Share

Kampus

Happy reading

"Oh my God, kok Lo bisa sih ketemu sama cowok setampan itu," pekik sahabat Delia dengan histeris bin lebay.

"Hello Tania Bin alay mana Gue tau," balas Delia menutup telinganya tak ingin mendengar celotehan dari gadis di sebelahnya itu lagi.

"Nasib Lo ya emang bagus banget, setiap berurusan sama cowok ketemu yang modelan kayak begitu mulu," gumam sahabat gadis itu menopang dagunya di atas meja kantin.

Patut diakui aura Delia memang mampu menarik cogan-cogan tajir mendekat, bagaimana tidak setelah berurusan dengan Faisal—mantan pacarnya itu, Dia langsung bertemu oleh cowok seperti Gara. 

Ya cowok yang semalam memabukkan Delia itu adalah mantan pacarnya, bukan pacarnya.

Mereka hari ini ada jam pagi di kampus untuk bertemu dengan Dospem (Dosen Pembimbing) skripsi Mereka. Mahasiswa semester tujuh itu tampak tenang di tengah persiapan ujian skripsi Mereka.

"Please Tania jangan buat pikiran Gue yang tenang ini kacau oleh cowok tampan itu," keluh Delia yang juga menompang wajahnya di atas meja.

"Setidaknya Lo bersyukur sama Faisal karena mau memperkosa Lo, akhirnya Lo ketemu cowok tampan itu," kata sahabat Tania yang dengan kalimatnya ngawur itu, memang tidak ada kalimat yang lebih berbobot lagi apa mendeskripsikan pertemuan itu.

"Hadeh nggak ada kalimat yang lebih bagus apa Nya?" tanya Delia mencebikkan bibirnya.

"Hahahaha maaf Gue nggak senormal Lo," kekeh sahabat Delia itu tertawa sampai memperlihatkan gigi putihnya.

"Hmm ... bersyukur deh Gue udah putus dari Faisal. Sumpah mesum banget tuh cowok," keluh Delia mengingat kejadian semalam.

Dia tidak cukup murahan pula memberikan kehormatannya pada cowok kotor seperti Faisal. Dan juga Dia tidak ingin memberikan hal itu pada orang yang tidak dicintainya, memang betul jika Delia suka pada Faisal sebab cowok itu memiliki otak yang sangat cerdas tapi untuk mencintainya. Sekeras apapun Delia mencoba tetap saja Dia tidak bisa, dan Dia memutuskan hubungan Mereka.

"Lo itu hanya kagum sama Faisal Ya, bukan cinta sama Dia," kata Tania yang tidak bisa Delia bantah.

Memang benar kalau Dia memang cinta pasti Dia akan memberikan segenap tubuhnya pada Faisal, tapi melihat kejadian semalam dirinya jadi takut sendiri.

Saat Mereka sedang mengetik laporan skripsi Mereka di perpustakaan, seorang pria yang lumayan tinggi datang ke meja dimana mereka tengah fokus itu.

"Delia ...," panggil pria itu berdiri di samping Delia.

Delia yang sedang fokus pada layar laptop pun mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajah siapa yang memanggilnya itu, saat bertemu dengan netra cowok itu tubuh Delia langsung merespon diam dan kaku seketika.

Buku-buku jarinya sampai gemetaran dan telapak tangannya juga berkeringat, Tania yang duduk di sebelah Delia itupun akhirnya merangkul bahu Delia.

"Please menjauh dari Gue," lirih Delia dengan pelan. Netranya beralih menatap kosong meja perpustakaan.

"Delia maafin Gue," ujar Faisal mencoba memohon dengan ingin menggapai tangan Delia.

"Jangan sentuh Gue," teriak Delia hingga membuat semua orang yang tenang di dalam perpustakaan itu menoleh ke arah mereka bertiga.

"Maafin Gue Del," pinta Faisal lagi yang justru membuat Delia semakin ketakutan.

Bayang-bayang kejadian semalam berputar di kepalanya, Dia masih ingat sekali bagaimana perlakuan Faisal padanya sampai ingin memukul kepalanya dengan botol kaca.

Delia menggelengkan kepalanya tidak menerima maaf dari Faisal, Dia meminta pada Tania untuk membawanya itu menjauh dari pria ini.

*****

"Kalau mau libur besok malam ini lembur," teriak seorang Laki-laki berwajah dingin berdiri di ambang pintu ruangan karyawannya.

Semua karyawan perusahaan Walton corp itupun lantas terdiam, mereka tadi yang menggerutu dengan lantang menciut saat suara Bos mereka sudah memenuhi ruangan.

"Marah-marah mulu Lo." tiba-tiba Dion sudah berada di belakang tubuh Gara.

Pria dewasa satu itu membuat semakin jengkel saja, Dia mengangkat bibirnya melihat ke arah sahabatnya itu lalu berucap dengan ketus.

"Ngapain Lo ke sini?" ketusnya kemudian membalikkan tubuh kembali menuju ruangannya yang ada di lantai atas.

"PMS Lo," sindir Dion mengejek Gara yang selalu marah-marah itu.

Pria dewasa seperti mereka ini rentan akan emosional selain tidak ada yang dapat mengurangi emosi juga kurangnya refreshing, siapa lagi kalau bukan Gara.

Hiburan malamnya tidak cukup untuk meredam emosi yang menumpuk di dalam dirinya itu, Dia memerlukan seseorang yang dapat mengatasi kegundahannya.

Tidak. Tidak. Gara tidak memerlukan itu semua. Di kamusnya tidak ada yang namanya seorang wanita ataupun cinta, Dia hanya memerlukan harta dan alkohol yang menjadi candu bagi dirinya.

"Kalau nggak ada yang penting mending Lo pulang," ketus Gara melihat ke arah pria yang kini dengan seenaknya berselonjoran di atas sofa ruangannya.

"Sadis banget sih Lo sama sahabat sendiri," lirih Dion merengutkan wajahnya.

Bukannya terbujuk Gara justru semakin jijik melihat kelakuan sahabatnya itu, tak ingin ikut menjadi gila Dia kembali mengambil dokumennya lalu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi.

"Lo udah liat berita," ucap Dion membuka kembali percakapan mereka.

Gara yang fokus pada pekerjaannya itupun mengalihkan wajahnya ke arah Dion dengan mengangkat sebelah alis.

"Apa?" tanya Gara tak mengerti, Dia mengangkat sebelah alisnya seraya meminta penjelasan.

"Lo jadi trending topik pagi ini, seorang CEO Walton corp menggendong wanita keluar dari club," kata Dion, jangan lupakan nada berbicaranya seperti seorang reporter.

*****

TBC

Thanks guys

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status