Home / Romansa / CEO Tampan Mencari Istri Salihah / Bab 7. Dunia Malam Sang CEO. 

Share

Bab 7. Dunia Malam Sang CEO. 

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-05-24 10:06:40

Laudia langsung duduk di kursinya begitu sampai di kantor, sementara Akash melangkah masuk ke ruang kerjanya yang tertutup rapat.

Di dalam ruang kerja bergaya minimalis dan mewah itu, Akash menjatuhkan tubuhnya ke kursi kerja—kursi "kerajaan" milik seorang CEO. Dulu, kursi itu ditempati oleh Fauzan, ayah angkatnya, sosok yang membesarkan dan mendidiknya hingga mampu menggantikan posisi tertinggi di perusahaan. Kini, kursi itu menjadi miliknya.

Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Bayangan gadis salihah yang ia temui pertama kali di masjid beberapa waktu lalu kembali muncul di pikirannya. Dan hari ini, secara tak sengaja, ia kembali melihat gadis itu. Ia terkekeh pelan. Lucu sekali permainan takdir ini.

Bagaimana tidak? Saat dirinya hampir gila mencari tahu siapa gadis itu, tak disangka ia malah dipertemukan kembali secara kebetulan hari ini—dalam pertemuan bisnis.

Namun, tawa itu perlahan sirna saat ia mengingat bagaimana gadis itu memeluk erat pria yang jauh lebih tua—Ahmed, klien barunya. Pelukan yang membuat pikirannya dipenuhi tanda tanya besar.

"Kalau dibilang anak, Pak Ahmed kelihatan masih terlalu muda untuk punya anak sebesar itu … Tapi kalau istri ... hmm, istri muda mungkin," gumam Akash, mencoba merasionalisasi pikirannya sendiri.

“Arghh!” Ia menggeram kesal, berdiri lalu berjalan memutar di dalam ruangannya. Semakin dipikirkan, semakin kacau isi kepalanya.

Dia tahu, sebagai arsitek dan pemilik perusahaan, dia tak bisa sembarangan mengulik urusan pribadi klien—apalagi di pertemuan pertama. Tapi diam pun membuatnya frustrasi.

Akhirnya, Akash mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada sahabatnya, Wildan—orang yang selalu jadi pelampiasan saat kepalanya sesak oleh urusan pribadi.

[Tar malam lo temenin gue. Di tempat biasa. Bawa model baru. Jangan Rissa!]

Tidak lama pesan Akash mendapat balasan. 

[Seriusan? Tumben!]

[Gak usah banyak tanya. Masih mau tinggal di apartemen, kan?!]

[Siap, Bosku.]

Saat pikirannya berantakan seperti ini, tempat yang paling ingin dia tuju adalah dunia malam—club langganan bersama Wildan, di mana musik keras dan keramaian jadi pelarian dari realita.

Keinginan tobat yang sempat tumbuh karena terpesona pada gadis itu kini perlahan tertutup oleh asumsi keliru yang muncul akibat pelukan hangat tadi. Baginya, gadis itu mungkin bukan milik yang pantas dikejar.

Dan karena pekerjaan hari ini telah selesai, Akash memutuskan untuk pulang lebih awal. Dia ingin bersiap-siap, malam ini dia akan kembali menenggelamkan dirinya di hiruk-pikuk lampu neon dan musik keras, tempat ia biasa melupakan kenyataan.

***

Setibanya di rumah, Akash melirik arlojinya. Masih ada waktu sebelum malam benar-benar larut—cukup untuk berolahraga sejenak demi menjaga bentuk tubuhnya yang atletis. Ruang gym pribadinya sudah dilengkapi dengan alat-alat berat dan fasilitas lengkap lainnya.

Tanpa membuang waktu, Akash berganti pakaian olahraga dan langsung masuk ke ruang gym. Ia memulai dengan treadmill, memanaskan otot-ototnya sebelum beralih ke latihan angkat beban. Setelah cukup berkeringat dan merasa puas, ia beranjak ke kamar untuk mandi.

Berendam di bathtub adalah rutinitas relaksasi favoritnya. Ia menyalakan kedua keran—air panas dan dingin—menciptakan suhu air hangat yang pas untuk tubuhnya. Setelah berendam beberapa saat, Akash keluar dari kamar mandi ketika jam di dinding menunjukkan pukul 20.00 WIB. Sudah waktunya bersiap menuju klub malam tempatnya biasa melepas penat.

Dengan hanya mengenakan handuk melilit di pinggang, ia berjalan menuju lemari pakaiannya. Satu per satu pintu lemari besar itu dibuka, matanya menyapu koleksi pakaiannya dengan teliti, mencari yang paling cocok untuk malam ini.

Ia memilih tampilan kasual namun tetap berkarisma: celana jeans biru dengan aksen pudar di bagian paha, dipadukan dengan kaus putih dan blazer hitam. Sederhana, tapi tetap mencuri perhatian.

Beberapa semprotan parfum bermerek ia arahkan ke tubuhnya, menambah rasa percaya diri sebelum keluar rumah.

Setelah semuanya siap, Akash membawa mobil sport merahnya keluar dari garasi dan melaju menuju sebuah klub eksklusif di tengah Ibu Kota.

Setibanya di area klub, Akash langsung menyerahkan kunci mobil sport merahnya kepada juru parkir khusus. Sebagai anggota tetap, wajahnya sudah sangat dikenal oleh seluruh staf. Ia tak perlu repot-repot menunjukkan kartu keanggotaan—para penjaga langsung mempersilakan pria itu masuk begitu melihat sosoknya.

Di dalam, sorot lampu warna-warni menyapu setiap sudut ruangan, menggema bersama dentuman musik EDM yang mengisi udara. Wildan, yang sudah lebih dulu tiba, melambaikan tangan dari kejauhan. Ia memberi isyarat dengan mengedikkan dagunya ke arah seorang wanita di bar—jelas wanita itu bukan sembarangan. Ia adalah "hadiah malam ini" yang Wildan janjikan untuk sahabatnya.

Tanpa basa-basi, Akash melangkah santai menuju bar dan duduk di samping wanita yang mengenakan gaun merah ketat itu. Gaun yang kekurangan bahan, menonjolkan belahan dada yang nyaris menyentuh batas sopan, melekat erat pada tubuh putih mulus yang membentuk lekuk sempurna. Aura sensualnya menguar kuat, membuat setiap pria yang melihatnya sulit mengalihkan pandangan.

"Apa kamu sudah lama menunggu?" tanya Akash dengan suara bariton khasnya.

Wanita itu menoleh dan tersenyum menggoda. Berkat foto yang dikirim Wildan sebelumnya, ia langsung mengenali pria di sampingnya. Ini adalah target utamanya malam ini—pria yang harus dia buat puas sebelum fajar menyingsing.

"Baru saja," jawabnya singkat, manja.

"Sudah pesan minum?"

"Sudah," jawabnya sambil menunjukkan gelas anggur merah di tangannya.

Dari belakang bar, seorang bartender mengenali wajah Akash dan bertanya, "Seperti biasa?"

"Yes, please," jawab Akash.

Dengan gesit, bartender bernama Jack itu mulai melakukan atraksi lempar botol, menarik perhatian pengunjung terdekat. Tak butuh lama, segelas minuman racikan khusus yang selalu dipesan Akash telah tersaji di depannya.

"Thanks, Jack," ucap Akash sambil menerima gelas itu.

Seiring waktu bergulir, volume musik kian meningkat, menggoda para pengunjung untuk turun ke lantai dansa. Lampu-lampu sorot berputar liar, menciptakan atmosfer yang memabukkan. Bau alkohol, parfum mahal, dan keringat menyesaki udara.

Akash melirik wanita di sampingnya. Senyumnya mengembang, dan matanya yang tajam menandakan satu hal: malam ini baru saja dimulai.

Wanita berpakaian minim itu mengulurkan tangannya, mengajak berkenalan dengan senyum menggoda.

Akash menyambut tangannya dan menjabat singkat.

“Akash.”

“Linda.”

Menyebut nama masing-masing, diiringi sorot mata penuh isyarat. Karena dentuman musik EDM yang memekakkan telinga, mereka harus saling mendekat agar bisa mendengar ucapan masing-masing.

Akash bahkan bisa mencium wangi parfum yang dikenakan Linda—aroma floral yang tajam berpadu dengan manisnya napas beraroma stroberi segar. Sensasi itu menghantam panca inderanya secara halus namun menggoda.

Tak lama, Wildan menghampiri mereka sambil merangkul pacarnya. Ia memberi isyarat dengan dagunya ke arah lantai dansa yang semakin ramai, lalu berseru di telinga Akash, “Ayo turun, jangan cuma duduk!”

Linda langsung menggandeng tangan Akash dan menariknya turun. Gerakan tubuhnya begitu lentur, seakan menyatu dengan irama musik yang dimainkan oleh DJ di panggung atas. Tubuhnya berayun seksi, menggoda siapa pun yang melihatnya.

Ucing Ucay

Selamat membaca. Follow akun aku juga ya— Ucing Ucay. Terima kasih.

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 149. Malam Pengantin — TAMAT

    “Ganti baju dulu ya, Mas. Aku mandi sebentar,” bisik Innara dengan senyum malu-malu.Akash mengangguk. “Aku tunggu di sini. Tapi jangan terlalu lama. Aku sudah sangat menanti kamu …”***Innara keluar dari kamar mandi sekitar lima belas menit kemudian. Rambutnya kini terurai lembut, hanya disisir jari. Ia mengenakan lingerie tipis satin warna putih tulang, panjang hingga paha, dengan renda halus di bagian dada. Gaun tidur itu membentuk lekuk tubuhnya dengan indah, memperlihatkan kulit seputih susu dan bahu jenjangnya yang kini tanpa penutup.Akash menatap tanpa suara. Dada pria itu naik turun perlahan, mencoba mengatur napas yang mulai tak beraturan.“Ya Allah … kamu benar-benar bidadari,” gumamnya.“Aku nervous, Mas .…”Akash bangkit, berjalan mendekat, lalu mengusap lengan Innara dengan lembut.“Gak perlu nervous. Aku gak akan menyentuh kamu dengan kasar. Aku akan menyentuh kamu dengan cinta .…”Innara memejamkan mata sejenak saat jari Akash menyusuri garis rahangnya, turun ke leher,

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 148. Sah 

    Innara tersentak pelan saat tiba-tiba Akash menarik pinggangnya dan menepis jarak di antara mereka. Tubuh mereka kini nyaris tanpa sela.“Mas ... masih banyak orang di luar sana,” ucap Innara dengan nada lirih, wajahnya langsung merona. Ia mencoba mendorong dada Akash, tapi pelukan pria itu justru mengencang.“Ssst ... biarkan aku menatap istriku dulu. Sebentar saja,” balas Akash, matanya menatap lembut, namun dalam.Mata mereka saling bertaut. Tatapan yang mengunci napas dan menyulut debar jantung.“Selama seminggu ini ... apa saja yang kamu lakukan?” tanya Akash tiba-tiba, nadanya ambigu dan menggoda.Kening Innara mengernyit pelan. “Maksudnya?”Akash tersenyum miring. “Aku rasa, kamu nggak butuh waktu selama itu hanya untuk tampil secantik ini.”Innara terkekeh, lalu membalas dengan nada tak mau kalah, “Aku harus tampil cantik maksimal, Mas. Karena hari ini hari istimewa untukku.”“Benarkah?” Akash menggoda. “Seberapa istimewa?”“Sangat ... sangat istimewa. Karena hari ini aku menj

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 147. Pernikahan

    Tatapan Innara langsung tertuju pada ayahnya. Napasnya tercekat ketika menyadari betapa pucat wajah sang ayah. Panik kecil mulai merayap di hatinya."Ya Allah ... Pa, kita ke kamar, yuk," ucap Innara segera, dengan sigap memapah Ahmed dari sisi kanan sementara Akash menopang dari kiri.Langkah mereka perlahan namun pasti menuju kamar utama di lantai bawah. Para tamu yang masih tersisa di ruang tamu otomatis memperhatikan mereka dengan tatapan khawatir.“Ada apa ya?”“Pak Ahmed kenapa?”Beberapa bisik-bisik mulai terdengar. Namun Ayden, yang menyadari kepanikan mulai menyebar, langsung melangkah ke tengah ruangan dan menenangkan semua yang hadir."Tenang saja, semua. Pak Ahmed hanya kelelahan. Dari pagi belum sempat istirahat. Kita doakan saja beliau sehat selalu," ucap Ayden meyakinkan.Ucapan Ayden seolah menurunkan ketegangan. Para tamu pun mengangguk, dan beberapa dari mereka mulai berpamitan pulang dengan sopan.Di dalam kamar, Innara segera membantu ayahnya berbaring di tempat ti

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 146. Tradisi Pingit

    "Siapa sih yang pertama kali bikin aturan itu?" tanya Akash dengan wajah masam saat mereka berdua sedang duduk santai di balkon lantai dua rumah Ahmed. Sinar matahari sore menyinari wajahnya, membuat raut kesalnya semakin terlihat jelas."Aturan apa?" tanya Innara sambil menyuapkan sesendok puding cokelat ke mulutnya. Matanya menyipit menahan silau, tapi wajahnya tetap kalem. Ia tidak langsung paham arah pertanyaan sang calon suami."Ya itu, peraturan pingitan!" sahut Akash sambil melipat tangan di dada. Ekspresi wajahnya seperti anak kecil yang tidak mendapatkan jatah mainan.Mendengar jawaban itu, Innara langsung terkikik geli. Ia sudah menduga cepat atau lambat Akash akan meluapkan unek-uneknya soal tradisi satu ini."Kan kamu sudah setuju kalau kita pakai adat dari Mama. Ya, pingitan ini bagian dari rangkaian adat pernikahan Jawa," jelas Innara, masih dengan senyum geli yang belum hilang dari wajahnya.Tradisi pingitan—sebuah kebiasaan dalam adat Jawa di mana calon pengantin wanit

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 145. Hari Raya Idul Fitri

    Suara bedug dan takbir menggema sejak malam terakhir Ramadan hingga pagi menjelang. Anak-anak berlarian di gang kecil sambil membawa bedug kecil dan petasan mainan, sementara orang dewasa bersiap menuju masjid untuk melaksanakan salat Ied. Suasana penuh suka cita memenuhi udara, menggetarkan hati siapa pun yang menyaksikan kebersamaan dan semangat kemenangan ini.Hari Raya Idul Fitri adalah momen kemenangan besar bagi seluruh umat Muslim. Setelah sebulan penuh menahan lapar, haus, amarah, dan berbagai bentuk hawa nafsu, tibalah saatnya untuk menyambut hari yang fitri. Hari yang bukan hanya tentang baju baru dan hidangan khas lebaran, tetapi juga tentang hati yang kembali bersih dan jernih, serta saling memaafkan dalam kehangatan keluarga.Pagi-pagi sekali, keluarga Akash sudah mendatangi rumah Ahmed untuk kembali bersama-sama melaksanakan salat Ied di masjid yang sama seperti malam sebelumnya. Semua tampil rapi dan menawan. Innara terpana melihat penampilan Akash yang mengenakan baju

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 144. Malam Ramadhan. 

    Setelah dari makam, Akash mengantar Innara kembali ke rumah. Beruntung, jalanan ibu kota sedang sangat lengang. Aura Lebaran memang sudah terasa. Kebanyakan warga sudah mudik ke kampung halaman, membuat jalanan yang biasanya padat kini terasa lapang dan sunyi.Mobil Akash melaju mulus, dan mereka tiba di rumah tepat sebelum waktu berbuka.Sore itu, suasana rumah Ahmed terlihat lebih hidup. Beliau memang sengaja mengundang Anya dan Ayden—orang tua Akash—untuk berbuka puasa dan melaksanakan salat tarawih bersama. Sebagai hari terakhir di bulan suci, Ahmed ingin menciptakan kenangan yang hangat dan penuh kebersamaan.Akash sedikit terkejut saat melihat kedua orang tuanya sudah duduk santai di ruang tamu, tampak akrab berbincang dengan Ahmed sambil menunggu azan berkumandang.“Assalamualaikum,” sapa Akash sopan sambil membungkuk hormat.“Waalaikumsalam,” jawab mereka serempak, senyuman menghiasi wajah masing-masing.Innara turut memberi salam, lalu berpamitan sebentar untuk berganti pakai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status