Matahari yang tersembunyi dibalik awan mendung menampilkan cahaya remang, sangat indah seperti kilauan berlian. Waktu setelah hujan selalu membawa suasana yang berbeda, terasa aneh tapi Lyra menyukai perasaan seperti itu. Sambil terkantuk-kantuk, Lyra berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum pukul 5 sore. Tapi apa boleh buat, sepertinya target itu tidak akan terpenuhi. Suasana setelah hujan di sore hari memang lebih cocok untuk tidur atau bersantai sambil memakan mie instan dan tontonan yang seru. Apa boleh buat, budak korporat seperti Lyra malah berkutat di depan komputer dengan beberapa berkas penting yang harus ia berikan pada CEO barunya, paling lambat besok."Ra, gue balik duluan ya, bye!" Kehali menepuk bahu Lyra pelan sebelum berpamitan.Lyra hanya bisa mengangguk pasrah. Kehlani sudah mengirimkan laporan yang diminta kepada dirinya, kini Lyra harus melakukan pengecekan ulang sebelum menyatukan semua data dari para karyawan divisi perencanaan yang sudah ketua tim merek
Tidak biasanya Lyra lebih banyak diam saat duduk diboncengan, Adnan melirik temannya itu dari spion motornya dan mendapati Lyra sedang melamun. Gadis itu kadang mengerutkan keningnya lalu menghela nafas berat. Sepertinya bukan sedang memikirkan hal kecil, temannya itu sudah melewati banyak kesulitan, masalah kecil tidak pernah benar-benar menjadi masalah bagi dia. Seharusnya sih seperti itu.Adnan mengarahkan spionnya pada Lyra agar bisa melihat temannya itu dengan lebih jelas.Lyra menyadari itu langsung memukul bahu Adnan. "Apaan sih, jangan liatin gue!""Ada apa? Kenapa ngelamun?" Tanya Adnan ingin tahu. "Kita ini temen deket, gue udah denger banyak cerita dari lo, sekarang harusnya bisa juga." Tambahnya.Benar. Lyra pun tahu itu, tapi kali ini berbeda. Hal yang memenuhi pikirannya kali ini adalah tugas rahasia yang diminta oleh Aldrich, Boss baru mereka di kantor. Rasanya terlalu berat, tapi Lyra takut dipecat. Dan kalau memang pak Manajer Darmawan melakukan penggelapan dana maka
Hari demi hari berlalu, semua orang sudah terbiasa dengan CEO baru beserta aturan-aturan yang belum lama ini diperbaharui. Aturan kali ini jauh lebih rinci dan berlaku pada semua karyawan apapun jabatannya.Kecuali Manajer Darmawan yang sesekali masih suka bolos dan menimpakan pekerjaannya pada Lyra secara penuh. Menyebalkan tapi disisi lain juga melegakan karena dengan begitu Lyra bisa mengotak-atik komputer ataupun berkas di ruangan atasannya itu.Seperti saat ini, Lyra tampak sibuk mengecek satu persatu file mencurigakan pada komputer perusahaan di ruangan Manajer Darmawan sambil celingak-celinguk karena takut pria paruh baya itu tiba-tiba muncul."Berkas apa ini?" Lyra bergumam. "Fck, dikunci." umpatnya.Ia pun mengeluarkan flashdisk dan menyalin berkas tersebut agar ia bisa meminta seseorang untuk meretasnya nanti. Bagaimanapun Lyra ingin segera menyelesaikan pekerjaan rahasianya dan bekerja dengan tenang seperti hari-hari sebelumnya.Setelah berhasil menyalin berkas tersebut Lyr
Kecanggungan yang terjadi di restoran tadi masih dapat Lyra rasakan, apalagi saat ini ia hanya berdua di dalam mobil dengan Aldrich yang fokus menyetir. Tanpa Lyra pungkiri bahwa saat ini Aldrich terlihat berkali-kali lipat jauh lebih tampan, rahang tegasnya terpampang nyata di depan mata. Sungguh indah, gumam Lyra terhanyut.Jarak antara restoran dan kantor yang dekat membuat Lyra tidak bisa berlama-lama di dalam mobil berdua bersama Bosnya yang tampan serta harum, ya, Aldrich memiliki aroma yang berbeda entah itu dari parfum atau apapun, yang pasti Lyra sangat menyukai wanginya."Kita sudah sampai." Ucapan Aldrich menyadarkan Lyra dari lamunannya.Lyra mengangguk, "Terima kasih, Pak." Ucapnya sembari melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.Barulah Aldrich menyusul keluar, ditatapnya punggung Lyra yang perlahan semakin jauh dari pandangan. Tatapan pria itu masih setia dengan ketajaman, tapi tersirat kehangatan di dalam sana. Mungkin tidak akan ada orang yang menyadari hal itu da
Lyra duduk termenung dan sibuk mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana tidak, kejadian kemarin masih memenuhi kepalanya. Kelakuan bodoh yang bisa saja membuat Aldrich menjaga jarak bahkan mungkin menghindar. Apalagi pria itu mengatakan bahwa tugas Lyra mengenai korupsi di perusahaan telah selesai tinggal Aldrich yang mengerjakan sisanya.Untuk itu Lyra mendapatkan bonus yang cukup besar, bahkan ada kemungkinan akan naik jabatan. Tapi, Lyra ragu kalau Aldrich akan melakukan itu setelah apa yang terjadi kemarin sore. Bodoh. Lyra benar-benar menyesal karena sudah gagal mengontrol diri.Lagi-lagi Lyra hanya bisa menghela nafas frustrasi disaat karyawan lain sedang sibuk bergosip tentang pemanggilan beberapa atasan mereka, termasuk Manajer Perencanaan dan Evaluasi, Darmawan.Kehlani berjalan menghampiri cubicle Lyra, satu-satunya meja yang berlawanan arah dengan milik karyawan di bawah awasannya."Katanya ada salah satu karyawan yang jadi mata-mata, dia bantuin Pak Aldrich buat nyari bukti-bukt
Langit mendung membuat suasana kantor yang sudah kisruh karena kasus penggelapan dana perusahaan bertambah mencekam. Tapi tidak bagi Lyra yang hatinya sedang berbunga-bunga karena Aldrich ingin bertemu dengan dirinya. Ya, seperti pesan yang karyawan sebelumnya sampaikan bahwa CEO mereka ingin Lyra datang ke ruangannya. Senangnya.Lyra berjalan menuju ruangan Aldrich dengan suasana hati yang berbunga-bunga. Rasa takut yang memenuhi kepalanya tentang dijauhi oleh Aldrich perlahan-lahan menghilang dan berganti rasa lega.Jika Aldrich tidak menghindar, maka Lyra bisa melancarkan rencana-rencana pendekatan lain kedepannya. Entah apa alasannya, tapi Lyra yakin bahwa CEO tampan itu memiliki sedikit perasaan terhadap dirinya, Lyra hanya perlu membuat pria itu sadar.Ya, Lyra tampak semakin semangat saat memikirkan hal itu.Tangan kanannya menenteng sebuah kopi Americano sebagai permintaan maaf mengenai kejadian kemarin sore. Itu hanya formalitas saja, karena siapapun tahu bahwa Lyra merasa se
Rasa khawatir membuat Aldrich tidak bisa mengatakan apa-apa, ia hanya duduk sambil menatap Lyra yang sedang beristirahat setelah meminum obat di atas ranjang rumah sakit. Aldrich masih mengingat dengan sangat jelas ekspresi ketakutan yang gadis itu tunjukan saat dirinya selamatkan.Arrgh!!!Aldrich menggeram tertahan ketika sebuah kilasan mengenai kejadian di masa lalu terputar dengan tiba-tiba. Jantungnya terasa diremas kuat saat bayangan seorang wanita yang begitu putus asa sedang memanggil-manggil namanya dan berharap diirnya datang. Aldrich mengusap keringat di kedua pelipisnya, dadanya mulai terasa sesak."Pak, apa anda baik-baik saja?"Pertanyaan Farrel menyadarkan Aldrich dari lamunan. "Y--Yeah, i'm fine.""Apa Bapak--""Beritahu keluarganya atau siapapun, aku akan segera kembali." Ujar Aldrich yang kemudian beranjak dari kursi dan berlalu pergi.Farrel menatap kepergian sang atasan yang terlihat tertekan, lalu dilihatnya sosok Lyra sekilas. "Apa dia seberpengaruh itu ke Pak Al
Lyra meyakini bahwa perasaan yang dimilikinya untuk Aldrich bukan hanya rasa kagum semata seperti perkataan Adnan kala itu. Lyra merasakan sesuatu yang lebih dalam dari kekaguman, tapi ia juga tidak berani untuk menamai rasa itu cinta. Lyra tidak ingin salah menyimpulkan rasa dan membuat semua halnya menjadi kacau. Untuk saat ini, ia cukup puas hanya dengan bisa menatap pria bertubuh tegap yang saat ini sedang sibuk membaca buku, dia, Aldrich.Malam ini adalah malam pertama ia tinggal satu atap bersama Aldrich, Lyra juga tidak lupa bahwa tujuan CEO perusahaannya mengajak tinggal bersama semata-mata hanya untuk memberikan perlindungan, tidak lebih. Aldrich pun sudah menegaskan itu.Tok... Tok...Aldrich yang sedang membaca di sofa sudut kamarnya langsung mengalihkan pandangan. Dilihatnya ke arah pintu dan mendapati Lyra sedang berdiri sambil tersenyum gugup."Ada apa?" Tanya Aldrich.Lyra sendiri pun sebenarnya tidak tahu kenapa dia sampai mendatangi kamar CEO Aldrich dan mengganggu wak