Keesokan harinya, pesawat meraung saat mendarat di bandara.Luke Jenkins menunggu di luar. Tak lama kemudian, sesosok wanita cantik keluar dari pintu kedatangan. Sulur rambut ikal tipis terlihat di tepi kepalanya dan kacamata hitam yang dia kenakan menutupi setengah dari wajahnya.“Charlotte!” Luke melambaikan tangannya.Charlotte Jenkins melepas kacamata hitamnya dan tersenyum lebar. "Kakak.""Kau kembali lebih awal dari yang kuharapkan," kata Luke sambil mengambil kopernya.“Sudah 3 tahun. Bisnis di cabang luar negeri juga telah stabil. Langkah selanjutnya adalah menunjuk seorang manajer,” ujarnya sambil tersenyum.Luke menatap adiknya dengan lembut. "Kau telah bekerja keras. Akulah yang seharusnya berada di sana."“Jangan konyol. Aku mengajukan diriku sendiri untuk pergi,” kata Charlotte. Dia tiba-tiba bertanya, "Kak, apakah kau tahu bagaimana kabar Julian Shaw?"Tangannya gemetar dan dia menatap adiknya. “Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang Julian Shaw?”Charlotte tersipu. “Bukan
Tertegun, Susan berkata, “Julian sedang dalam perjalanan bisnis.”Perjalanan bisnis? Charlotte mengerutkan kening. "Sayang sekali."“Apakah ada sesuatu yang penting untuknya? Apakah kau ingin aku memberikan nomor teleponnya?” Susan berkata dengan hangat.“Mengapa aku tidak memiliki nomornya? Apakah aku benar-benar membutuhkan omong kosongmu?” Charlotte menatap dingin pada Susan. “Aku juga mendengar kau memanggilnya Julian. Aku memanggilnya Julian karena kami akrab. Kau hanyalah seorang pelayan dan kau memanggilnya Julian? Kau benar-benar tidak punya rasa malu! ""Aku..." Wajah Susan menjadi pucat."Apa?" Charlotte melanjutkan, “Julian tidak keberatan karena karakternya yang baik, tetapi kau sebagai seorang pelayan harus lebih sadar diri dan berperilaku seperti seorang pelayan.”Sikap Charlotte Jenkins sangat arogan. Susan mengerutkan bibirnya dan tidak tahu bagaimana caranya membela dirinya sendiri. Walau bagaimanapun, Julian sebelumnya sudah mengatakan bahwa pernikahan mereka adalah r
Wanita terkutuk itu!Julian mengertakkan gigi. "Apa dia tidak merasakan apa-apa selama aku tidak ada?"“Chairman Shaw, jet pribadi sudah siap dan kita bisa berangkat kapan saja.” kata Asisten pribadinya yang baru saja masuk.Julian lalu berdiri. "Baiklah!"Lupakan saja tentang dirinya. Dia akan berurusan dengan wanita itu saat dia pulang!Saat itu sudah tengah malam ketika Julian sampai di rumah dan Susan pun sudah tertidur lelap.Di bawah sinar bulan yang temaram, dia menatap wajah cantik istrinya yang sedang tidur. Kemarahan dalam dirinya menghilang dalam sekejap.Julian duduk di samping tempat tidur dengan emosi campur aduk. Kemudian, dia dengan perlahan menyentuh wajah wanita itu.'Susan, aku hanya berani melihatmu seperti ini ketika kau sedang tidur. Setelah bertahun-tahun, aku khawatir kau telah melupakan anak laki-laki itu. Tetapi, kau telah berada di hatiku dan aku tidak pernah bisa melupakanmu sejak saat itu.'Kau benar-benar berpikir bahwa pernikahan kita adalah sebuah kebetu
“Julian, kenapa kau berdiri di sana? Cepat masuk,” kata Madam Shaw.Julian berjalan dengan Susan sementara Charlotte berdiri di sana dengan wajah sepucat hantu, tidak dapat menunjukkan ekspresi apapun.Meskipun dia hanya berkencan dengan Julian untuk waktu yang singkat, dia selalu berpikir bahwa dia berbeda dengan semua wanitanya yang lainnya.Jika ia sudah ditakdirkan untuk menjadi Mrs. Shaw, mengapa dia tidak bisa menjadi orang itu?Setelah tiga tahun melakukan pengembangan diri secara konstan, ia akhirnya kembali untuk merebut hati pria ini. Dia telah memikirkan sejuta skenario untuk pertemuan pertama mereka. Namun, tidak satupun dari imajinasinya terjadi jika dibandingkan dengan apa yang ada di depan matanya.Julian sebenarnya telah mendapatkan seorang istri.Dia sekarang berdiri di depannya bersama istrinya! Bagian terburuknya adalah dia membual kepada Susan sehari sebelumnya.Kini Charlotte merasa wajahnya terluka memikirkan kata-kata yang dia ucapkan.Bukankah dia sekarang ini y
"Apa itu?" Madam Shaw bertanya.Julian berdiri saat dia berbicara, “Sesuatu terjadi di perusahaan. Aku harus pergi.""Pergilah. Pekerjaanmu lebih penting,” Madam Shaw mengangguk padanya.“Kalau begitu, aku akan pergi dengan Susan. Lain kali kami akan…”Madam Shaw mengangkat alis. “Kau bisa pergi sendiri karena kau akan pergi ke kantormu. Susan bisa tinggal di sini menemaniku. Aku akan meminta seseorang untuk mengantarnya pulang nanti."Julian memandang Susan dengan ragu-ragu."Kenapa? Apakah kau masih takut aku akan melahap istrimu?”Susan dengan cepat berkata, “Julian, tidak apa-apa. Aku juga ingin mengobrol dengan Ibu.”Julian memikirkannya dan berkata, "Hmm, setelah aku selesai bekerja, aku akan datang dan menjemputmu." Setelah mengatakan itu, dia lalu pergi dengan terburu-buru.Madam Shaw berkata dengan ringan, “Hubunganmu dengan Julian tampaknya lebih baik dari sebelumnya.”"Benar." Punggung Susan menegang.Madam Shaw mengangkat alis. “Apa yang membuatmu gugup? Aku senang jika hub
“Kau benar-benar tidak berguna.” Madam Shaw meletakkan cangkir tehnya dan suaranya menjadi lebih dingin. “Aku tidak berharap kau membuat Julian membuka lembaran baru. Aku hanya membutuhkanmu untuk melanjutkan garis keturunan keluarga Shaw. Sekarang kau bahkan tidak dapat menyelesaikan tugas sekecil itu. Untuk apa aku membutuhkanmu?!”Susan menggigit bibirnya dan berkata dengan pelan, "Bu, maafkan aku."“Apa gunanya meminta maaf? Coba pikirkan cara untuk menguasai Julian.” Kemarahan Madam Shaw bertambah ketika dia melihat sikap Susan yang pasrah dan tak berdaya."Aku ... aku akan mencoba yang terbaik."“Yang terbaik lagi! Sudah lebih dari setahun, tapi Julian masih belum mau menyentuhmu. Bagaimana aku bisa mempercayaimu?” Madam Shaw semakin kesal. “Susan Shelby, jika kau tidak bisa melahirkan anak untuk keluarga Shaw, ada banyak orang lain yang menginginkannya.”Dia mengira hubungan Julian dan Susan telah membaik, tetapi tampaknya itu hanya sebuah pertunjukan semata!“Bu, aku akan menco
“Aku akan membereskan ruang tamu untukmu.” Susan tidak dapat menatap matanya dan kemudian berbalik ke arah ruang tamu."Tunggu." Isla tersenyum. "Ruang tamu perlu dirapikan, tapi tidak untukku.""Apa maksudmu?" Susan mengepalkan tinjunya sedikit.Isla Brown berdiri, memperlihatkan tubuhnya yang seperti model. Dia berjalan ke arah Susan dan mencibir padanya. “Apa kau tidak mendengar? Madam berkata bahwa aku harus mengandung anak Julian. Jika aku tidur di kamar tamu, bagaimana aku bisa hamil?”Saat wajah Susan menjadi pucat, Isla terus menyeringai padanya. "Karena itu, Mrs. Shaw. Orang yang seharusnya tidur di kamar tamu adalah dirimu. Bukan aku."Susan mengepalkan tinjunya lebih erat lagi.Isla terkekeh. "Kenapa? Apakah kau tidak mau melakukannya, Mrs. Shaw? Kalau begitu, apakah kau ingin aku menelepon Madam Shaw untuk mengetahui apakah…”“Tidak, aku akan melakukannya!” potong Susan. “Aku akan tidur di kamar tamu. Kau ... kau bisa tidur di kamar tidur utama. ”"Bagus sekali." Senyum Isl
Sebuah senyum muncul di wajah Julian.'Ternyata, sudah larut malam hingga Susan benar-benar tertidur lelap.'Julian mandi dan kemudian berbaring di tempat tidur. Begitu dia merebahkan tubuhnya di atas kasur, sosok tubuh hangat berguling ke dalam pelukannya.Dia tercengang, tetapi juga terkejut.'Susan?'Dia pikir itu pasti Susan. Napasnya yang stabil pun lalu menjadi terengah-engah.“Susan, apa kau tahu apa yang kau lakukan?” Suaranya memecah keheningan dan orang itu langsung berhenti bergerak.Namun, dengan cepat setelah itu, dia terus berputar mendekat.Julian tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk tubuhnya. Tepat saat dia akan membalikkan badan, aroma harum masuk ke lubang hidungnya, membuatnya mengerutkan kening.'Ada yang tidak beres. Susan tidak pernah memakai parfum. Tubuhnya selalu memiliki aroma rumput yang menyenangkan. Ini bukan Susan!'Hati Julian tiba-tiba melonjak dengan kilatan amarah dan dia kemudian menyalakan lampu.Tidak menyangka lampu dinyalakan begitu tiba-ti