapan Kent mengikuti sosok Thasia yang berlalu.Thasia mengendarai sepedanya keluar, dia menuju ke pusat kota.Jaraknya tidak terlalu jauh.Jeremy telah memberinya sebuah vila dengan harga yang sangat mahal.Saat ini jalanan cukup ramai, dia sedang menunggu di lampu merah.Setelah lampu berwarna hijau, dia mendorong sepedanya, tiba-tiba ada orang berkata, "Biar aku bantu."Thasia menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria muda sedang mendorong belakang sepedanya.Sepertinya pria itu menyadari Thasia sedang hamil, jadi kesulitan mengendarai sepeda.Hari ini Thasia berpakaian dengan santai. Rambutnya dikepang, memakai sebuah topi dan gaun yang lebar, perutnya sedikit menonjol.Selain ibu hamil yang akan berpakaian seperti ini, yang lainnya tidak mungkin.Thasia merasa dirinya tidak selemah itu, tapi dia juga tidak ingin menolak kebaikannya, jadi dia berkata, "Terima kasih."Dia segera sampai ke seberang, orang itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.Thasia lanjut meng

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 589

    Sabrina kira dirinya sedang bermimpi, dia merasa kesal, padahal sebelumnya dia melihat mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah bercerai. "Apa yang terjadi? Jeremy itu, dasar pria berengsek, dia cepat sekali berubahnya. Nggak bisa, pokoknya aku harus memberinya pelajaran!"Thasia sudah menerima kenyataan ini. "Nggak perlu, ada baiknya kami bercerai, sekarang aku sudah punya rumah dan uang, aku sudah menjadi janda kaya, meski aku nggak bekerja seumur hidup, aku nggak akan mati kelaparan, kamu seharusnya mengucapkan selama padaku.""Keenakan wanita murahan itu!" Sabrina memosisikan dirinya seperti Thasia, mana mungkin dia terima."Biarkan saja." Thasia berkata, "Kamu nggak perlu mengurusi masalah ini, semua sudah berlalu.""Aku mengerti, hanya saja aku khawatir kamu akan merasa sedih, aku ingin bertanya apakah perlu aku temani, tapi kamu nggak menjawab panggilanku, aku juga nggak tahu kamu ada di mana. Membuatku khawatir saja." Sabrina benar-benar khawatir padanya, tapi juga tahu s

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 588

    Matanya menatap ke arah Kent lagi, pria itu menatapnya dengan tatapan seperti biasa.Bagi Kent hal itu sudah biasa.Thasia akhirnya mengerti, pria ini tumbuh besar di lingkungan yang kejam dan selalu bersembunyi.Seperti katanya, Kent memang hidup di dunia yang gelap, tanpa adanya cahaya.Meski begitu Thasia tetap merasa terkejut, dia tidak mengerti padahal sama-sama manusia, kenapa mereka bisa hidup dengan cara yang sangat berbeda."Kenapa kamu memberikan darahmu padaku?" Thasia ingin menolak. "Aku nanti juga akan siuman kalau pingsan, kamu nggak perlu melukai dirimu, nggak baik bagi tubuhmu, aku nggak mau kamu bertindak seperti ini."Kent tersenyum santai, mungkin hal ini hal paling santai yang pernah dia lakukan. "Nggak masalah, hanya mengeluarkan sedikit darah saja, nggak akan mengancam nyawa.""Nggak boleh bilang begitu, lain kali nggak boleh lagi!" Thasia menentangnya dengan tegas. "Saat kamu bersamaku maka kamu juga harus dihargai, bukan barang untuk dikorbankan, kamu juga nggak

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 587

    Kent ingin menghindari, jelas dia tidak ingin Thasia menyentuhnya.Saat ini Thasia merasa lebih curiga, dia bertanya, "Kenapa kamu berdarah?"Padahal Kent sudah terluka cukup lama, meski luka di tubuhnya masih belum sembuh total, tidak seharusnya masih meneteskan darah.Kecuali lukanya bertambah lagi.Kent menarik lengan bajunya, tapi beberapa tetes darah itu tidak bisa ditutupi dengan mudah.Pria itu tersenyum, lalu mencari alasan. "Tadi saat memasak nggak sengaja terluka, bukan masalah besar."Alasan itu tidak bisa mengelabui Thasia."Kamu sudah terbiasa melakukan pembedahan, mana mungkin bisa terluka saat memasak. Kamu nggak akan bisa membohongiku!" Thasia mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak percaya pada penjelasannya ini. "Luka ini sepertinya bukan muncul saat kamu memasak tadi, kenapa kamu bisa terluka?"Kent terdiam.Pria itu tidak mau bilang, Thasia tetap punya mata untuk melihat, dia menarik tangan Kent, ternyata di pergelangan tangannya ada luka yang diperban dengan k

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 586

    "Ini pertama kalinya aku masak."Thasia mengangkat alisnya. "Nggak masalah, aku ingin mencicipi masakanmu, mungkin saja kamu berbakat."Setengah jam kemudian Kent baru berjalan keluar dari dapur.Tidak ada aroma gosong, berarti Kent tidak membuat dapurnya terbakar.Namun, ketika Kent meletakkan masakannya di atas meja, Thasia merasa sangat terkejut.Thasia menatap Kent dengan tatapan ketakutan.Kent pikir Thasia tidak tahu masakan apa ini, jadi dia menjelaskan dengan tenang, "Ini hati ayam, ini ampela ayam ... kedua hal itu termasuk organ dalamnya, ini badan ayam, ini bagian pahanya, ada banyak daging tapi nggak eneg ...."Setelah mendengar penjelasan Kent, dia seakan-akan mendengarkan penjelasan bagian tubuh.Bisa dibayangkan saat Kent memasak, dia membedah ayam itu, begitu melihatnya selera makan Thasia pun menghilang.Sebaliknya malah membuatnya ingin muntah.Melihat Thasia masih belum mulai makan, Kent bertanya, "Kenapa? Kelihatannya nggak enak? Padahal aku sudah berusaha membuatny

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 585

    Tatapan Kent menjadi rumit, kalau Thasia tahu apa yang telah dirinya lakukan, wanita ini pasti tidak akan berkata seperti itu.Kent saja tidak berani menyentuh tangan Thasia, apalagi melakukan hal jahat padanya.Kent tidak menolak lagi, dia membiarkan Thasia menyentuh tangannya.Mereka berdua terdiam cukup lama, warna darah di gelang mutiara yang dipakai Thasia menjadi lebih pekat, hal ini terlihat oleh wanita itu, dia pun bertanya, "Apakah mutiara di gelang ini bisa berubah warna?"Tatapan Kent menjadi lebih gelap. "Benarkah?"Thasia memosisikan gelang itu di bawah sinar matahari, memang benar warna merahnya jadi lebih pekat. "Aku kira karena ini gelang lama, jadi warnanya bisa lebih gelap, tapi sekarang warna merahnya jadi lebih pekat. Gelang ini biasanya kamu yang pakai, 'kan? Kamu nggak sadar?"Kent tanpa sadar mengelus pergelangan tangannya, tertawa sambil berkata, "Mungkin ini barang palsu, aku nggak tahu, aku nggak pernah tes."Thasia menatap Kent. "Kalau palsu mungkinkah kamu m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status