Share

Bab 12

Author: Natasha
Thasia menoleh. "Kemas barang."

"Mau ke mana?"

Thasia berkata, "Pulang."

"Bukankah ini rumahmu?" kata Jeremy dengan nada dingin.

Seketika hati Thasia terasa sakit, dia pun menatap Jeremy. "Menurutmu ini rumahku? Aku hanya menumpang saja di tempat kalian."

Jeremy segera menari tangannya, menghentikannya mengemasi koper, lalu suara bernada dinginnya terdengar dari atas kepala. "Kamu ingin marah sampai kapan?"

Thasia tidak berani mendongak, takut dirinya akan menangis melihat wajah pria itu, dia segera menepisnya. "Aku nggak marah, aku serius. Pak Jeremy, minggir sebentar, aku ingin beres-beres."

Thasia bersikeras ingin cerai dengannya, Jeremy pun segera membanting pintu.

Mendengar ini Thasia segera menoleh, lalu Jeremy berkata, "Kenapa kamu ingin pergi?"

Thasia tidak menjawab.

Jeremy mendekatinya lalu berkata dengan penuh selidik, "Kamu merasa aku nggak bisa menghamilimu? Kamu ingin aku membuktikannya sekarang, hah?"

Perkataannya ini membuat Thasia merasa takut, seketika dia teringat salah paham yang ditimbulkan oleh surat cerai tadi pagi.

Dia ingin bangkit berdiri, tapi Jeremy menempel pada tubuhnya, seketika kaki Thasia terasa lemas, dia pun jatuh ke atas kasur, seakan-akan memberi Jeremy kesempatan. Pria itu menekannya di bawah ranjang, tubuhnya yang tinggi menatapnya di bawah dengan mata membara.

Thasia seketika merasakan ada tekanan dari atas kepalanya, dia pun menunduk sambil menjelaskan, "Aku nggak berpikir seperti itu, kamu salah, jangan terlalu dipikirkan. Aku akan membuat ulang surat cerai itu, kamu pasti ...."

Perkataan Thasia berhasil membuat Jeremy marah, tubuh tinggi pria itu segera bergerak ke bawah.

Thasia seketika merasa takut, dia tidak berani bergerak, tangannya menahan di dada pria itu. "Kamu ingin berbuat apa?"

Jeremy menjepit dagunya, lalu berkata dengan nada dingin, "Thasia, kamu terus mengungkit tentang cerai, sepertinya aku kurang memuaskanmu."

Thasia masih memikirkan apa maksudnya, tapi dia menyadari tubuh pria itu semakin lama semakin panas, seketika dia mulai mengerti. Wajah Thasia memerah, seakan-akan dirinya masuk ke dalam oven, dia pun merasa gugup. "Jeremy, kamu jangan emosian dulu, aku nggak bermaksud begitu."

"Hasrat antara suami istri memangnya salah?" tanya Jeremy.

Thasia segera berkata, "Tapi kamu dari awal sudah bilang kita nggak boleh melewati batas!"

Tatapan Jeremy menjadi mengerikan, matanya menggelap, tubuhnya seketika terasa membara, tangannya segera menekan pinggul Thasia.

Tubuh Thasia pun membeku.

Meski pernah melewatkan malam bersama, tapi mereka hanya melakukannya sekali, malam itu Jeremy juga sedang mabuk. Saat ini keduanya dalam keadaan sadar, dia pun merasa sedikit asing, tubuhnya pun bergetar.

Kancing bajunya sudah terbuka sebagian, Thasia bisa merasakan hawa dingin di tubuhnya.

Namun, di benaknya muncul gambaran saat malam pernikahan mereka, ketika Jeremy dengan dingin mengatakan kalau dia berani melewati batasan antar mereka, pria itu akan membuat dirinya merasakan akibatnya.

Seketika Thasia tersadar, dia segera menangkap tangan Jeremy yang bergerak dengan liar, berusaha menolaknya. "Jangan, aku sedang nggak ingin!"

Hasrat Jeremy seketika hilang karena penolakannya, melihat Thasia ketakutan, ekspresinya pun menjadi dingin. "Thasia, aku sudah memberimu kesempatan tapi kamu yang nggak mau."

Sikap dingin pria itu membuat Thasia kecewa. "Aku nggak menginginkannya."

Jeremy menutup bibirnya, dia menarik tangannya sambil bergerak berdiri, membelakanginya, lalu berkata dengan dingin "Kamu juga tahu alasan kita menikah karena apa, jadi jangan pernah mengharapkan sesuatu dariku."

Jeremy merapikan pakaiannya dan berjalan keluar.

Seketika kamar itu menjadi hening. Thasia tercengang di tempatnya tanpa bisa bergerak.

Thasia hanya merasa sangat dingin. Dia terduduk, kedua tangannya memeluk kaki hingga tubuhnya membentuk sebuah bola, dengan begini dia baru merasa tidak akan tersakiti.

Thasia tahu akan hal itu, walau sudah tahu tetap saja dia merasa sakit mendengar kata-kata pria itu.

Pernikahan mereka bukan berdasarkan cinta, dia tidak bisa berharap apa-apa.

Thasia berpikir, kalau tidak ada pernikahan ini, mungkin dia bisa hidup dengan lebih baik, tidak perlu terikat dengannya selama tiga tahun. Dia juga bisa melupakan perasaannya dan mencintai orang lain.

Dia menutup matanya. Seketika dia merasa lelah, entah kapan perasaan kecewa dan sakit ini berakhir.

Tanpa sadar Thasia tertidur, tapi dia tiba-tiba mendengar suara, dia pun terbangun lagi.

Di bawah cahaya lampu redup dia melihat seseorang berjalan dengan terhuyung-huyung ke arah kasur, sebelum dia bereaksi, orang itu sudah memeluknya.

Pelukannya itu sangat kuat, seakan-akan takut kehilangan dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kasmi Yanti
apa sih mau nya kamu Jeremy
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 590

    "Oke."Tatapan Kent mengikuti sosok Thasia yang berlalu.Thasia mengendarai sepedanya keluar, dia menuju ke pusat kota.Jaraknya tidak terlalu jauh.Jeremy telah memberinya sebuah vila dengan harga yang sangat mahal.Saat ini jalanan cukup ramai, dia sedang menunggu di lampu merah.Setelah lampu berwarna hijau, dia mendorong sepedanya, tiba-tiba ada orang berkata, "Biar aku bantu."Thasia menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria muda sedang mendorong belakang sepedanya.Sepertinya pria itu menyadari Thasia sedang hamil, jadi kesulitan mengendarai sepeda.Hari ini Thasia berpakaian dengan santai. Rambutnya dikepang, memakai sebuah topi dan gaun yang lebar, perutnya sedikit menonjol.Selain ibu hamil yang akan berpakaian seperti ini, yang lainnya tidak mungkin.Thasia merasa dirinya tidak selemah itu, tapi dia juga tidak ingin menolak kebaikannya, jadi dia berkata, "Terima kasih."Dia segera sampai ke seberang, orang itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.Thasia lanjut meng

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 589

    Sabrina kira dirinya sedang bermimpi, dia merasa kesal, padahal sebelumnya dia melihat mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah bercerai. "Apa yang terjadi? Jeremy itu, dasar pria berengsek, dia cepat sekali berubahnya. Nggak bisa, pokoknya aku harus memberinya pelajaran!"Thasia sudah menerima kenyataan ini. "Nggak perlu, ada baiknya kami bercerai, sekarang aku sudah punya rumah dan uang, aku sudah menjadi janda kaya, meski aku nggak bekerja seumur hidup, aku nggak akan mati kelaparan, kamu seharusnya mengucapkan selama padaku.""Keenakan wanita murahan itu!" Sabrina memosisikan dirinya seperti Thasia, mana mungkin dia terima."Biarkan saja." Thasia berkata, "Kamu nggak perlu mengurusi masalah ini, semua sudah berlalu.""Aku mengerti, hanya saja aku khawatir kamu akan merasa sedih, aku ingin bertanya apakah perlu aku temani, tapi kamu nggak menjawab panggilanku, aku juga nggak tahu kamu ada di mana. Membuatku khawatir saja." Sabrina benar-benar khawatir padanya, tapi juga tahu s

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 588

    Matanya menatap ke arah Kent lagi, pria itu menatapnya dengan tatapan seperti biasa.Bagi Kent hal itu sudah biasa.Thasia akhirnya mengerti, pria ini tumbuh besar di lingkungan yang kejam dan selalu bersembunyi.Seperti katanya, Kent memang hidup di dunia yang gelap, tanpa adanya cahaya.Meski begitu Thasia tetap merasa terkejut, dia tidak mengerti padahal sama-sama manusia, kenapa mereka bisa hidup dengan cara yang sangat berbeda."Kenapa kamu memberikan darahmu padaku?" Thasia ingin menolak. "Aku nanti juga akan siuman kalau pingsan, kamu nggak perlu melukai dirimu, nggak baik bagi tubuhmu, aku nggak mau kamu bertindak seperti ini."Kent tersenyum santai, mungkin hal ini hal paling santai yang pernah dia lakukan. "Nggak masalah, hanya mengeluarkan sedikit darah saja, nggak akan mengancam nyawa.""Nggak boleh bilang begitu, lain kali nggak boleh lagi!" Thasia menentangnya dengan tegas. "Saat kamu bersamaku maka kamu juga harus dihargai, bukan barang untuk dikorbankan, kamu juga nggak

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 587

    Kent ingin menghindari, jelas dia tidak ingin Thasia menyentuhnya.Saat ini Thasia merasa lebih curiga, dia bertanya, "Kenapa kamu berdarah?"Padahal Kent sudah terluka cukup lama, meski luka di tubuhnya masih belum sembuh total, tidak seharusnya masih meneteskan darah.Kecuali lukanya bertambah lagi.Kent menarik lengan bajunya, tapi beberapa tetes darah itu tidak bisa ditutupi dengan mudah.Pria itu tersenyum, lalu mencari alasan. "Tadi saat memasak nggak sengaja terluka, bukan masalah besar."Alasan itu tidak bisa mengelabui Thasia."Kamu sudah terbiasa melakukan pembedahan, mana mungkin bisa terluka saat memasak. Kamu nggak akan bisa membohongiku!" Thasia mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak percaya pada penjelasannya ini. "Luka ini sepertinya bukan muncul saat kamu memasak tadi, kenapa kamu bisa terluka?"Kent terdiam.Pria itu tidak mau bilang, Thasia tetap punya mata untuk melihat, dia menarik tangan Kent, ternyata di pergelangan tangannya ada luka yang diperban dengan k

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 586

    "Ini pertama kalinya aku masak."Thasia mengangkat alisnya. "Nggak masalah, aku ingin mencicipi masakanmu, mungkin saja kamu berbakat."Setengah jam kemudian Kent baru berjalan keluar dari dapur.Tidak ada aroma gosong, berarti Kent tidak membuat dapurnya terbakar.Namun, ketika Kent meletakkan masakannya di atas meja, Thasia merasa sangat terkejut.Thasia menatap Kent dengan tatapan ketakutan.Kent pikir Thasia tidak tahu masakan apa ini, jadi dia menjelaskan dengan tenang, "Ini hati ayam, ini ampela ayam ... kedua hal itu termasuk organ dalamnya, ini badan ayam, ini bagian pahanya, ada banyak daging tapi nggak eneg ...."Setelah mendengar penjelasan Kent, dia seakan-akan mendengarkan penjelasan bagian tubuh.Bisa dibayangkan saat Kent memasak, dia membedah ayam itu, begitu melihatnya selera makan Thasia pun menghilang.Sebaliknya malah membuatnya ingin muntah.Melihat Thasia masih belum mulai makan, Kent bertanya, "Kenapa? Kelihatannya nggak enak? Padahal aku sudah berusaha membuatny

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 585

    Tatapan Kent menjadi rumit, kalau Thasia tahu apa yang telah dirinya lakukan, wanita ini pasti tidak akan berkata seperti itu.Kent saja tidak berani menyentuh tangan Thasia, apalagi melakukan hal jahat padanya.Kent tidak menolak lagi, dia membiarkan Thasia menyentuh tangannya.Mereka berdua terdiam cukup lama, warna darah di gelang mutiara yang dipakai Thasia menjadi lebih pekat, hal ini terlihat oleh wanita itu, dia pun bertanya, "Apakah mutiara di gelang ini bisa berubah warna?"Tatapan Kent menjadi lebih gelap. "Benarkah?"Thasia memosisikan gelang itu di bawah sinar matahari, memang benar warna merahnya jadi lebih pekat. "Aku kira karena ini gelang lama, jadi warnanya bisa lebih gelap, tapi sekarang warna merahnya jadi lebih pekat. Gelang ini biasanya kamu yang pakai, 'kan? Kamu nggak sadar?"Kent tanpa sadar mengelus pergelangan tangannya, tertawa sambil berkata, "Mungkin ini barang palsu, aku nggak tahu, aku nggak pernah tes."Thasia menatap Kent. "Kalau palsu mungkinkah kamu m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status