Home / Romansa / Terjebak Obsesi Boss Gila / Bagian 1 : Perselingkuhan

Share

Terjebak Obsesi Boss Gila
Terjebak Obsesi Boss Gila
Author: leecu

Bagian 1 : Perselingkuhan

Author: leecu
last update Huling Na-update: 2025-02-03 22:32:20

"Kamu dipecat!" ucap Presdir perusahaan pada sekretaris di depannya. Dia melempar surat pemecatan pada Zavira yang kini berdiri di depan meja kantornya.

"Ta-tapi Pak, kenapa?" tanya Zavira dengan panik, tangannya gemetar ketika memegang surat pemecatannya dengan mata memanas.

"Akhir-akhir ini kerjamu kurang optimal, tidak ada alasan lagi,” ungkapnya, tatapan pria berumur 45 tahun itu begitu menusuk, ia menatap Zavira yang kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

“Pergi dari sini! Dan bereskan barang-barangmu!" lanjutnya dengan nada penuh penekanan. Begitu jelas ia melihat tubuh mungil wanita itu gemetar.

Zavira mengangguk, tenggorokannya perih, ia pamit dangan suara kecil yang begitu jelas menahan isak tangisnya. "Sa-saya permisi, terima kasih banyak untuk semua kebaikan Anda."

Pria bernama Andra yang merupakan Presdir perusahaannya memejamkan mata sejenak lalu membuang muka. Ia menghela napas berat ketika mendengar suara Zavira yang pamit serta berterima kasih lalu mentup pintu pelan.

"Karena dendammu, saya merelakan wanita berprestasi itu pergi, sisanya saya serahkan padamu," ucap Andra pada seseorang dari seberang telepon. Terdengar tawa puas dari pria berumur 44 tahun, hal itu membuat Andra menghela napas berat.

Ketika ia berjalan keluar dan turun menggunakan lift, Zavira menangis tanpa bersuara membuat air matanya mengalir deras. Keluar dari lift dan menuju ruang kerjanya, Zavira memasukkan barang-barangnya ke dalam kotak yang berada di bawah meja tadi ia temukan.

Air matanya berjatuhan ketika ia memasukkan barang-barang itu ke dalam kotak seperti kardus. Ketika dirasa cukup, baru saja ia keluar dari ruang kerjanya, di seberang, ia menemukan wanita yang merupakan rekan kantornya sedang mendesah tertahan dengan pria yang sangat ia kenal berjongkok di bawah wanita itu sedang duduk di atas meja kerja.

"Alex ... Nita."

Zavira berdiam diri di depan pintu ruangan kantor yang terbuka. Tangannya mengepal gemetar, bahunya berguncang menahan emosi yang tak terbendung.

Di dalam ruangan itu, Alex juga termenung tak menyangka, melihat pacarnya menangkap basah dirinya sedang bercumbu dengan wanita lain.

Jantung Zavira terasa sakit, seakan ribuan panah telah menusuk. Matanya memanas hingga tak lama kemudian ia meneteskan air mata begitu banyak.

Zavira segera berlari pergi sembari membawa kotak berisi barang-barangnya, dengan derai air mata tak ia tahan, meluap begitu saja ia menangis. Suara tangisnya menggema di setiap lorong yang ia lewati.

Malam ini, para rekannya telah pulang sehingga tidak ada siapapun yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

Tangisnya tersendat-sendat ketika ia ingin memencet tombol lift. Hatinya terasa sakit karena pengkhianatan dari kekasihnya.

"Vira!" panggilan dengan nada kencang serta suara langkah kaki begitu cepat mengejar Zavira. Alex berbelok ke arah kiri, ia melihat pintu lift akan tertutup.

"Tunggu!"

Zavira mengabaikan teriakan tersebut, dirinya memilih pintu lift yang dibiarkan tertutup. Di dalam, ia terduduk lemas, tangisnya begitu kencang memenuhi ruang kecil ini.

Setahun sudah hubungan yang mereka jalanin kandas. Padahal selama ini Zavira bersusah payah agar hubungannya utuh, ia selalu menyempatkan agar menghabiskan waktu dengan kekasihnya.

Menatap wallpaper ponsel foto ia dengan pacarnya. Zavira belum mengganti selain memeluk erat ponselnya. "Kenapa? Kenapa harus selingkuh sama rekan kantor aku," ucapnya bergetar, air matanya kembali menetes begitu banyak.

Menatap foto wallpaper di mana ia tersenyum ceria dengan sang pacar mencium pipinya. Saat-saat hari itu hubungan keduanya sangat manis, saling melempar canda tawa, serta pelukan hangat.

Tubuhnya terasa lemas, Zavira lalu menyimpan ponselnya di saku. Keluar dari lift, ia kembali berlari menuju parkiran, ia menatap sebuah kotak yang tadi ia bawa berisi barang-barang miliknya. Tangisnya mereda ketika Zavira sampai di depan mobil.

Menyimpan kotak tersebut di kursi belakang, mobil ia jalankan tanpa menunggu waktu lagi. Menatap lelah pada jalanan, Zavira menggigit bibirnya yang semakin memerah. Tangan kirinya tak henti mengetuk handbrake mobil.

Sekitar matanya merah, ketika ia ingin meraih ponsel itu, dirinya kembali menangis. Air matanya mengalir lebih banyak dari sebelumnya. Dada terasa sesak membuat Zavira kesulitan bernapas.

Meski air matanya mengalir deras, tapi kini suara tangisnya mengecil. "Ma, Pa, aku gak baik-baik aja," ujarnya dengan nada gemetar. Tidak ada yang bisa ia jadikan sandaran, kedua orang tuanya meninggal dunia 12 tahun lalu.

Pacar satu-satunya yang ia miliki kini mengkhianatinya. Selain itu, hanya sahabatnya Lily yang sebelumnya ia abaikan karena Zavira terlalu sibuk dengan Alex serta pekerjaan.

Ketika tangisnya berhenti, Zavira memarkirkan mobil di halaman depan rumah. Langkahnya lunglai ketika turun dari mobil, ia berjalan masuk ke dalam rumah, menatap ruang tamu yang gelap serta di samping kiri terdapat kamar telah kosong selama 12 tahun ini. Kamar milik Ayah dan Ibunya.

"Zavira kangen kalian,," gumam Zavira kembali menangis membuatnya berjongkok di depan kamar orang tuanya.

Memojok di depan pintu yang tertutup, Zavira menangis dalam keadaan rumah gelap, hanya ada cahaya rembulan yang memasuki di setiap celah tirai jendela.

***

Pagi hari tiba, Zavira terbangun masih berada di depan pintu kamar orang tuanya, yang jelas semalaman ia tertidur di ruang tamu.

Seluruh badannya begitu pegal dan sakit, matanya terasa suntuk. Zavira begitu lemas ketika berdiri menuju dapur, mengambil mie cup yang akan ia buat.

Terlalu malas untuk memasak membuat Zavira memilih mie cup dengan persediaan begitu banyak. Sembari menunggu air dingin itu menjadi panas, Zavira menyalakan ponsel.

Tampak puluhan telepon serta chat masuk, semua itu dari pacarnya, Alex. Zavira segera mematikan ponselnya, tidak ada lagi kesempatan yang akan ia beri.

Kehadiran Alex dihidupnya menjadi obat dan racun sekaligus. Zavira akan mencari cara untuk move on dari pria itu secepatnya.

"Rasanya air mata aku habis," gumam Zavira lalu mencuci muka di keran wastafel dapur. Setelahnya ia mematikan kompor dan menuangkan air itu pada cup yang telah ia buka.

Wangi harum dari mie cup membuat perutnya meraung-raung. Sembari menunggu mie itu matang, Zavira membuat teh hangat.

Ketika teh itu telah siap, ia mengecek mie cup miliknya sudah matang merata. Dalam keadaan panas, sesekali Zavira meniup mie itu agar dingin lalu ia makan dengan lahap.

Di tengah-tengah menikmati makanannya, Lily memberi pesan pada Zavira. Gadis itu mengirim foto bukti bahwa Alex yang sedang merangkul wanita sedang chek-in hotel.

Kepala Zavira berdenyut, air matanya benar-benar tidak lagi mengurai, ia bahkan menatap kosong pada foto itu.

"Haaa sial." Ia meremat rambutnya agar rasa sakit pada kepala sirna, meski tampak tak ampuh, setidaknya ia cukup puas.

Sungguh Zavira begitu marah, tapi energinya tidak ada membuatnya hanya terdiam dengan tatapan kosong. Bahkan mie yang masih banyak dibiarkan begitu saja.

Zavira menyalahkan dirinya, tidak seharusnya ia memiliki hubungan dengan pria yang lebih muda. Alex, umurnya baru menginjak 25 tahun, sedangkan dirinya 30 tahun, wanita yang karirnya baru saja hancur dan semakin hancur ketika hubungannya kandas.

Zavira berjalan menuju kamar, melihat boneka kelinci pemberian Alex, ia tersenyum lalu mengambil boneka tersebut.

"Dasar cowok brengsek! Kamu bajingan anj," ucapnya dengan kesal membanting boneka itu serta ia injak berkali-kali.

Cukup lama ia menyiksa boneka tersebut hingga merasa puas napasnya tersengal-sengal. "Haaa, haaa."

Zavira memberikan jari tengah pada boneka kelinci yang kini berada di lantai. "Aku bakar kamu nanti! Awas aja!"

Suara telepon dari ponselnya membuat Zavira segera kembali ke dapur tanpa sekat. Ia mengangkat telepon dari Lily. "Halo, ada apa Li?"tanya Zavira membuat Lily merasa janggal.

"Kamu gak nangis? Kamu gak kenapa-kenapa?"

Zavira menggelengkan kepalanya seraya berujar, "nggak, malem udah nangis banyak, oh ya, btw udah dari kemarin aku mergokin dia di kantor, eh bajingan itu malah lanjut part 2," umpatnya dengan emosi kini menggebu-gebu.

Lily menghela napas panjang, ia benar-benar tak habis pikir karena pria itu ternyata malah melanjutkan aksinya. "Terus kamu gimana? Udah mutusin dia?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 59 : Sibuk

    Selama dua minggu ini, Aksara sangat sibuk karena mempersiapkan pernikahannya dengan Zavira. Ia begitu tidak sabar untuk mengikat hubungannya dengan Zavira lebih dalam.Zavira yang tidak begitu banyak membantu merasa tidak enak. Ia melihat Aksara baru saja pulang padahal hari ini hari minggu, tetapi pria itu tidak beristirahat."Kenapa kamu gak minta bantuan aku?" Zavira mengusap kepala Aksara dengan lembut, menatapnya penuh kekhawatiran."Aku tak ingin istriku lelah." Ia menyembunyikan wajahnya pada perut Zavira. Mendengar itu, ia terkekeh dan mencubit gemas pipi pria itu. "Terima kasih sudah bekerja keras hari ini."Aksara mengangguk dan menarik selimut menutupi sebagian tubuh keduanya. Zaviea mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Angin malam berhembus kencang dari arah balkon. "Aku mau nutup pintu balkon," ucap Zavira mendapati penolakan dari pria itu."Biar aku saja."Zavira menahan tubuh Aksara. "Nggak boleh, kamu capek, istir

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 58 : Ciuman

    "Kamu?" Aksara memincingkan matanya. "Dipecat, tidak alasan lagi, jangan pernah merendahkan calon istriku, ini peringatan untuk kalian semua yang mendengarkan." Aksara menatap pada karyawan lainnya lalu masuk kembali ke dalam lift.Saat pintu tertutup, Zavira menghela napas berat. Ia tida memprotes, sejujurnya ia merasa sakit hati dikatakan demikian. "Ah, harusnya aku berhenti kerja aja ya secepatnya," ucap Zavira dengan perasaan berkecamuk.Aksara menatap dengan khawatir. "Sayang, aku gak mau kamu keluar kerja karena orang lain, tapi kalau kamu gak nyaman, aku bakal ikutin kemauan kamu." Aksara memegang kedua pipi Zavira, menatap lebih sendu pada Zavira yang lebih rendah darinya.Zavira terdiam sejenak lalu berujar, "ah maaf, aku plin plan banget."Aksara menggelengkan kepalanya, "nggak, jangan pikirkan itu, ikuti saja kata hatimu sayang.""Makasih banyak." Ia tersenyum lega, mencoba menghilangkan pikiran negatif dan fokus pada pekerjaannya.Beberapa saat kemudian, Zavira kini keluar

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 57 : Menikah?

    "Maaf, sejujurnya aku takut untuk hamil lagi, meskipun aku bener-bener pengen hamil dan ngandung anak aku," ucap Zavira memegang kedua pipi Aksara agar pria itu tidak mengalihkan pandangannya.Aksara terdiam sementara. "Sayang …, apa kamu pikir pernikahan selalu mengarah tentang hamil?""Menurutku begitu, aku pikir semua cowok gak akan mau sama cewek yang nunda punya anak, mungkin mereka ngerasa lebay kalau lihat istrinya trauma sama hamil." Penjelasan itu membuat Aksara mendengarnya sedih."Sayang, gak semua begitu.""Aku tahu." Kini ia melepaskan genggaman pada pipi Aksara.Aksara lalu berdiri, mengangkat tubuh Zavira dan ia bawa agar wanitanya duduk di atas paha ia. Duduk di pinggir kasur dengan Zavira di atas pahanya, Aksara memulai percakapan dengan cukup dalam."Aku akan selalu berusaha menghargai pendapatmu. Aku menikahimu karena ingin hidup selamanya denganmu. Jika kamu ingin nunda punya anak atau kehamilan, aku tak apa, kita bisa menunggu sampai kamu siap." Aksara tersenyum,

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bab 56 : Pekerjaan

    Zavira baru saja pulang dari kantor pada pukul sepuluh malam. Ia sengaja lembur karena sempat libur dua minggu saat kejadian kemarin.Pekerjaan yang menumpuk mengharuskannya menyelesaikan lebih cepat. Dan sesekali ia kelimpungan disebabkan Aksara yang rewel menyuruh Zavira pulang.Kini di parkiran sudah ada mobil Aksara dengan pria itu menyetir di dalamnya. "Lama." Satu kata lolos ketika Zavira baru saja masuk ke dalam."Berapa puluh kali kamu ngomong lama," omel Zavira, ia menarik sabuk pengaman dan menyimpan tas di tempat duduk belakang."Hmm." Aksara berdeham, ia sedikit takut jika ia mengeluh lagi pada Zavira karena keterlambatan pulangnya.Kepala Zavira di sandarkan pada kaca yang setengah terbuka, ia memejamkan mata ketika mobil di jalankan, menikmati hembusan angin malam masuk ke dalam."Mau apa?" tanya Zavira dengan mata masih tertutup.Tangan kiri Aksara yang baru saja ingin memegang rambut si empu terhenti. "Aku …, mau megang rambut kamu." Dengan nada memohon ia menjawab.Za

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 55 : Hutang Nyawa

    Masih berada di ruang tamu, Zavira telah selesai mengobati luka pada tangan Aksara. Kini ia masih duduk di atas paha kekasihnya dengan tangan pria itu merengkuh erat pinggangnya.Melirik ke arah telinga Aksara yang memerah, Zavira lalu memegang telinga kekasihnya yang sensitif. "Ah." si empu menahan tangan Zavira agar tidak mengusap sensual telinganya."Kenapa?" Ia memiringkan kepala, menatap Aksara yang menatapnya dengan tatapan aneh."Sensitif," jawab Aksara singkat, ia menarik tangan Zavira agar memegang pipinya saja."Ah aku paham." Zavira mengangguk mengerti, yang ia tahu jakun Aksara lah yang sensitif, ternyata telinga juga sama halnya.Kepala Aksara di sandarkan pada bahu Zavira, kini kedua tangannya memeluk erat pinggang ramping kekasih. "Sayang.""Hmm?" Zavira membalas dengan dehaman, mengusap belakang kepala Aksara dengan ibu jari yang mengelus pinggir matanya."Tidur di kamar bersamaku lagi, ya?" pinta Aksara, ia menatapnya dengan mata berbinar-binar."Iyaa." Zavira mengang

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 54 : Mawar Merah

    Malam-malam sekali, ketika melihat bulan bersinar indah. Zavira yang ingin melihatnya dari taman, hal itu membuatnya segera keluar kamar dan menuruni anak tangga.Ketika melihat Aksara sedang duduk di sofa sembari bersandar, Zavira seperti biasa akan selalu mengabaikannya. Akan tetapi, kali ini berbeda, Zavira melihat tangan Aksara yang berdarah sedang memegang bunga mawar.Secara perlahan ia mendekati pria itu yang sedang memejamkan matanya, menutup dengan pergelangan tangan kiri sementara telapak tangan telah berdarah serta tangkai mawar yang dicengkram erat.Apa ini perumpamaan? Batin Zavira bertanya. Jika di umpakan, dirinya adalah mawar, lalu duri itu adalah konfliknya.Apa kini Aksara sedang berusaha terus mendapatkan Zavira meski harus melewati konflik hingga mempertaruhkan nyawanya? Entah mengapa Zavira merasa konyol akan perumpamaannya.Ketika ia ingin pergi berlalu, Aksara yang memang tidak tidur sejak awal segera menarik Zavira membuat kekasihnya itu duduk di atasnya.Belum

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status