Share

5.Permintaan Aneh Lainnya

“Kalian pasti bercanda.” Ucap Quen melongo menatap pemandangan di hadapannya.

Pasalnya, papanya tidak hanya menikahkan dirinya dengan lima pria pilihannya tapi dia juga berniat membuat Quen tidur dengan lima suaminya. Pasalnya setelah pesta pernikahan selesai, Arthur mengantarkan Quen dan kelima suaminya ke sebuah kamar di mana ada sebuah empat ranjang berukuran besar yang dijadikan satu.

Arthur menggelengkan kepalanya. “Tidak, Nona. Eh, maksudku Nyonya. Kata Tuan besar seorang istri, terutama pengantin, baru tidak boleh pisah ranjang. Karena itu Nyonya harus tidur di sini bersama para tuan muda.”

Quen mendengus kesal. “Bukankah ini keterlaluan? Aku sudah menuruti Papa untuk menikah dengan mereka. Dan sekarang dia memintaku untuk tidur bersama lima suamiku. Jangan bilang nanti dia akan meminta cucu.” 

“Benar sekali.” Suara Brandon membuat Arthur, Quen dan kelima suaminya menoleh.

Ayah sang mempelai wanita berjalan masuk dengan ekspresi wajah yang sangat cerah. Akhirnya satu impian yang sudah lama diinginkannya terwujud. Melihat putrinya menikah. Padahal sebelumnya Brandon nyaris menyerah membuat putri satu-satunya itu menikah.

“Benar sekali? Jawaban santai yang menyebalkan, Pa.” Dengan kesal Quen melemparkan buket bunga di tangannya ke arah sang ayah.

Meskipun usianya sudah termasuk tua, tapi Brandon masih gesit menghindari lemparan putrinya. Sehingga buket bunga malang itu terjatuh ke lantai.

“Itu pelajaran penting yang perlu kalian pelajari, Menantu-menantuku.” Ucap Brandon kepada kelima suami putrinya.

“Bagaimana bisa hal itu dijadikan pelajaran, Pa?” Quen mendengus kesal.

Sayangnya berbeda dengan Quen yang kesal, lima pria yang sudah menikah dengan Quen justru menghampiri mertua mereka.

“Wow, tadi jurus yang hebat, Pa.” Puji Ace mengacungkan dua jempol tangannya.

Dengan besar kepala Brandon berkata, “tentu saja hebat. Aku sudah mengenal putriku sejak lahir. Jadi tahu segalanya mengenai, Quen. Dia punya tanda lahir lucu dibagian tersembunyi.”

Seketika mata Ace berbinar mendengar ucapan mertuanya. “Apakah di dadanya, Pa? Dada kanan atau dada kiri?”

Bugh. Sebuah pukulan mengenai belakang kepala Ace. Tentu saja pelakunya adalah Quen.

“Dasar mesum!” Gerutu Quen.

Brandon mengulurkan tangannya untuk mengelus belakang kepala Ace. “Menantuku yang malang. Maafkan putriku yang segalak anjing herder ya.”

Levin menggelengkan kepalanya. “Aku pikir anjing herder tidak mirip dengan Quen. Dia lebih mirip anjing husky. Galak tapi menggemaskan. Jadi pengen peluk.”

Pria itu hendak menghampiri istrinya. Tapi saat Quen mengangkat kepalan tangannya membuat langkah Levin terhenti. Hal itu membuat Brandon tertawa. Terutama melihat ekspresi kecewa Levin seperti anjing yang malang yang kehilangan rumahnya.

“Anjing husky, ya? Perumpamaan yang bagus, Nak.” Brandon menepuk bahu Levin. “Meskipun galak, tapi sebenarnya putriku ini sangat baik.”

“Dan pintar.” Vinson menambahkan ucapan Brandon.

“Pintar? Bagaimana kamu tahu dia pintar?”

“Aku sudah membaca seluruh profil tentangnya. Quen melakukan banyak perubahan dengan toserba-toserba yang dijalankan oleh Chevalier inc.” Jelas Vinson.

Quen terkejut mendengar ucapan Vinson. Dia berpikir karena Vinson dingin dan pendiam, dia tidak akan tertarik padanya. Tapi ternyata sebaliknya. Vinson justru sudah menyelidikinya lebih dahulu. Padahal Quen belum membaca profil para suaminya.

Brandon menganggukkan kepalanya dengan sangat puas. “Memang benar. Quen sangat pintar dalam pekerjaannya. Bahkan jauh lebih pintar dariku. Tapi tetap saja dia galak. Jadi kalian harus berlatih jurus menghindar seperti tadi.”

“Sebenarnya aku ingin bertanya padamu, Pa.” Ucap Zane.

“Bertanya apa?”

“Apakah punggung Papa tidak sakit saat melakukan gerakan tadi? Bukankah Papa sudah tua?”

Tubuh Brandon membeku mendengar ucapan kejam Zane. Sedangkan Quen berusaha menahan tawanya melihat sang ayah seperti dibekukan dalam es. Bahkan Arthur berusaha menahan tawanya. Tapi kemudian pria itu berdiri di samping bosnya.

“Arthur, apakah aku benar-benar kelihatan setua itu?” Brandon menunduk sedih.

“Tentu saja tidak, Tuan. Anda masih terlihat muda dan bugar.” Arthur berusaha menghibur bosnya. Kemudian tatapan Arthur tertuju pada Zane. “Maafkan saya, Tuan muda. Meskipun Nyonya Quen terlihat pemberani, tapi berbeda dengan ayahnya. Dia lebih mudah down. Karena itu mohon berhati-hatilah saat berbicara dengannya.”

“Memang Arthur yang terbaik.” Brandon memeluk asistennya itu seakan Arthur adalah anaknya.

Quen mengehela nafas berat melihat drama ayah dan sekretarisnya. Akhirnya dia menghampiri Brandon dan Arthur lalu mendorong mereka ke arah pintu.

“Sudah. Jangan terlalu banyak drama. Aku mau tidur. Jadi sebaiknya kalian keluar.” 

Setelah mendorong Brandon dan sekretaris ayahnya keluar dari kamar. Setelah itu Quen berjalan menghampiri lima pria yang sudah resmi menjadi suaminya. 

“Akan ada banyak pengawal di luar kamar ini. Aku dan kalian tidak akan bisa keluar dari sini. Karena jika ada yang keluar, para pengawal itu akan menarik kita masuk ke dalam. Artinya aku akan terjebak bersama dengan kalian. Aku akan mengambil ranjang paling ujung. Kalian akan menggunakan tiga ranjang lainnya. Jika ada yang masuk ke ranjang, kalian akan mendapatkan hukuman paling menyakitkan dariku. Kalian mengerti?”

“Baik, Istriku.” Jawab Ace, Levin dan Owen.

Sedangkan Vinson dan Zane hanya menganggukkan kepalanya. Quen sudah memikirkan hukuman apa yang akan dilakukan para suaminya jika menyentuh tubuhnya sedikit saja. Dia yakin hukuman itu pasti akan membuat lima pria itu tidak akan mau mengulangi kesalahan mereka.

* * * * *

Alarm di ponsel Quen berbunyi. Membuat sang pemilik perlahan mulai membuka matanya. Dia mengerjapkan matanya berusaha beradaptasi dengan sinar matahari yang menembus dinding kaca. Saat hendak meregangkan tubuhnya, Quen merasakan sesuatu yang berat dalam tubuhnya. 

Dia menoleh ke kanan dan melihat Ace memeluk tangan kanannya. Kemudian dia menoleh ke kiri dan melihat Levin memeluk tangan kirinya. Dia sedikit menggerakkan kepalanya untuk melihat Vinson memeluk kaki kanannya sedangkan Owen memeluk kaki kirinya. Dia pun mendongak dan melihat Zane berbaring di atasnya dengan tangan memegang rambut Quen. 

“HUAA!!!!” Teriak Quen saat menyadari para suaminya telah melanggar batas tempat tidur.

Mendengar teriakan Quen membuat tidur lima pria itu terusik. Mereka mengucek matanya sebelum akhirnya duduk di atas ranjang. 

“Ada apa, Quen? Apa yang terjadi?” tanya Ace sembari menguap.

“Apa yang terjadi? Seharusnya aku yang bertanya apa yang sudah kalian lakukan semalam? Kenapa kalian melanggar aturan tidurnya?” 

Mendengar suara Quen yang sangat marah membuat kelima pria itu menoleh. Mereka bisa melihat apa yang sudah membuat istri mereka marah besar. Mereka langsung menjauh dari tubuh Quen.

“Bagaimana aku bisa tidur di kakimu?” tanya Owen bingung.

Quen pun bangun dan duduk di atas ranjangnya. Tatapan tajam tertuju pada Owen. “Jika kamu bertanya padaku, aku harus bertanya pada siapa? Bagaimana bisa lima orang pria tidur di kedua lenganku, kedua kakiku dan juga rambutku?”

“Kami tidak sadar, Quen. Maafkan kami.”

“Maaf? Aku akan memaafkan kalian jika kalian menjalani hukuman yang kuberikan. Hukuman yang akan membuat kalian benar-benar jera.” Quen tersenyum layaknya seorang iblis.”

Owen merinding melihatnya dan langsung memeluk Vinson. “Kenapa dia sangat menakutkan? Aku yakin hukumannya pasti mengerikan.”

* * * * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status