Home / Romansa / CEO LOVE ME / Untuk apa?

Share

Untuk apa?

last update Huling Na-update: 2021-03-09 16:35:00

Malam dengan titik-titik air gerimis yang mulai menempel di kaca jendela mobil membuat udara jadi terasa semakin dingin. Karin mengusap pundaknya demi mengurangi rasa dingin yang kian menyergap.

Pasha melirik sekilas ke arah gadis itu. Tak lama ia beringsut menepikan mobilnya.  "Pakai ini!" Pria itu melepas jaket yang di kenakannya dan meyerahkannya pada Karin.

Gadis di sisinya itu tak langsung menerima dan malah menatapnya tanpa tanya. "Udah pake aja, apa nunggu aku pakaian?" Godanya yang membuat Karin akhirnya terhenyak dan tersadar.

"Eh... enggak usah, aku enggak apa-apa kok." Tolak Karin sedikit gugup. Wajahnya buru-buru ia palingan menghindari mata Pasha yang terus menatap ke arahnya.

"Haacuuh... hacuuhh...." Karin bersin dua kali. Pasha tersenyum dan segera menyelimuti Karin dengan jaketnya.

"Bersin kayak gitu masih bilang enggak apa-apa. Aku tau kamu enggak tahan udara dingin. Jangan sok kuat." Tangan Pasha masih terlihat sibuk membenarkan jaketnya di tubuh Karin. Menariknya ke atas hingga menutupi leher gadis itu.

Jarak wajah mereka sesaat sangat dekat. Membuat Karin tiba-tiba merasa kikuk. Karin tahu, ini bukan pertama kalinya wajah mereka  berdekatan. Bahkan mereka sudah beberapa kali berciuman. Namun ia tetap tak bisa mengendalikan debaran jantungnya sendiri. Dan ia tak ingin pria itu mendengarnya.

Pasha menatap Karin intens, seolah hanyut dengan suasana hujan yang makin deras di luar. Wajahnya perlahan mendekat ke wajah gadis itu. Mata Karin pun terpejam tanpa aba-aba. Karin bisa merasakan bibir dingin Pasha yang mulai menyentuh permukaan bibirnya.  Lembut dan hangat.

Karin tersentak,  matanya yang tadinya terpejam kini mebelalak ketika tangan Pasha tiba-tiba bergerak mengelus pahanya yang berlapis celana jins panjang. Segera mungkin Karin menarik diri dari pria itu dan memasang sikap waspada.

"Maaf, aku enggak bisa ngendaliin diri aku tadi." Pasha tampak salah tingkah, takut kalo Karin marah padanya.

Karin mengangguk tanpa suara. Ia masih enggan untuk menatap Pasha.

Suasana mendadak canggung dan hening, dengan perasan campur aduk, Pasha kembali melajukan mobilnya. Beberapa menit berlalu, namun keduanya masih tampak saling diam. Pasha sudah menduga. Karin itu Es. Kalo ada sesuatu yang membuat gadis itu merasa tidak aman ataupun tidak nyaman. Karin lebih memilih diam seribu bahasa. Sedangkan Pasha, hanya bisa menahan kesal sendirian karena tak bisa menebak apa maunya gadis itu. Karin seolah sedang membentengi dirinya dengan prisai dan tak ingin siapapun mengetahui isi hatinya.

Hujan mulai mereda ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat di pelataran sebuah gedung tiga lantai bergaya minimalis.   Itu adalah kantor First Tama Group. Karin membaca plang besar yang tertera di atap gedung tersebut dari balik kaca mobil.

Pasha dan Karin membuka seatbealt kemudian keluar dari dalam mobil. Ini pertama kalinya Karin di ajak ke kantor milik Pasha itu.

Gedung yang berdiri kokoh itu seolah mengintimidasi, menampar Karin dengan sebuah realita bahwa mereka berdua hidup di dunia yang berbeda. Pasha yang sudah sukses dengan semua pencapaian dan mimpinya. Sedangkan Karin yang masih terus mengayuh untuk menemukan. Tiba-tiba perasaan rendah diri menggelayuti Karin dan membuatnya benar-bebar merasa tidak aman  sekaligus tidak nyaman.

"Ayo masuk, kok malah bengong?"

Suara Pasha mebuyarkan lamunan Karin. Gadis itupun menarik sudut bibirnya ragu. "Kenapa kamu ngajak aku kesini? Kamu mau pamer?" Nada bicaranya terdengar bercanda namun juga sarkas. Entahlah, Karin hanya sedang merasa tidak aman dengan perasaannya saat ini.

"Kamu itu ngomong apa sih?" Pasha berusaha menanggapinya dengan santai. Pasha tahu kebiasaan buruk Karin adalah seorang yang moody. Jadi memang harus sabar jika ingin menghadapi gadis itu. "Aku kesini tuh mau ngajak kamu dinner, katanya kamu pingin dinner kayak di novel-novel romatis gitu."

Sebisa mungkin Karin berusaha menahan semburat merah yang pasti sekarang sudah muncul di pipinya. "Oh... gitu." Namun seperti biasa, Karin malah bersikap sok cool.

Pasha terkekeh dan segera meraih tangan Karin sebelum mood nya juga ikut berantakan karena tingkah gadis itu.

Pasha tak mau mengulur waktu, dengan menggandeng tangan Karin, pria itu segera naik ke lift menuju atap gedung tempat mereka akan melakukan candel light dinner.

Udara dingin kembali menyergap ketika keduanya sampai di atap dengan lantainya yang basah bekas air hujan. Karin merapatkan jaket milik Pasha yang di kenakannya hingga ke leher. Udara dingin membuatnya kembali bersin.

"Hem... mejanya kehujanan, dan lilinnya mati, karyawan aku padahal tadi udah siapin semuanya buat kita. Aagghh... Sial!" Ucap Pasha penuh sesal.

"Yaudah, enggak jadi juga enggak apa-apa kok."

"Tapi aku tetap pingin makan malam sama kamu, aku pingin punya banyak waktu berdua sama kamu. Paling enggak malam ini... aja." Pasha terdengar emosional. Terkadang dia memang kekanak-kanakjan jika sudah berkeinginan.

"Ya... terus gimana? Makan di tempat lain kan bisa?" Sedangkan Karin selalu menampilkan sikap tenang.

Pasha tampak berpikir sejenak. "Gimana kalo di ruangan kerjaku aja, kita pesan makanannya lewat daring, lagian kalo disini dingin, kamu pasti kedinginan. Kalo balik lagi keluar, aku capek nyetir, jalanan juga macet."

Tanpa pikir panjang Karin mengangguk seraya tersenyum. Pasha pun menghela nafas lega. Setidaknya itulah salah satu sifat yang di sukainya dari Karin. Gadis itu tidak rewel dan ribet seperti gadis kebanyakan.

Mereka berdua pun kembali berjalan beriringan masuk ke dalam gedung. Tak lama  mereka sampai di ruangan Pasha yang cukup luas. Lagi-lagi perasaan rendah diri itu menyergap Karin saat kakinya menjejak ke dalam ruangan yang berdesain minimalis dan maskulin itu.

"Kamu duduk dulu, deh. Aku akan coba pesan makan dulu." Pasha mengeluarkan ponsel  dari dalam sakunya dan berusaha menelpon untuk memesan makanan. "Sepertinya ujan gini sering enggak ada signal kalo di ruangan tertutup. Aku keluar bentar, ya?" Pamitnya kemudian segera berlalu.

Mata Karin menyapu ke sekeliling, ruangan kerja itu benar-benar memukaunya. Bahkan ukurannya  4 atau 5 kali lipat lebih besar dari ukuran kamarnya. Dia tidak menyangka kalo Pasha benar-benar akan membawanya ke tempat kerjanya. Penasaran ia beranjak berdiri dari sofa tempat duduknya. Berjalan mendekat ke sisi meja kerja Pasha. Di atas meja berukuran cukup besar itu. Ada beberapa foto Pasha yang di pajang di sana. Juga secangkir kopi yang sepertinya sudah mendingin. Pria itu adalah pecinta kopi. Dan dia tidak merokok. Setidaknya itu adalah nilai plus Pasha di mata Karin. Pasha sangat peduli dengan kesehatan dirinya sendiri.

Tanpa sengaja mata Karin juga menatap beberapa lembar kertas yang tergeletak di meja. Ada tulisan Skript yang akhirnya membuat Karin tergelitik untuk melihatnya. Mata Karin sontak terbelalak, ia menutup mulutnya yang menganga dengan satu tangan, betapa terkejutnya dia saat mengetahui itu adalah beberapa penggal skript yang sedang di buatnya dan telah di print. Untuk apa dan mengapa? Semua masih tanda tanya.

BERSAMBUNG.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • CEO LOVE ME   Mengulang kenikmatan.tanpa Pasha

    Waktu terus bergulir, tak terasa sudah hampir tiga bulan Karin tak lagi mendengar kabar berita tentang Pasha, hati nya kini jauh lebih kuat dari yang ia duga, perasaanya pada cowok itu nyaris memudar meski belum sepenuh nya. Entah kenapa, ada setitik perasaan yang membuat Karin benar-benar rela menghilangkan nama itu dalam hati nya, apakah ini cinta?Entahlah, Karin tak pernah yakin akan hal itu, yang Karin tahu, dirinya dan Pasha jauh sangat berbeda, perbedaan kasta di antara keduanya bagai langit dan bumi, dan itu selalu menghalangi Karin untuk menerima perasaan yang sebenar nya, bayangan kekecewaan lebih dulu menghantuinya sebelum kata cinta itu terucap, Karin tidak tahu, harus berapa lama lagi dia memendam semua nya sendirian, meski kadang Pasha sudah berulang kali meyakinkan cinta nya terhadap nya, tapi bagi Karin semua itu tidak lah cukup untuk membunuh semua keraguan nya, rasa takut akan kekecewaan lebih besar menguasai diri nya.Sebenar nya ketakuta

  • CEO LOVE ME   Editor baru

    Karin memandangi ponsel nya, dua hari yang lalu dia mencoba untuk pindah plat form kepenulisan, sudah beberapa bulan terakhir ini dia tidak mendapatkan kontrak eksklusif dimanapun. Entah apa yang terjadi, rasa nya Karin ingin menyerah saja, namun jika melihat kembali tekad nya, mimpi-mimpi nya, tentang keinginan untuk bisa berdiri sendiri di atas kaki nya, Karin tentu saja belum ingin menyerah. Di sisa semangat nya, Karin mencoba menulis lagi di plat form lain, berharap ada titik terang. Ting! Terdengar satu pesan masuk dari WA nya. Karin buru-buru pindah ke aplikasi tersebut untuk menilik siapa si pengirim pesan. "Kak Marvel?" Pekik nya lirih. Ya... Dia adalah editor baru Karin, dan kebetulan dia juga editor baru, sebelum nya Karin di bawah asuhan Kak Siska, namun karena anak asuh kak Siska sudah overload, naskah synopsis yang sudah Karin kirim di pindah alih pada Kak Marvel. "Oh iya, Karin, coba deh kamu cek email kamu, saya sudah coba k

  • CEO LOVE ME   Melepaskan untuk sementara waktu

    Begitu sampai di apartement nya, Pasha sudah di sambut dengan kehadiran Andrea yang tiba-tiba sudah muncul di depan pintu apartement nya. Entah sudah beberapa lama wanita itu berdiri di sana, yang jelas saat ini sudah hampir lewat tengah malam. Pasha paham betul diapa Andrea, orang yang suka nekad. Sudah beberapa hari ini Pasha sengaja menghindari wanita itu. Dan ini puncak nya, saat pria itu terasa tak bisa di hubungi, Andrea akan nekad mendatangi nya.Pasha mengalihkan pandangan nya ke segala arah, tadi nya ingin pergi menghindar saja, namun mata Andrea sudah mengunci nya, sekarang ia terpaksa harus menghadapi wanita itu."Kamu kemana aja?" Andrea menyilang kan tangan nya ke dada, menarik napas, mencoba menahan emosi nya."Sibuk.""Sibuk apa? Sibuk sama cewek kampung itu?" Tuduh Andrea yang kini tak bisa menahan kemarahan yang sudah berusaha ia redam beberapa hari ini."Kalau iya, kamu mau apa?" Pasha paling tidak suka dengan orang yang bicara dengan

  • CEO LOVE ME   Ungkapan hati Pasha

    Berbagi cerita dengan ibu nya setiap malam, adalah hal yang paling Karin tunggu, dia sangat merindukan ibu nya, berharap, saat ia bangun pagi, dia mencium aroma masakan dan menemukan ibu nya ada di dapur, namun kenyataan perih seakan menghantam nya. Dia tidak akan menemui saat-saat seperti itu lagi, semua hanya tinggal kenangan, dan yang tersisa hanya kesedihan. Karin sedih, ia merasa sangat sendirian.Demi melegakan hati nya yang tiba-tiba terasa sesak, ia berjalan ke arah jendela, membukanya dan sengaja membiarkan angin malam membelai wajah nya. Kini, tatapannya sendu menatap langit tanpa bintang. Selama ini, Karin sudah cukup menahan rasa sakit dan kesepian, kadang ia tak ingin memikirkannya, namun saat malam tiba, seperti malam-malam sebelum nya, semua kenangan indah bersama kedua orang tua nya, diam-diam menyusup ke dalam ruang hati nya yang hampa, dan di saat seperti itu lah, Karin baru menyadari, betapa kesepian dan menyedih kan nya hidup nya.Suara mo

  • CEO LOVE ME   Main Sindir-sindiran

    Alunan musik memenuhi ruang kantor Pasha. Cowok itu duduk bersandar di singgasananya dengan mata terpejam, mencoba menikmati setiap alunan musik yang mengalun merdu di telinga nya. Ia sedang butuh inspirasi untuk fitur baru sosial media nya. Sekarang ia sedang mendengarkan musik anime, musik kesukaan Karin. Entah kenapa, gadis itu seolah terus saja memenuhi kepalanya, juga ruang di hati nya. Dulu, ia enggan jika harus mengikuti hobi orang lain, tapi Karin, sedikit demi sedikit bisa mempengaruhinya, bahkan dia sampai mau mendengarkan musik yang menurutnya sama sekali bukan seleranya. Ternyata lagu anime yang ia dengarkan, sungguh enak di dengar. Mengingat kan semua kenangannya saat bersama Karin."Tumben banget si bos setel musik lagu jepang." Celetuk Indah yang baru saja keluar dari ruangan Pasha sehabis mengantar laporan."Masa' sih? Tumben, biasanya kan si bos paling anti lagu-lagu selain indonesia, dia pokok nya paling anti kalau bukan yang berbau Indone

  • CEO LOVE ME   Gara-gara postingan

    "Aku enggak apa-apa kok," kata nya dengan suara parau."Jangan bohong deh, kak. Jrlas-jelas Lo nangis, cerita aja, ada apa?"Mendengar Sisil bicara demikian, Karin merasa tidak tahan dan akhir nya tangis nya pun pecah. Sisil pun segera menarik nya dalam pelukan nya. "Pasti gara-gara kak Pasha lagi, ya? Sabar ya, kak? Kan Lo udah putusin buat move on, jadi Lo enggak boleh lemah dong!" Bujuk Sisi lagi sembari mengusap rambut Karin lembut.Karin hanya mengangguk dan terus terisak, "bukan salah dia kok, Sisil, kayak nya emang aku nya aja yang bodoh, aku nya yang enggak ngaca dan enggak tahu diri. Harus nya aku tahu diri dari awal, dia siapa, aku siapa. Aku jelas enggak pantas buat dia, terbukti kan, dia balikan lagi sama mantan nya yang menurut dia sepadan sama dia."Sisil melepas pelukannya, dan mengusap air mata Karin yang masih bercucuran, "hush... Kakak enggak boleh ngomong gitu, kakak enggak boleh ngerendahin diri kakak sendiri. Kita sama-sama manu

  • CEO LOVE ME   Tidak sengaja bertemu

    Pasha kembali ke kantor dengan mood nyaris berantakan. Apa yang baru saja ia katakan pada Andrea? Sesaat ia merasa menyesali keputusannya. Menurutnya ia terlalu tergesa-gesa dalam memutuskan sesuatu, bagaiman ini? Bukannya mengurangi beban masalah, dadanya seolah bertambah sesak karena menambah masalah baru. Salah sendiri kenapa mengambil keputusan dalam keadaan hati yang kacau.Bunyi ponsel yang berdering membuyarkan lamunannya saat hendak memasuki ruang kerjanya. Pasha segera meraih benda kotak pipih tersebut dari saku kemeja hitamnya. Satu panggilan tak terjawab dari sahabatnya-Hisyam terpampang di layar. Pasha mendengus, tiba-tiba dadanya terasa bergemuruh, bukan karena tak sempat mengangkat teleponnya. Namun karena ada foto Karin yang sedang tersenyum menghiasi layar. Padahal sudah dua bulan berlalu, tapi Pasha belum ingin mengganti foto itu. Entahlah.Tak lama ponselnya kembali berdering."Halo...." Sapa nya pada orang di seberang sana setelah berhasil

  • CEO LOVE ME   Bertemu Andrea

    Aroma kopi memenuhi Indra penciuman Pasha ketika ia memasuki kedai kopi langganannya yang letaknya tak jauh dari gedung kantor. Biasanya ia meminta Indah yang memesan, tapi kali ini Pasha ingin pergi keluar, menghirup udara segar. "Mas, ekspresso satu.""Eskpresso? Pasti anda seorang pekerja keras."Pasha tersenyum, tidak menggubris barista yang mencoba mengajaknya bicara, ia lebih memilih duduk di salah satu kursi. Dia pernah membaca sebuah artikel jika karakter seseorang bisa di lihat dari jenis kopi kesukaannya. Misalnya orang yang menyukai capucinno adalah orang yang suka bersosialisasi, penggemar kopi latte adalah orang yang suka memberi perhatian, atau ekspresso yang identik dengan seorang pekerja keras karena memiliki rasa yang pahit dan tajam, sehingga membuat tubuh bisa terjaga instan."Hai, Pasha?" Sebuah suara membuat Pasha mendongak, seorang wanita dengan rambut lurus sebahu menarik kursi dan duduk di hadapannya sebelum sempat di persi

  • CEO LOVE ME   Mencoba menghilangkan kenangan

    Waktu adalah hal terkejam, kadang bisa menyerupai iblis yang tak memiliki belas kasihan. Berlalu begitu saja tanpa peduli pada orang-orang yang memintanya untuk berhenti bergerak. Dia bisa mengambil semua orang tersayang tanpa memberi peringatan, tanpa firasat, hingga satu-satunya yang tersisa hanyalah kenangan. Namun, waktu juga bisa menjadi perawat luka yang bisa menyembuhkan. Membantu berpijak, sedikit demi sedikit, hingga mampu kembali berdiri tegak. Seperti hal nya Karin, ia sedang berusaha menata hidupnya kembali.Ternyata, kehilangan Pasha bukan hal sepele dalam hidupnya. Bayangan pria itu seolah masih saja mengikutinya kemanapun ia pergi. Menghilangkan kebiasaan lama bukanlah perkara mudah. Kadang Karin masih sering terbangun di tengah malam, hanya untuk mengecek ponsel, berharap ada telepon masuk, atau hanya sekedar pesan chat untuk berbagi cerita. Dia juga kadang masih ingin mengirim pesan, hanya untuk mengingatkan makan siang. Karena Pasha adalah tipe wo

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status