Share

Paparazzi

Happy reading

"Lo jadi trending topik pagi ini, seorang CEO Walton corp menggendong wanita keluar dari club," kata Dion, jangan lupakan nada berbicaranya seperti seorang reporter.

Gara yang mendengar hal itupun hanya memutar bola matanya malas, demi apapun di muka bumi ini Dia tidak memedulikan hal itu.  

Patut diakui paparazzi di modernisasi seperti sekarang menjadi pekerjaan yang lumayan untuk mereka.  Tak ingin ambil pusing Gara kembali fokus pada pekerjaannya.

"Hah? Woi Walton Gue butuh penjelasan Lo," pekik Dion melihat respon dari Gara yang biasa saja itu.

Dia tidak ada berencana menjelaskan apapun apa pada sahabatnya ini? seorang Gara itu memang sangat bodoamat sekali bahkan tentang dirinya sendiri.

"Dia siapa?" tanya Dion lagi berusaha meredam emosinya tadi akibat pria yang dengan santai itu meletakkan kakinya di atas meja.

"Perempuan," jawab Gara dengan singkat.

Memang betul kan itu seorang perempuan, siapapun yang melihat pun akan mengatakan perempuan. Tapi bukan itu yang Dion maksud, kalian mengerti kan?. Haduh CEO Walton cobalah yang tepat menjelaskan pada Dion. Sebelum Laki-laki itu bertambah darah tinggi.

"Gue tau kalau Dia perempuan tapi bukan itu maksud Gue," keluh Dion gemas sendiri sampai ingin memukul kepala Gara.

"Dia ...," ucap Gara tertahan, Dion pun menunggu kelanjutan dari kalimat Gara.

"Cewek yang pemabuk," lanjut Gara berbicara sambil menoleh pada Dion.

Tapi ada yang salah bibir Gara terangkat sedikit. Tanpa disadari Dion.

"What? pemabuk?" Dion mengerutkan keningnya tidak paham.

Saat Dion ingin kembali mengorek informasi berita pagi tadi itu, seorang pria berbadan kekar dan juga memakai pakaian serba hitam itu masuk ke dalam ruangan Gara.

"Maaf Tuan, berita mengenai Anda semalam menyorot wartawan hingga ke perusahaan," jelas Laki-laki itu setelah sebelumnya menundukkan kepala pada Gara.

Mendengar hal itu wajah Gara kembali mengeras, ulah paparazzi itu ternyata mengganggu kenyamanannya. Dia tidak mungkin turun kebawah dan menjelaskan itu semua.

"Mengapa sampai ke sini," marah Gara membentak Bodyguard-nya itu.

"Ada yang membocorkan informasi Tuan," jelas Laki-laki seraya menunduk tidak berani menatap pria di depannya itu.

"Shit," umpat Gara memukul tembok ruangannya cukup keras tanpa merasa sakit sedikitpun.

Untung Dia semalam meletakkan kepala gadis itu di bagian tubuhnya sehingga tidak kelihatan oleh paparazzi, kalau tidak masalahnya akan tambah runyam.

Gara malas sekali berurusan dengan para reporter apalagi harus menjelaskan pada publik, terlalu lebay dan menambah pekerjaannya saja.

"Lo bilang aja itu kekasih Lo Gara," ucap Dion yang sejak tadi hanya diam saja melihat sahabatnya itu mengamuk.

"Mudah banget mulut Lo ngomong itu," ketus Gara malas sendiri mendengar saran dari pria yang masih duduk di sofa yang ada di ruangannya.

*****

Melihat Gara yang mengamuk tadi Dion menghubungi go food untuk memesan beberapa makanan yang bisa meredakan sedikit emosi dan menghilangkan lapar di tubuh Gara. Biasanya kalau orang sudah marah-marah itu mereka jadi lapar, karena kan mengeluarkan energi.

Gara bolak-balik sedari tadi di dalam ruangannya, Dia tidak lagi fokus pada pekerjaannya sejak wartawan berada di bawah perusahaannya.

Sementara Gara yang terlihat gusar itu. Dion dengan santai berkirim pesan pada pacarnya, Si bucin satu itu tidak pernah memikirkan sahabatnya itu. Dasar tidak pedulian. 

"Dion cobalah ikut berpikir, jangan hanya pentingin pacar Lo aja. Nanti kalau Lo punya masalah nggak mau Gue bantu," omel Gara yang sudah kesal sendiri dengan sahabatnya itu.

Bagaimana Tuan Gara rasanya diabaikan? tidak enak bukan? seperti itulah Dion tadi.

*****

"Lo tau pacar Gue lagi pusing liat sahabatnya yang dikejar-kejar reporter," ucap Tania mengalihkan wajahnya dari ponsel untuk berbicara pada Delia.

Gadis yang duduk disebelahnya itu masih setia menatap layar laptop, seraya mengetik Dia menyahuti perkataan sahabat nya.

"Emang kenapa?" tanya Delia yang sebenarnya tidak fokus pada ucapannya Tania tadi.

"Nggak tau juga sih, kata Dion gara-gara seorang wanita," ujar Tania lagi kemudian kembali fokus pada ponselnya.

"Ada-ada aja," gumam Tania lalu mengambil buku di sebelahnya lagi dan kembali mencari sumber referensi.

Mahasiswa semester tujuh itu tampak menajamkan matanya membaca dengan teliti buku yang baru saja Dia buka, seraya kacamatanya bertengger di hidung.

Lain hal dengan Delia, Tania justru sibuk dengan ponselnya padahal sedari tadi skripsinya terbengkalai. Memang si bucin satu itu kalau sudah baikan dengan pacarnya, mesranya terasa walaupun dari jauh.

"Sayang ...," ucap Tania manja ketika sambungan video call sudah tersambung pada orang yang di seberang sana.

"Ada apa Sayang," balas Laki-laki itu tak kalah manja.

Mendengarnya Delia yang berada duduk tak jauh dari Tania itupun merasa jijik sendiri, padahal usia Dion jauh diatas mereka tapi kelakuannya hampir sama saja seusia mereka. Dasar pria tidak ingat umur.

"Kamu sama siapa Sayang?" tanya Dion lagi pada kekasih pujaannya itu.

"Sama Delia Yang," jawab Tania tersenyum lalu mengarahkan kamera pada Delia yang sibuk mengetik itu.

"Hay Delia," panggil Dion menggoda Delia yang sibuk pada layar laptopnya itu.

"Hallo Bang Dion," balas Delia sedikit mengangkat wajahnya agar dapat melihat dengan jelas wajah Dion.

Laki-laki di seberang mereka itu sedang makan bersama seorang pria, tapi tidak kelihatan wajahnya hanya sebagian tubuhnya yang terlihat.

*****

TBC

Thanks guys

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status