Gara menghembuskan napas kasar melihat ruangannya itu berantakan dan berserakan oleh bungkus makanan, ulah pria itu tadi yang baru lima belas menit meninggalkan ruangannya itu. Siapa lagi kalau bukan Dion, tanpa membereskan terlebih dahulu bekas makanan itu Dion pamit untuk menjemput pujaan hatinya.
"Edo ...," teriak Gara dari dalam ruangan memanggil salah satu anak buah kepercayaannya itu, dengan cepat Laki-laki bertubuh kekar itu memberi hormat pada Gara.
"Panggilkan cleaning service, suruh Dia bersihkan seluruh ruangan ini dan Kamu amati Dia, jangan Kamu tinggalkan sebelum Dia selesai membersihkan ini," perintah Gara pada Laki-laki tersebut.
Tanpa ingin membantah Laki-laki itupun memberi hormat kemudian melangkah keluar memanggil cleaning service.
Sementara Gara melangkahkan kakinya, menuju sebuah lemari yang ada di samping kiri meja kantornya dan memencet tombol remote, tombol itupun berfungsi setelah dipencet lemari itu bergeser ke sebelah kanan, menampilkan sebuah pintu yang berwarna senada dengan temboknya.
Gara langsung saja membuka pintu tersebut dan sebelum menutupnya Dia kembali menekan remote tersebut agar lemari kembali pada keadaan semula, di dalam ruangan rahasia itu terdapat sebuah ranjang ukuran king size. Lemari pakaian lengkap, dan juga sebelah kanan kamar mandi.
Ruangan bercorak putih itu sangat bersih, tidak ada noda ataupun kotoran sedikitpun. Gara membuka gorden sebelah kiri ranjangnya yang langsung berhadapan dengan gedung-gedung tinggi di ibukota, kaca jendela yang memperlihatkan lampu kerlap-kerlip di sana itu mampu mengurangi sedikit lelah yang menumpuk di pundak Gara.
Dia tidak bisa pulang malam ini, sebab para wartawan yang sangat mengganggu itu memaksanya untuk bermalam di perusahaan, seraya menikmati keindahan kota metropolitan Gara menuangkan segelas Schorschbock ke dalam gelasnya.
*****
Delia malam ini tidak pulang ke apartemennya, sebab Tania memaksa dirinya mengerjakan skripsi di rumahnya. Alasan Tania yaitu karena Dia boring mengerjakan sendirian dan juga di rumahnya memiliki Wi-Fi jadi lancar saja bagi mereka kalau ingin mencari referensi.
"Sumpah, capek banget Gue," keluh Tania menggerakkan-gerakan tubuhnya yang terasa pegal.
Sedangkan Delia masih fokus pada layar laptopnya dengan masih memakai kacamata, Delia memang mahasiswa yang termasuk teladan.
Siang tadi mereka tidak jadi bertemu dosen pembimbing, sebab dosen tersebut ada rapat penting. Padahal mereka sudah seharian menunggu, belum lagi Delia tidak tau apakah skripsinya ini sudah benar apa belum.
"Istirahat Ya," ucap Tania melihat Delia yang sejak tadi membolak-balikkan buku kemudian mengetik begitu seterusnya tanpa jeda.
Melihatnya saja sudah membuat Tania lelah apalagi mau mengerjakannya, demi semester atas yang sudah ingin berakhir itu Tania bersumpah akan membakar kripsi ini tidak kelar selama dua bulan.
Dilain tempat Dion uring-uringan di dalan kamar, pasalnya Dia boring sekali malam ini. Ingin berinvestasi sudah banyak sekali, juga mau ke club sedang bosan. Dia ingin rasanya segera menikah dengan Tania, supaya dapat menghabiskan malam panjang dan panas tanpa rasa bosan seperti yang Dia rasakan saat ini.
"Ya tuhan lama banget ya respon Dospem ini," gerutu Delia yang kini sedang menunggu balasan pesan dari seorang Dospem mereka.
Kebetulan sekali bukan, dosen pembimbing mereka sama. Memudahkan Tania untuk tidak perlu sering-sering mengirim pesan pada dosen tersebut, karena Dia paling malas sekali menunggu balasan tersebut.
"Sambil Lo nunggu balasan itu Gue Vc dulu Bby Gue ya," ucap Tania tanpa menunggu lagi persetujuan dari Delia, Dia sudah menyambungkan video call pada seseorang di sana.
"Jangan arahin ke Gue ya," kata Delia dengan hanya gerakan mulut pada Tania.
Dia yang hanya memakai tanktop dan juga hotpans tak ingin dilihat oleh Dion.
Tania pun sudah rebahan di atas kasur sambil mengangkat ponselnya agar dapat melihat dengan jelas wajah Dion di seberang sana.
"Kangen Sayang," ucap Dion dengan manja, padahal baru beberapa jam tadi Mereka bertemu pikir Delia.
"Tania juga," gumam Tania lirih mengerutkan bibirnya.
Saat Mereka tengah asik mengobrol, Delia berteriak frustasi menatap layar ponselnya.
"Argh," teriak Delia mengacak rambutnya, "Kita di minta terjun langsung ke lapangan Nya," lanjut Delia mengamuk sendiri sambil menendang-nendang kakinya.
Tania yang mendengar itupun lantas berdiri dari kasurnya dan membaca pesan dari dosen pembimbing tersebut, benar saja mereka diminta terjun langsung ke sebuah perusahaan ternama pula.
"Gimana ini Nya," keluh Delia yang bahkan hampir menangis.
Mendengar kekeluhan di seberang sana, Dion pun angkat bicara.
"Yaudah di perusahaan Abang aja," kata Dion memberikan solusi pada Mereka berdua.
"Perusahaannya nggak boleh sama Bang," lirih Delia yang sudah terisak tanpa dapat Dion lihat.
"Di perusahaan sahabat Abang mau?" tawar Dion lagi.
Solusi dari Dion itu membuat Delia membungkam mulutnya, Dia belum tau perusahaan apa yang akan diberikan solusi Dion itu. Jangan-jangan nanti perusahaan perjudian, sungguh Delia negatif thinking. Padahal di seberang sana Dion sudah menunggu jawabannya.
"Gimana Ya?" tanya Tania menunggu keputusan Delia itu. Apa mungkin Delia tidak ingin? dan memilih menggarap ulang skripsinya?.
*****
TBC
Thanks guysHappy readingTidak ada pilihan lain setelah satu jam berpikir Delia menganggukkan kepalanya untuk menerima solusi dari kedua orang pasangan di depannya itu, dengan terpaksa Delia melebarkan senyumnya. Mau tidak mau Dia, demi skripsinya yang sudah di bab 2 itu Delia harus terjun ke lapangan.Dion melebarkan senyumnya di seberang sana, sementara Tania memeluk tubuh sahabatnya itu. Untung saja Delia ingin menerima solusi dari Dion, kalau tidak Dia pasti akan jauh dari Delia dan itu tidak diinginkan Tania. Dia takut dan akan kesusahan."Well jadi kapan Gue harus nemuin sahabat Bang Dion," ucap Delia melepaskan pelukan pada tubuh Tania."Besok siang ya," balas Dion di seberang sana membuat jadwal sendiri.Tania dan Delia pun mengangguk menyetujui,"Makasih Bang Dion."kemudian Delia melanjutkan mengetik kembali, sedangkan Tania masuk ke
Happy reading"Jadi Lo mau kan bantuin Gue?" tanya Dion lagi yang juga meneguk botol soda itu.Dengan terpaksa Gara akhirnya menganggukkan kepala, sebenarnya Dia malas sekali berurusan dengan wanita apalagi itu masih mahasiswa, mahasiswa jaman sekarang itu tak ubahnya dari anak sekolahan. Umurnya juga masih kisaran dua puluh satu tahunan paling tua saja mungkin dua puluh tigaan. Jadi pemikiran mereka masih kekanak-kanakan, dan hal itu akan menyusahkan.Memasukkan seorang mahasiswa ke perusahaannya paling pantangan bagi Gara, tapi demi sahabat satunya itu Gara mengiyakan."Lo emang sahabat terbaik Gue," puji Dion dengan lebay seraya memeluk tubuh Gara, laki-laki dewasa itu lantas merasa jijik sendiri."Lepasin," perintah Gara dengan dingin pada Dion yang tak kunjung ingin melepasnya itu.Dilain tempat Delia dan Tania sedang makan bersama di dalam kamar Tania, Delia yang sibuk dengan layar laptopnya itu harus menghentikan dulu tuga
Happy reading''Pulang sana,'' usir Gara mendengar suara pintu tersebut di tutup. tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer. Mendengar hal itu Dion menatap tajam ke arah pria kejam tersebut. Laki-laki itu memang tak pernah merasa bersalah sedikitpun walaupun sudah membuat sahabatnya itu marah.''Songong banget sih Lo,'' ketus Dion sambil berjalan ke arah Gara. Melihat laki-laki itu yang sudah memberikan kunci ruangan tersebut ke atas meja. Gara dengan segera memencet remote supaya ruangan itu tertutup kembali oleh lemari sehingga tak terlihat.''Bodoamat,'' balas Gara tanpa memedulikan wajah Dion yang sudah kelewat kesal.''Dasar perjaka kejam,'' gerutu Dion, mendengar hal itupun Gara lantas mengangkat kepalanya menatap tajam ke arah Dion.cowok yang ada di depannya itupun kemudian berlari terbirit-birit, tak berani menghadapi harimau yang
Happy reading"Gue kok jadi cemas sendiri ya Nya," ucap seorang merapikan pakaian dan juga dandannya itu."Hmm ... Lo kayak mau ngelamar pekerjaan aja Delia," sahut gadis di sebelahnya itu yang sedang duduk di sisi ranjang seraya memperhatikan Delia yang sibuk sekali.Hingga Dia merasa kalau Delia itu bukan mau magang skripsi tapi seolah ingin mendaftar pekerjaan. Beberapa kali gadis itu mengganti pakaian dan juga memperbaiki dandannya, padahal kalau dilihat dari mata banyak orang penampilan Delia itu sudah sangat perfect.Gadis itu berbalut dengan rok berwarna cream panjang yang terbelah hingga bawah pahanya dan dilengkapi dengan kemeja berwarna putih, rambutnya Dia cepol rapi."Sumpah Gue nggak pede banget," ucap Delia lagi ingin memilih pakaian dari lemari yang masih di terbuka itu, tapi sebelum Dia kembali mengganti pakaiannya sudah dicegat lebih dulu oleh Tania."Nggak ya ... nggak Lo itu udah perfect," jelas Tania menghadap
Happy readingDelia duduk cemas di bangku tengah mobil Dion sembari membaca file skripsinya, Dia tidak tau kenapa dirinya bisa merasa cemas seperti itu.Sedangkan Tania duduk asik mengobrol bersama dengan kekasihnya itu, mungkin kalau bukan ada Delia Dia sudah bercumbu dengan pria itu.Melihat keduanya tampak senang tidak membuat Delia menurunkan rasa gugupnya."Santai aja Delia," ucap Dion pada gadis yang dilihatnya lewat kaca mobil dari tadi terlihat gugup itu."Hmm iya Bang," balas gadis itu mengembangkan senyumnya sedikit.Mobil Dion membelah jalanan kota dengan kecepatan sedang, dua puluh menit akhirnya mobil yang dinaiki mereka bertiga itupun akhirnya tiba di sebuah perusahaan ternama—Walton corp.Tania dan Delia turun lebih dulu, sembari menunggu Dion memarkirkan mobil mereka berdua menunggu di lobby, beberapa karyawan sibuk dengan tugas mereka masing-masing tidak ada yang menyantai di perusahaan itu.Perusah
Happy readingTubuh Delia kian bergetar ketika Gara menyelipkan sehelai anak rambutnya yang jatuh di wajahnya ke balik daun telinga.Melihat gadis yang gugup seraya menggigit bibirnya membuat Gara memundurkan tubuhnya kembali, sebelum itu Dia mengangkat ujung bibirnya sedikit tanpa di ketahui cowok itu."Jangan digigit bibirnya," kata laki-laki itu dengan wajah dingin walaupun begitu masih terselip nada perhatian.Tania dan Dion yang melihat aktivitas Gara dan Delia itupun menunjukkan wajah yang sulit diartikan, pasangan itu merasa sedikit aneh dengan tingkah laku pria kejam satu itu jarang sekali Dia ingin berbicara bersama gadis yang baru dikenalnya."Jadi ini mahasiswa yang Dion bilang itu," ucap Gara kembali dengan wajah sangarnya.Delia mengangkat wajah untuk dapat melihat wajah asli pria itu, tapi semakin rahang kokoh milik Gara mengeras Dia semakin tertarik ol
Happy reading"Hadeh kok Lo bisa sih ketemu sama Bang Gara di club sih," keluh Tania menepuk jidatnya sendiri dengan menghembuskan napas lelah.''Mana Gue tau kalau itu Dia,'' lirih Delia sambil menyesap minumannya itu.Tania kembali mengeluh, kepalanya terasa pening sekarang. Mereka sedang duduk di sebuah kafe yang ada tak jauh dari perusahaan Walton corp,sembari menunggu CEO Walton yang tengah meeting Tania menemani Delia, sebelumnya tadi mereka diizinkan diam di dalam ruangan Gara saja, tapi karena mereka boan alhasil mereka berada di kaffe ini pula.Sedangkan Dion pergi ke perusahaannya sebentar ada urusan mendesak. Tania lantas menenggelamkan kepalanya itu di atas meja dengan dditutupi oleh tasnya, Dia khawatir pada gadi yang ada di seberangnya ini.Berurusan dengan CEO Walton tidak semudah yang gadis itu pikirkan, apalagi sepertinya CEO Walton itu tertarik padanya. Tania takut Delia tidak dapat mengatasi pria itu, kalau sudah ma
Happy reading "Sudah selesai jadwal malam ini?" tanya Gara baru keluar dari ruangan meeting bersama dengan sekretaris dan juga bodyguard-nya itu. "Sudah Tuan," jawab sekretaris itu sambil membawa laptop dan juga berkas-berkas. Sambil mengacingkan jasnya itu Gara mengibaskan tangannya menyuruh sekretaris itu pergi dari hadapannya, Dia lalu hanya berjalan dengan bodyguard seraya menuju pintu lift lantai atas. "Pesankan makanan untuk dua porsi," perintah Gara yang langsung diangguki laki-laki berseragam hitam itu. "Sudah dapat informasi lagi?" tanya Gara kembali di dalam lift itu. "Sedang dikumpulkan Tuan," jawab pria itu membungkuk sedikit. "Menurut Kamu Edo ada yang mencurigakan tidak dari gadis itu?" tanya Gara meminta pendapat pada tangan kanannya itu mengenai mahasiswa yang dikirimkan oleh Dion itu. Mengapa kebetulan sekali gadis itu bisa masuk ke dalam perusahaannya, setelah kejadian hari itu dan seka