Ogah …!" Intan berjalan cepat menuju pintu lift. Bergegas turun dari lift ke parkir berjalan cepat untuk memasuki mobilnya. Baru saja membuka pintu depan mobil, tangannya dipegang Ceo, "Biar aku yang setir, kita pulang bareng." Wanita berparas cantik itu mengambil napas panjang, malas bertengkar. Mempersilakan Darma mengambil alih duduk di setir. "Bagaimana dengan mobilmu?" Intan berkata dengan tatapan mata jauh ke depan, tanpa menoleh ke samping. "Aman terkendali, usah risau. Ada Jaka yang akan mengantarkan ke rumah." Suasana sore sangat ramai, waktu pulang kantor memang bersamaan dengan perusahaan lain. Darma melajukan kendaraan dengan kecepatan di bawah rata-rata. "Tumben hari ini macet." Darma memancing pembicaraan dengan wanita yang sedang ngambek di sampingnya. Tidak ada jawaban sepatah kata pun dari bibir Intan. Akhirnya Darma bersiul dan bernyanyi perlahan. "Bagus juga suaramu, Darma." Intan akhirnya berbicara juga, menatap Suaminya yang kegeeran dan senyum sendiri kar
"Apakah sakit kakimu, Intan!" Darma bergegas mendekati istrinya.Kaki putih intan terkena pecahan gelas, darah segar mengalir perlahan. Pelayanan restoran yang melihat hal tersebut, langsung membersihkan tanpa diperintah."Maaf, Tuan Nyonya, biar saya bersihkan." Cekatan benar pekerjaan pelayanan wanita restoran itu, sebentar saja, sudah bersih seperti sedia kala.Julaika yang merasa bersalah, langsung meminta maaf pada Intan, dicium tangan dan memohon ampun atas salah dan khilaf.Intan kesal, karena kecerobohan asisten pribadi suaminya, hingga kaki mulus miliknya berdarah."Maafkan saya Nyonya Muda, Julaika siap menerima hukuman." Sang asisten pribadi bohay menundukkan wajahnya tanpa bergeser sedikit pun."Ya sudah. Aku maafkan." Jawaban singkat Intan berikan. Akan tetapi wajahnya masih terlihat kecewa dan kesal."Oke, Cantika dan Julaika, kami pulang sekarang, Intan sudah tidak apa-apa ini, hanya luka kecil saja." Darma mencairkan suasana ketegangan antara asisten dan istrinya. Ceo
"Apa, mau marah-marah tidak tentu lagi? Tidak terima kalau dikatakan bahwa tidurnya saat senja adalah tidur orang gila." Darma mendekatkan tubuh gagahnya mendekati Intan. Aroma khas sampo yang dipakai Ceo sangat harum, Intan sampai memejamkan mata, menikmati wangi yang ia suka. "Tidak marah, cuma kata-kata yang keluar itu menyakitkan hatiku." "Sudahlah, maaf bila semua perkataan tadi menyakitimu." Kecupan hangat mendarat di kening Intan. Berlalu pergi keluar kamar. Intan hanya menatap tanpa kata kepergian suami. Bersiap-siap mengenakan pakaian yang pantas untuk berkunjunglah ke rumah mertua. Damar kembali ke kamar, lantas menggenakan pakaian santai, tidak butuh waktu lama baginya bersiap-siap. "Mari, kita ke rumah Mama sekarang." "Ia, tapi kita tidak menginap di sana ya? Aku ingin istirahat di rumah kita saja." "Tidak boleh pilih kasih Intan. Dirimu Menginap di rumah mamamu selama dua hari, sekarang tidak mau menginap di rumah mertua?" Darma mendekati Intan, wanita berparas c
"Tidak sanggup aku makan lagi, tadi saja sudah mual makan di restoran, Darma." balas Intan dengan kesal. Mata Intan melirik mertua yang asyik makan bersama anak kesayangan. Berkali-kali menambahkan lauk kesukaan Ceo."Makan yang banyak, agar sehat dan tidak sakit-sakitan. Oya, biar subur cepat dapat keturunan." Sasmita sang mertua cantik sambil melirik ke arah menantu.Keduanya beradu pandang, saling menyelami hati masing-masing, berharap mengerti keinginan isi hati, wanita canti istri Ceo tersenyum manis, menyambut tatapan mertua yang sulit untuk diartikan."Makanlah menantu, agar dirimu lekas memberikan cucu untuk diriku." Sasmita langsung mengambilkan sup, meletakkan di mangkuk kecil, diberikan kepada menantu cantik yang asyik dengan lamunan sendiri."Makan ini, ya?" Sub kental berada di depan Intan."Ia, Ma. Pasti Intan makan segera," jawab wanita berbaju dres hitam itu dengan singkat. Meskipun Intan menyukai, tetapi tetap dimakan, sebagai upaya untuk menghormati orang yang lebih
"Intan belum mengantuk, Mama …." Memelas memohon pengertian mertua agar tetap duduk bersama dengan suami."Jadi menantu itu musti patuh perintah mertua. Ada hal private yang akan kubicarakan dengan Darma. Mengertilah!"Dengan wajah sangat kesal, Intan berlalu pergi meninggalkan ibu dan anak yang duduk santai. "Begitu, dong. Jadi menantu yang manis, menurut dan baik hati." Perkataan Sasmita diabaikan oleh wanita cantik berambut sebahu.Masuk ke dalam kamar Darma yang luas. Langsung menuju ranjang untuk merebahkan diri. Bersembunyi di balik selimut tebal, Tampa membuka sepatu terlebih dahulu.Sasmita menarik tangan anaknya, mengajak ke kamar pribadi sang mama. Kedua ibu dan anak masih saling diam dengan pemikiran masing-masing."Ada hal penting apa, Ma? Sampai Intan istriku tidak boleh mendengarkan pembicaraan kita."Penting pokoknya, jangan sampai dia dengar. Mama tidak ingin dia sakit hati, bisa berakibat pada kondisi kesehatan dia. Lagi pula, istrimu itu mudah merajuk dan susah diat
"Mirip sekali dengan Intan," guman Darma dalam hati."Bos …!" Julaika berteriak, membuyarkan lamunan Ceo tampan."Itu bukan Nyonya Muda, dia ada di rumah. Cuma mirip sedikit saja wanita yang ada di sana." Darma berbalik arah menuju tempat semula."Kita di sini saja, lagian hanya sebentar di sini, jadi tidak perlu terlalu jauh ke berjalan ke sana." Ceo menduduki pondok khusus untuk pengunjung yang ingin melihat sunset.Jaka menarik tangan Cantika, janda gemoy berlipstik pink itu pun langsung menempel, duduk di samping sekretaris Jaka."Apaan, sih? Tarik-tarik melulu, sakit tahu." Omelan yang keluar dari bibir sexi Cantika, bukannya Jaka marah, tetapi semakin senang menatap asisten Bosnya."Di sini saja, temani Jaka." Sekretaris Ceo merayu asisten Darma. Keduanya terlihat saling tertarik satu sama lain."Eheemmm," Julaika berdehem melihat kedua temannya yang duduk berdekatan, seperti orang yang sedang jatuh cinta dan PDKT di tempat umum. Julaika melihat Ceo sendiri menikmati jus di mej
"Mana ada ya, Darma. Untuk apa coba aku melepaskan cincin pernikahan kita," sanggah Intan dengan emosi membludak memenuhi ruang hati."Buktinya, aku masih setia memakai, dirimu melepaskan, sekarang hilang begini. Cari sampai dapat …!""Kok memaksa, ya. Ini namanya musibah, kehilangan, bukan pun aku sengaja untuk menghilangkan cincin itu.""Tidak sengaja, tidak sengaja?" Darma mengulang dua kali perkataannya, mendekati Intan yang masih kaku berdiri."Aku tidak habis fikir, mengapa cincin itu hilang dari hatimu, apa kau sengaja, Intan!" Teriakan Darma keras, membuat hati wanita imut berparas cantik itu terkejut."Ya, Tuhan. Untuk apa pula aku berdusta. Sungguh aku sudah jujur dengan sejujurnya. Apa pun yang aku katakan benar adanya, Darma.""Aku tidak percaya …!""Terserah, percaya atau tidak bukan urusan aku lagi. Yang penting aku sudah jujur kepada suamiku!"Intan menghentakkan kaki sebagai tanda marah dan protes. Bergegas ke ranjang dan masuk di bawah selimut, "Kau benar-benar beruba
"Ya, gak apa-apalah dekat-dekat, cuma begitu saja emosi tingkat dewa.""Berani kau membantah perintahku, Julaika!" bentak Darma. Ditatap lekat wajah wanita sexi berbibir pink tanpa berkedip."Aku tidak salah apa-apa, lagian tidak ada melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Hanya duduk dekat apa itu salah, ini tidak pada jam kerja, lagian ….""Lagian apa? Kesepian lama menjanda, lalu menggoda aku sebagai atasanmu!""Tidak ada seperti itu, sumpah! Demi apa coba begitu, justru aku ingin langgeng jadi asisten pribadi, selamanya. Kau tumpuan hidupku, Darma. Aku sudah tidak punya orang yang kuandalkan."Julaika mendekat Ceo. Memohon maaf atas kesalahannya yang tidak sengaja sudah melukai perasaan Darma. Maafkan aku sudah lancang. Kupikir aku adalah asisten istimewa dan bisa dekat-dekat denganmu di luar jam kerja. Akan tetapi, perasaan itu salah. Ternyata, aku bukanlah apa-apa, hanya karyawan biasa yang tiada spesial juga.Suasana jadi hening. Keduanya diam seribu bahasa. Untuk mencairkan sua