Grace berlari pelan di koridor rumah sakit. Ia ditemani oleh Jovel karena Max harus mengurusi beberapa berkas yang tertunda. "Sebelah sini, Nona." Panggil Jovel begitu Grace melewati kamar Olivia. Grace terhenti lalu balik badan, ia pun memasuki kamar yang Jovel maksud. Grace berjalan perlahan menuju kasur Oliva. Terlihat Olivia yang berbaring tak berdaya dengan beberapa selang yang ada ditubuhnya. "Apa kamu yakin, Olivia baik - baik saja?" tanya Grace tak percaya dengan pernyataan Jovel sebelumnya yang mengabarkan bahwa Olivia dalam keadaan baik. "Iya, Nona. Olivia sebelumnya sadar dan sempat mengobrol dengan saya." Jelas Jovel, Grace hanya mengangguk pelan. Gadis itu duduk dikursi yang ada didekat kasur Oliva. Memperhatikan Olivia dan menitikan air mata karena kasihan dengan nasib malang gadis itu. Sudah diselingkuhi oleh mantan kekasihnya sesaat akan menikah, dijadikan taruhan pinjol bahkan mendorongnya hingga tabrakan, sungguh orang yang kejam! "Apa lelaki itu sudah ditang
"Kau mau membantu apa, Alvin?" tanya Max membuat Alvin sedikit terkejut."Haha, aku tersanjung karena kamu mengenalku. Tapi apa aku yang hilang ingatan karena tidak mengenalmu?" tanya balik Alvin.Max mengacuhkan pertanyaan itu dengan meminun kopi yang belum habis."Ah, mari kita dengar masukanmu! Coba duduk disini dan katakan apa yang harus kita lakukan." Sahut Derick dengan serius, Alvin tersnyum sambil mendudukan diri dikursi."Aku mengenal nona Grace, kita pernah berada di satu kampung yang sama. Disana Grace dekat dengan satu wanita dan kita bisa memakai wanita itu untuk menggantikan kita!" jelas Alvin membuat semua terkejut."Itu hal yang bagus! Kita bisa perlahan mengusik Olivia lewat temannya dan Grace akan semakin membutuhkanmu kan, tuan?" tanya Derick.Max tampak tersenyum miring. Ia tertawa pelan sambil menyimpan kopinya."Bukan ide yang buruk."Alvin tersenyum mendengarnya. Ini lah langkah yang membawanya menuju kesuksesan. Ikut bergabung pada orang yang obsesi pada orang
Grace berjalan keluar restoran. Ia menghela nafas lalu mulai membuka suara. "Aku sudah selesai, bawa aku pulang." Jovel muncul sambil membungkuk. Ia menuntuk Grace menuju mobilnya dan mempersilahkannya masuk. Jovel berlari pelan lalu duduk dikursi pengemudi. Ia pun menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. "Jika anda melakukan hal tadi lagi, saya akan melaporkannya pada tuan." Ancam Jovel, Grace hanya terdiam sambil menatap lurus kearah jendela. Jovel yang tak mendapat jawaban melirik ke kaca atas untuk melihat apa yang sedang dilakukan atasannya itu. "Apa anda mencurigai tuan?" Grace melirik kearah Jovel. "Apa aku terlihat begitu?" tanya balik Grace. Jovel kembali fokus mengemudi tanpa melawan perkataan Grace. Grace yang merasa kesal menghela nafas panjang lalu melirik kembali kearah jendela. Perjalanan panjang itu sangat hening sampai mereka tiba di rumah Max. Padahal Grace meminta untuk memulangkan ke rumahnya, tetapi ia malah diantar ke rumah Max. "Jadi rumahku sudah pi
Max bangun dari tidurnya. Ia melihat ke samping kirinya dan tidak mendapati Grace berbaring disana. Seketika ia pun bangkit lalu berlari keluar kamar dan mencari pelayan untuk menanyakan Grace. Langkahnya terhenti begitu melihat kearah dapur dan melihat Grace sedang memasak disana. "Tuan, apa anda memerlukan sesuatu?" tanya salah satu pelayan yang ada disana. Karena jaraknya cukup dekat, Grace melirik kearah suara itu dan sedikit terkejut mendapati Max yang turun dengan telanjang dada. "Max, apa yang sedang kau lakukan? Pakai bajumu dulu baru turun ke bawah!" seru Grace membuat Max tersadar. Pria itu mengusap wajahnya gusar dan berbalik badan untuk memakai baju. Grace bergeleng kepala lalu menghela nafas. Ia pun kembali memasak melanjutkan hal yang belum terselesaikan. Beberapa menit kemudian, Max turun dari kamar menggunakan kaos dan celana panjang lalu menghampiri Grace. Ia berjalan ke belakang tubuh Grace dan memeluknya begitu saja. Grace sedikit terkejut lalu melirik pada o
Max menatap Olivia lama, Olivia yang ditatap itu sedikit menegang namun tetap menahan diri."Apa yang kau bicarakan?" tanya Max."Apa anda tidak memikirkan nasib Grace kedepannya? Jika Grace mengandung anak anda, bukan kah orang akan menganggap anak itu sebagai anak haram? Dan kalau Grace tidak dinikahi juga, dia bisa saja dianggap sebagai simpanan tuan, bukan sebagai kekasih." Jelas Olivia berani.Max tampak memikirkan perkataan Grace. Pria itu tersenyum miring lalu bangkit dari duduknya."Kau teman yang sangat baik, aku akan memikirkan itu tapi sekarang aku harus fokus dulu pada projek perusahaan. Jika aku menikah disaat seperti ini, bisa bisa para petinggi akan mengatakan hal buruk." Jelas Max.Olivia hanya terdiam sambil mencerna kata kata Max. Tak lama kemudian, Olivia menunduk lalu berpamitan."Saya berkata tanpa memikirkan tuan, mohon maaf. Kalau begitu saya pamit pergi." Ucap Olivia lalu pergi dari ruangan Max.Max menatap kepergian Olivia sambil terkekeh pelan. Ia membalikkan
Tok tok tokOlivia membuka pintu apartemennya dan membelak kaget mendapati Grace yang basah kuyup dengan wajah tidak bisa diartikan."Grace?" Grace tersenyum kecut."Olivia, apa aku boleh tinggal di rumah mu sementara?" tanya Grace.Olivia tersadar sesuatu langsung menyuruh Grace masuk."Apa yang kamu bicarakan, tentu saja boleh, Grace, bahkan untuk selamanya pun tak apa." Balas Olivia.Grace merasa bersyukur masih memiliki orang yang sangat menyayanginya. Ia tak bisa membayangkan hidupnya akan seperti ini ketika sudah ditinggalkan oleh sang ibu.Olivia memberikan baju beserta handuk pada Grace."Mandi lah dulu, Grace, kamu bisa sakit kalau tubuhmu basah." Titah Olivia, Grace mengangguk lalu pergi ke kamar mandi.Olivia berinisiatif membuat makanan hangat untuk Grace. Ia juga membuatkan teh agar Grace mendapatkan kesenangannya kembali.Beberapa menit kemudian, Grace datang dengan pakaian yang diberikan Olivia. Ia duduk dikursi bar dan memperhatikan Olivia memasak."Kamu sudah selesai
Olivia kini sedang menyimak cerita Salma tentang sekertaris baru yang sedang berbuat onar. Kejadian itu sangat menggeparkan kantor karena Grace yang berlari sambil menangis dan Max yang teriak mengejar Grace."Terus kenapa bisa tau kalau tuan Max punya hubungan sama sekertaris baru?" tanya Olivia yang masih bingung."Ih, nona Kintan sendiri yang bilang tau kalau dia itu kekasih barunya tuan Max!" seru Salma.Olivia membelakkan matanya sambil menutup mulut."Gila tu orang!" sahut Olivia."Yakan! Sekarang katanya nona Grace lagi kabur entah kemana, tuan Max lagi tantrum tuh nyari nona Grace." Ucap Salma.Olivia jadi sedikit khawatir. Dirinya lah yang menyembunyikan Grace dan sama sekali tidak ingin membuat Grace kembali pada lelaki sialan itu.Sudah cukup Grace mendapatkan banyak sekali cobaan dalam hidupnya. Dari ayahnya yang sering meminta uang dan ibunya yang meninggal karena penyakit kronis. Grace pasti sudah tidak bisa menerima sed
"Sejak Olivia lembur, dia tidak memberi kabar lagi padaku padahal ini sudah larut malam. Kemana ya dia?" gumam Grace didepan meja makan. Ia sudah memasak makan malam untuk dirinya dan Olivia karena hari sebelumnya Olivia memberi kabar bahwa dirinya akan pulang malam ini. Tapi jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam namun Olivia tak juga datang. "Huh, aku jadi mengkhawatirkannya." Ucap Grace kini bangkit dari duduknya. "Aku harus menghampirinya!" lanjutnya. Grace segera bersiap dengan pakaian yang tertutup agar tidak dikenali oleh orang di kantor. Kantor Max biasa tutup pukul sepuluh malam, maka Grace masih punya waktu sampai kantor itu tutup. . "Selamat datang nona, saat ini kantor tidak bisa menerima bantuan apapun, apa ada kepentingan lain anda datang kemari?" tanya salah satu karyawan yang berada dimeja depan pintu masuk. Grace mendekati wanita itu dengan sedikit hati hati. "Ah, saya kemari untuk menemui teman saya. Namanya Olivia, apa dia masih ada di kantor?" tanya Gra