Share

4.Mulut VS Mulut

Author: Marrygoldie
last update Last Updated: 2022-01-15 12:20:23

Gwen Chevalier. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu adalah sepupu Quen. Dengan mengenakan gaun berwarna perak, dia berjalan menghampiri Quen yang berdiri di samping Zane. 

Hubungan Quen dan Gwen tidaklah baik. Gwen selalu iri dengan Quen. Apapun yang dimiliki Quen, Gwen tidak mau kalah. Karena itulah Gwen merupakan satu-satunya orang yang ingin merebut kursi Presiden Direktur Chevalier Inc. Langkah Gwen terhenti tepat di hadapan Quen. Dengan ekspresi tenang, Quen menatap Gwen. Dia tidak menyadari jika tangannya masih menggenggam tangan Zane.

“Hallo, Sepupuku.” Gwen menyunggingkan senyuman sembari melambaikan tangannya.

“Aku pikir kamu tidak akan datang, Gwen.” Ucap Quen dengan sinis.

“Mana mungkin aku tidak datang ke pernikahan sepupuku sendiri.” Tatapan Gwen beralih pada Zane. Dia menyunggingkan senyuman lalu mengulurkan tangannya kepada Zane. “Halo, Tampan. Jadi kamu adalah salah satu suami Quen, ya? Aku adalah Gwen, sepupu Quen.”

Zane tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia hanya menatap tangan Gwen dengan tatapan tidak tertarik. Kemudian Zane mengangkat genggaman tangannya dengan Quen.

“Aku hanya bergandengan tangan dengan istriku. Aku tidak tertarik berjabat tangan dengan wanita selain Quen. Termasuk dirimu. Aku tidak tahu apakah tanganmu penuh dengan virus atau tidak.” Mulut pedas Zane mulai bekerja.

Quen berusaha menahan tawanya melihat ekspresi kesal Gwen. Meskipun terkadang kesal dengan mulut pedas Zane, tapi kali ini Quen menyukainya. Terutama mulut pedas pria itu bisa membuat sepupunya tampak kesal.

Gwen langsung menarik tangannya dan mendengus kesal. “Apakah kamu tidak bisa mengajari suamimu dengan baik, Quen? Sepertinya menikah dengan lima pria membuatmu kewalahan. Lain kali kamu harus mengajari suamimu untuk menjaga mulutnya, Quen.”

Quen tersenyum sinis. “Untuk apa aku harus mengajari suamiku menjaga mulutnya. Dia tidak mengatakan hal yang salah. Kamu baru saja datang, Gwen, mungkin saja banyak virus yang menempel di tanganmu. Lagipula yang harus menjaga mulutnya bukankah kamu?”

“Wanita sialan! Kamu pikir tanganku dipenuhi lumpur?” geram Gwen.

“Ckck… Jaga ucapanmu, Nona. Jangan pernah berkata kasar seperti itu kepada istri kami.” Ace memeluk bahu Quen dan melayangkan tatapan tajamnya ke arah Gwen.

“Bagaimana bisa kamu berkata begitu pada istri kami yang menggemaskan?” Kali ini Levin melingkarkan tangannya di leher Quen danmenyandarkan kepalanya di bahu wanita itu.

“Ular!” Vinson yang berdiri di samping Zane menunjuk ke arah Gwen.

Zane menoleh ke arah Vinson. Kemudian dia melihat ke sekeliling untuk melihat apakah ada ular di sekitarnya. Lalu Zane mengikuti arah yang ditunjuk oleh Vinson.

“Maksudmu wanita ini adalah ular?” tanya Zane.

Vinson menganggukkan kepalanya. “Benar. Wanita ini seperti ular yang punya mulut berbisa.”

Quen, Ace,Levin dan Zane tak mampu menahan tawanya. Penyatuan yang berbahaya. Si dingin dan si mulut pedas. Bahkan saking kesalnya wajah Gwen pun memerah. Lalu sebuah suara membuat tawa mereka terhenti. Mereka bisa melihat Owen berjalan menghampiri Quen dan keempat suaminya. Satu tangan Owen dikepalkan kemudian dipukul-pukulkan ke telapak tangan seakan menunjukkan betapa kuat pukulannya.

“Hati-hati dengan mulut berbisamu, Nona. Karena jika kamu menyakiti istri kami, maka aku tidak segan-segan memberikan hantaman yang keras dan menyakitkan.” Ancam Owen berdiri di samping Ace.

Awalnya Gwen datang untuk mengolok-olok Quen. Tapi sekarang justru dirinya yang menjadi bahan olok-olok Quen dan kelima suaminya. Kedua tangannya terkepal erat di samping tubuhnya. Tatapan kebencian Gwen dilayangkan ke arah Quen sebelum akhirnya wanita itu berbalik pergi meninggalkan mereka.

“Dia kelihatan jelas membenci Quen,” ucap Levin.

“Dari mana kamu tahu?” tanya Ace.

“Tatapannya sudah kelihatan. Dan cara dia berbicara tampak kesal sekali pada istri kita yang menggemaskan ini.” Levin mendusel di leher istrinya.

“Aku senang kalian mau membantuku melawan Gwen. Tapi jika tidak melepaskan tangan kalian dari tubuhku, aku pasti akan menendang kalian.” Ancam Quen.

Segera Ace dan Levin melepaskan pelukan mereka dari tubuh Quen sebelum istri mereka yang galak melayangkan tendangan mautnya. Lalu tatapan Quen berada di tangan kirinya yang digenggam oleh Zane.

“Apa kamu juga tidak mau melepaskannya, Zane? Sepertinya kamu sangat menginginkan tendanganku.” Quen melayangkan tatapan tajamnya ke arah Zane.

“Bukan salahku menggenggamnya, Quen. Tadi aku memang menggenggamnya. Lalu kamu sendiri yang menggenggam tanganku. Jadi aku tidak bisa melepaskannya.” Ucap Zane.

Quen mendengus kesal lalu melepaskan genggaman. “Kamu memang pintar beralasan ya.”

“Jadi siapa wanita berbisa tadi?” tanya Owen penasaran.

“Dia adalah sepupuku. Namanya Gwen. Sejak dulu dia selalu iri denganku. Jadi setiap bertemu, pasti mulut berbisanya berulah. Tapi kenapa kalian membantuku? Aku pikir hubungan kita tidak dalam sampai kalian mau membantuku.” Quen menatap kelima suaminya satu persatu.

“Karena kamu istriku.” Jawaban singkat, padat dan jelas khas Vinson.

“Hanya karena itu?” tanya Quen tidak percaya.

Ace menganggukkan kepalanya. “Tentu saja. Sekarang kamu adalah istri kami. Karena itu kami pasti akan melindungimu dari orang-orang yang berusaha merendahkanmu.”

Levin ikut menganggukkan kepalanya. “Benar sekali. Seperti yang kamu katakan padaku tadi. Kamu tidak akan membiarkan aku diinjak-injak orang lain. Begitu juga kami tidak ingin kamu diinjak-injak.”

Vinson menganggukkan kepalanya. “Setuju.”

“Jangan khawatir, Istriku. Seperti yang aku katakan, aku pasti akan melindungimu.”

Quen merasa sedikit tersentuh dengan ucapan mereka. Tapi dia tidak mau membiarkan perasaan itu merasuki hatinya. Menaruh kepercayaan pada orang lain tidak mudah bagi Quen. Ada masa lalu kelam yang membuat wanita itu menutup hatinya dan tidak membiarkan siapapun masuk.

“Aku juga setuju dengan ucapan mereka. Tapi alasan utamaku adalah aku tidak ingin istriku malu-maluin. Jadi sebaiknya aku melindunginya.” Ucap Zane begitu pedas.

“Malu-maluin ya. Yang ada kalian yang malu-maluin aku.” Quen menginjak kaki Zane membuat pria itu merintih kesakitan. Sedangkan Ace, Levin, dan Owen hanya tertawa melihatnya. Sedangkan Vinson menatap Zane dengan tatapan kasihan.

* * * * *

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Wanita Menikahi 5 Pria   36.Sesuatu Yang Buruk Terjadi

    Brandon berdecak takjub melihat berbagai wahana besar dengan lampu kelap-kelip yang memeriahkan suasana. Orang-orang berlalu lalang dengan wajah ceria, berteriak histeris saat menaiki wahana ekstrem, dan tampak senang melihat beberapa atraksi. Benar, setelah beberapa waktu tadi ia dan Levin melihat anak-anak bermain di taman bermain, kini mereka berdua pergi ke sebuah taman hiburan terbesar, Coney Island."Kenapa harus tempat ini? Apakah ada sesuatu yang khusus?" tanya Levin, melirik pada ayah mertuanya.Brandon tersenyum tipis. Matanya terlihat memancarkan sesuatu yang tak bisa diartikan saat melihat seorang anak kecil bergandengan tangan bersama dengan ayah dan ibunya, sementara tangannya memegang permen loli besar. Brandon jadi ingat cita-cita sederhana Quen dulu."Karena Quen pernah merajuk sampai menangis karena ingin pergi ke tempat ini, Levin," pungkas Brandon pelan. Wajahnya menengadah, menatap ke atas, pada wahana bianglala yang berputar dengan kecepatan konstan lalu pada rol

  • CEO Wanita Menikahi 5 Pria   35.Kasih Sayang Sang Ayah

    Taman bermain terlihat tidak begitu ramai karena ini adalah hari kerja. Hanya terlihat beberapa orang anak yang tampak main ditemani oleh orang tua atau pengasuhnya di sana. Ada yang duduk di atas ayunan, ada yang ceria menaiki perosotan, ada pula yang begitu bahagia bermain bola di dalam kolam khusus yang diisi oleh bola kecil berwarna-warni.Levin berjalan bersama Brandon di tempat tersebut usai turun dari mobil beberapa saat lalu. Keduanya beriringan dan lalu duduk di sebuah kursi panjang di depan wahana bermain tersebut, di depan sebuah jungkat-jungkit yang tidak ada seorang pun anak yang bermain di sana. Taman bermain itu memang cukup luas dan lengkap."Kenapa Papa ingin ke taman?" tanya Levin, seraya menyodorkan minuman ringan yang sebelumnya mereka beli di jalan.Benar, hari ini adalah giliran Levin yang menemani Brandon untuk menghabiskan waktu bersama. Dan Brandon secara tiba-tiba mengatakan ingin pergi ke sebuah taman bermain yang lengkap di kota. Meski terdengar agak aneh,

  • CEO Wanita Menikahi 5 Pria   34.Jangan Bilang Bahwa Kamu ... Tidak Normal?

    Quen masih tak habis pikir dengan pengakuan yang Owen berikan padanya tadi. Bagaimana bisa pria dewasa seperti Owen, yang gagah, memiliki rupa yang sama sekali tidak berada di bawah rata-rata, juga penampilan yang sebenarnya cukup menarik, tidak pernah bercinta sekali pun? Oh, ayolah! Setidaknya jika dia tidak memiliki waktu untuk berkencan, bukankah dia memiliki waktu sedikit saja untuk pergi ke tempat hiburan dan melakukan one night stand dengan wanita-wanita cantik yang haus akan belaian?"Kamu bukan biksu, kan?" tanya Quen, menatap Owen dengan nanar.Owen yang saat ini sudah berlutut di lantai, di sisi ranjang yang ditempati oleh Quen, menggeleng pelan. Dia seperti terdakwa yang hendak dihukum oleh Ratu. Apalagi dengan ekspresi wajahnya yang terasa begitu menghayati peran."Lalu bagaimana bisa ...." Quen kehabisan kata untuk Owen.Wanita itu lalu menggeleng pelan dan kembali memusatkan atensi pada Owen dengan tatapan yang begitu nyalang, seolah dia sadar bahwa ada hal lain yang le

  • CEO Wanita Menikahi 5 Pria   33.Masih Perawan

    Quen baru saja membersihkan diri usai pulang dari makan malam mereka yang diadakan di luar rumah. Dia begitu begah usai menghabiskan berbagai makanan di restoran tadi. Membuat dirinya juga ikut mengantuk.Quen melihat Owen sudah berbaring setengah duduk di atas ranjang. Pria itu menyadari kehadiran Quen dan menepuk sisi ranjang di sebelahnya, memberi isyarat agar Quen datang dan duduk di sisinya.Quen pun dengan segera menghampiri pria tersebut dan ikut berbaring di sisinya. Keduanya berbagi selimut yang sama di sana untuk menutupi kaki sampai pinggang mereka berdua."Kamu tidak mengantuk?" tanya Owen, melirik Quen. Owen tahu seharian ini pasti melelahkan bagi Quen karena dia harus bekerja dengan keras di kantor, makan malam di luar dengan kelima suaminya, kemudian melakukan perjalanan pulang yang cukup alot karena terjadi kemacetan sebab terjadi kecelakaan di jalur menuju rumah mereka tadi."Sedikit, tetapi belum cukup untuk membuatku bisa segera tertidur," jawab Quen pelan.Owen me

  • CEO Wanita Menikahi 5 Pria   32.Ada Seseorang Yang...

    "Papa?" Quen masih memasang ekspresi terkejut melihat Brandon yang tiba-tiba saja berdiri di hadapan mereka semua dengan seulas senyum polos yang dia miliki."Papa datang bersamaku," kata Zane tanpa rasa bersalah sama sekali.Brandon mengangguk pelan. "Ya. Papa datang bersama dengan Zane," pungkas lelaki itu, mengamini. "Karena Papa datang terakhir dan membuat Zane jadi ikut terlambat, jadi Papa yang akan membayar."Zane dan Brandon berjalan menuju kursi yang kosong. Sayangnya, hanya ada sisa satu kursi di sana. Zane membiarkan Brandon yang duduk duluan. Sementara dirinya pergi untuk menemui pelayan dan meminta kursi tambahan.Tak berapa lama, pelayan datang membawa satu kursi untuk Zane dan juga buku menu. Mereka mulai memesan makanan satu per satu."Sebenarnya apa yang Papa lakukan sampai membuat Zane terlambat?" tanya Quen pada ayahnya.Brandon tersenyum penuh arti. "Papa mengajak Brandon menuju Danau George," dia jawab sambil melirik pada Zane."Benarkah? Danau George adalah harta

  • CEO Wanita Menikahi 5 Pria   31.Makan Malam Keluarga Chevalier, Tapi...

    Alamat restoran yang diberikan oleh Quen adalah Restoran Indonesia Wayan yang terletak di Kota Manhattan. Ialah restoran yang menyajikan makanan khas Indonesia seperti halnya nasi goreng, gado-gado, sop buntut, pepes ikan, dan sebagainya.Quen berjalan masuk, mencari kursi yang sudah ia reservasi sebelumnya. Namun begitu tiba, dia terkejut karena Ace sudah ada di sana, tengah bermain ponsel dan tidak menyadari kedatangannya "Bagaimana kau sudah tiba di sini?" tanya Quen, membuat Ace mengangkat wajah dan menatapnya.Ace menyunggingkan senyum simpul. "Blade Storm baru saja melakukan wawancara di area dekat sini. Jadi, aku datang lebih cepat. Bahkan tidak sampai lima menit hingga aku tiba."Quen mendesah kecewa. Dia pikir, dia yang akan datang pertama, tetapi Ace justru mendahuluinya."Kamu sudah tiba berapa lama?"Ace sedikit memicing, berpikir. "Mungkin sekitar lima menit atau lebih? Entahlah," dia jawab dengan tak yakin. "Kemarilah, Quen. Ayo, kita berfoto." Ajak Ace. Menarik Quen un

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status