Usia Ayana memang tidak muda lagi dan juga tidak tua-tua amat. Pepatah mengatakan; kejarlah cita-citamu sampai ke negeri Cina. Namun itu hanyalah sekedar pepatah, karena gadis itu tidak mungkin juga akan pergi ke negara tempat asal singgokong-Si Kera Sakti.
Untuk sekedar minum teh ala wanita-wanita manja di dapur saja beberapa menit, ia tidak bisa melakukannya. Apalagi mengejar cita-cita ke negeri Cina. Sedetik Ayana tidak terlihat di mata sang suami tersayang, maka mulut lelaki itu tidak akan berhenti berteriak memanggil namanya.
Jika diamati dengan perasaan yang mendalam, hal itu pastilah sangat romantis. Mana ada sekarang laki-laki yang punya sifat seperti Daniel. Ibarat pepatah lagi mengatakan; no woman no cry. Lelaki mungkin lebih senang jika tidak ada sang wanita yang menganggu aktivitasnya, entah itu bermain game, atau melihat bodi mama muda di tiktok.
Pepatah itu sangat tidak berlaku bagi Da
Candala itu sama dengan artinya rendah diri, merasa tak layak. (Siapa tau kalian baru dengar kata ini, bisa cek di kbbi)
Daniel tanpa Ayana bagai malam tak berbintang. -CEO Mager dan Pembantu KesayangannyaDaniel termenung di kasurnya, pikirannya sedang kacau balau. Ia tidak menyangka pengajuan izin Ayana yang ingin berkuliah mengguncang perasaannya.Lelaki itu sudah mencoba berimprovisasi mengatakan bahwa. "Baiklah, aku memberimu izin, Ay!" Ternyata sangat berat direalisasikan.Mungkin hampir sepuluh kali ia mencoba untuk menyampaikan keputusannya, tapi tubuhnya selalu tertahan, seakan ada mahluk jahat yang menahannya.Pukul 9 tadi, Ayana sudah berkelana dalam dunia mimpi. Katanya ia sangat lelah menunggu jawaban dari sang suami. Ah, rasanya Daniel tidak tega jika harus mengatakan 'tidak' pada sang istri.Tidak ada yang dapat Daniel lakukan sekarang, membangunkan Ayana yang tertidur polos mungkin terasa tidak etis.
Langit sangat terik saat Ayana duduk di salah satu kursi koridor yang ada di kampus Nubis University. Mencoba meredakan hawa panas yang menerpa kulitnya, ia mengipas-ngipasi wajahnya dengan brosur yang sempat ia ambil saat sudah selesai mendaftarkan dirinya di gedung rektorat.Meski brosur yang ia gunakan tidak bisa menghilangkan hawa panas matahari di wajahnya, tapi setidaknya angin yang dikeluarkan kertas tipis itu cukup membuat kulitnya terasa adem.Waktu sudah menunjukkan pukul 12.05, itu artinya ia tidak bisa menepati janjinya untuk pulang lebih awal ke rumah sang suami. Ia sudah menelpon Daniel tadi, meski lelaki itu sempat marah-marah karena berpikir Ayana sengaja berleyeh-leyeh di kampus.Padahal, jika Daniel melihat sendiri bagaimana Ayana setibanya di kampus sudah sibuk kesana-kemari untuk mendaftarkan diri sebagai mahasiswi baru, lelaki itu pasti tidak akan mengomel.Jangankan
Denting sendok beradu dengan piring terdengar di ruang dapur kamar Daniel. Sesaat setelah Ayana berganti pakaian, ia langsung menghampiri Daniel untuk makan siang.Meski sebenarnya ia tidak terlalu lapar, namun ia memaksakan diri untuk menemani Daniel menyantap makan siangnya. Hanya saja, gadis itu sungguh heran. Biasanya lelaki itu tidak pernah mau memakan masakan buatan asisten lain di rumahnya , karena hanya masakan Ayana yang cocok di lidahnya. Namun kali ini sedikit berbeda, menu yang ada di atas meja sekarang bukanlah buatan tangan gadis itu. Daniel bilang, ia menyuruh beberapa asisten menyiapkan makan siang untuknya.Dan juga ada apa dengan Daniel yang tidak lagi menggunakan kursi roda untuk berjalan kesana-kemari? Sikap manjanya yang selalu ingin disuapi Ayana seperti bayi seperti hilang begitu saja. Suaminya itu tampak seperti lelaki normal. Sikapnya menjadi lebih dewasa dan mampu melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan
Daniel merasa gelisah, sebab sudah dua hari ia sama sekali tidak berbicara dengan Ayana. Perdebatannya tempo hari membuat gadis itu menjadi cuek padanya, Ayana hanya akan berbicara ketika ia menanyai Daniel ingin makan apa. Atau lelaki itu ingin mandi dengan bunga apa.Meski Ayana tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan tetap melakukan pekerjaannya seperti biasa. Namun Daniel merasa risih ketika harus berpapasan dengan gadis itu dan hanya menatapnya sekilas tanpa ada saling sapa.Ayana itu sangat cerewet, melihatnya membisu seperti orang yang sedang sariawan sangat aneh dan tidak cocok.Daniel sadar, sikapnya dua hari yang lalu memang terlalu berlebihan. Seharusnya ia bisa sedikit melonggarkan Ayana. Toh itu hanya prasangkanya saja, ia tidak tahu detailnya seperti apa. Supir yang mengantar Ayana waktu itu adalah salah satu bodyguardnya. Ia sengaja menyuruh sang bodyguard mengawasi ist
Ayam saling berlomba berkokok, jendela balkon melambai-lambai karena tiupan udara di pagi hari. Dua anak manusia belum juga terbangun saat matahari sudah menyembul keluar dan menerangi semesta raya.Mungkin karena suhu ruangan yang terlalu dingin sehingga keduanya betah berlama-lama terbungkus selimut atau karena tubuh mereka yang saling menempel.Daniel dan Ayana tidur dalam satu kasur merupakan sebuah peningkatan luar biasa sejak mereka dipersatukan dalam ikatan tali pernikahan. Ciuman semalam memberikan efek luar biasa bagi keduanya.Meski tidak sempat menyicip gairah skadipapap oye alias berhubungan suami-istri. Keduanya cukup puas karena penyatuan bibir mereka. Apalagi Daniel, aksi brutal Ayana yang melumat bibir penuhnya tanpa aba-aba membuat lelaki itu hilang kendali. Tangannya dengan nakal terulur dan masuk ke dalam baju Ayana.Gundukan padat nan kenyal dari tubuh Ay
Sontoloyo. Fix! Daniel sudah menetapkan bahwa lelaki bernama Arlan-Arlan itu adalah musuh terbesar dalam kehidupan rumah tangganya bersama Ayana.Siapa yang tidak emosi jika dua puluh menit waktu Ayana diinvasi oleh telpon dari Arlan. Seharusnya istrinya itu tidak meladeni lelaki lain, semestinya waktu yang diambil Arlan bisa Daniel gunakan untuk bermanja-manja pada Ayana.Awas saja jika ia bertemu dengan Arlan itu, ia akan memotong kemaluannya dan memberikannya pada kucing tetangga.Astaga, Ayana juga. Tidakkah ia sadar jika Daniel sudah mencak-mencak sedari tadi. Bahkan saking keponya lelaki itu, ia sampai membuntuti Ayana hingga ke balkon. Telinganya ia pasang dengan baik, setiap perubahan air muka Ayana terekam oleh matanya.Ia kesal sekali jika istrinya itu tersipu malu saat menelpon dengan lelaki lain. Entah apa yang keduanya bicarakan, karena Daniel tidak bisa mendenga
Pagi-pagi sekali Daniel sudah merecoki Ayana. Lelaki itu merengek seraya tangannya memeluk kaki sang istri. Ayana jadi kesal karena tidak bisa bergerak dengan bebas.Bayangkan saja, bagaimana berat Daniel yang menggantung di kakinya seperti anak kecil yang melarang ibunya pergi bersenang-senang.Ayana bahkan harus menyeret kakinya agar bisa bergerak kesana kemari. Sungguh, gadis itu ingin memites kepala Daniel yang tak kunjung melepaskannya."Daniel!" Ayana marah, ia menarik paksa kakinya. Namun kekuatan Daniel sangat kuat mencengkeram kakinya."Tidak mau, Ay. Kamu tidak boleh pergi!" Daniel ingin menangis.Harus bagaimana lagi Ayana memberikan pengertian pada Daniel. Ia harus berangkat segera ke kampus. Ini adalah hari pertamanya ia menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswi. Dan gadis itu tidak ingin merusak harinya karena meladeni suami magerannya itu.Daripada ia emosi
Daniel melihat jam tangan vacheron constantin tour de I’Ile. Jam yang dibanderol dengan harga 1,5 juta USD itu diberikan Hamilton sebagai hadiah ulang tahunnya. Jarum pendek menunjuk pada angka dua sementara jarum panjang berada di angka sepuluhLelaki itu mulai uring-uringan, berputar kesana kemari. Sesekali tangannya membuka aplikasi chat, mungkin saja Ayana menghubunginya.Daniel menghempaskan tubuhnya di sofa, kakinya bergerak mengetuk-ngetuk lantai. Ia memijit keningnya, memejamkan mata sebentar lalu kembali membukanya dan kembali melihat jam tangannya.Tepat di menit kelima belas, Daniel berdiri. Ini sudah keterlaluan. Kemana sebenarnya Ayana? Hari sebentar lagi sore dan gadis itu belum juga kembali. Sudah dua kali gadis itu bertingkah mengkhawatirkan.Kakinya terayun menuju pintu, ia sudah memutuskan untuk menjemput sang is