Share

Bagian 2 : Move On

Author: leecu
last update Last Updated: 2025-02-03 22:32:36

Pinntu rumah terbuka ketika sebelumnya terdengar suara motor diparkiran, Zavira berlari ke arah sahabatnya dengan dramatis ia berteriak, "HUWAAA LILY."

Lily menghela napas, melepaskan pelukan Zavira yang menyesakkan, ia membawa kantung plastik putih berisi martabak keju kesukaan sahabatnya ini. "Sorry ya, aku baru datang sekarang."

Zavira memanyunkan bibirnya lalu menggelengkan kepala, "gak apa-apa." Ia lalu mengambil satu potong martabak, begitu lahap ia makan dalam dua gigitan.

Lily tersenyum tipis, ia menatap sekitar rumah Zavira yang nampak bersih daripada sebelumnya. "Rapi amat rumah kamu, tumben."

"Aku dipecat, terus yang kamu tahu, aku putus, jadi yaa gini, gak ada kerjaan." Zavira mengangkat kedua bahunya. Meski rumah yang Lily lihat rapi, tampak jelas raut wajah si pemilik begitu kusut.

"Terus gimana? Katanya kamu kirim CV ke beberapa website perusahaan." Lily kini mengambil potongan martabak untuknya, menyandarkan kepala pada sofa.

Zavira menghela napas berat. "Gak tahu lagi Li, semua perusahaan yang aku kirim CV pada nolak, bahkan balasan dari mereka cepet banget."

Lily mengernyitkan keningnya, "serius? Seminggu ini semua pada bales cepet untuk nolak kamu?"

Zavira menganggukkan kepalanya, "serius, kenapa gini banget? Ya kali ada orang gabut buat minta semua perusahaan nolak aku."

Lily mengangguk setuju, "walaupun ada, harusnya dia orang kaya banget gitu, misalnya nih orang kaya kabupaten gak sekaya itu buat suap banyak perusahaan, lagian perusahaan gak waras doang yang nolak kamu, secara kamu kan pengalamannya udah bagus banget, umur kamu mateng."

"Kami pikir aku makanan apa? Pake acara mateng segala." Zavira berdecak.

Lily cengengesan, ia lalu kembali mengambil potongan martabak dan berpikir, apa yang harus ia lakukan untuk sahabat satunya ini?

"Kamu gak ngelamar kerja secara langsung apa?" Lily bertanya penasaran.

Zavira menggelengkan kepalanya, "males keluar, tiap keluar pas-pasan sama mantan, mana ngejar lagi." Zavira bergidik ngeri ketika mengingat tiga hari lalu Alex mengejarnya.

Lily tak kuasa menahan tawanya hingga ia tertawa lepas membuat Zavira berdecak sebal. "Kalo kayak gini rasanya pengen minum alkohol," gumam Zavira asal.

"Eh iya ya, udah lama kita gak minum-minum bareng." Lily mendengar hal itu segera bangkit dari duduknya. "Ayo ke minimarket depan!"

Zavira mengangguk menanggapi ajakan Lily. Ia lalu berjalan mengikuti wanita itu dari belakang. Ketika di luar, langit malam dengan cahaya bulan menyinari keduanya, angin berhembus lembut menerpa wajah mereka.

"Rasanya udah seabad gak keluar rumah," gumam Zavira yang dapat Lily dengar.

"Jangan bilang selama ini kamu nangisin dia juga?" tebak Lily ketika sadar kantung mata sahabatnya cukup tebal.

Zavira cengengesan, ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Ya gimana lagi, aku butuh peluapan emosi supaya cepet move on, soalnya di sosmed aku nemu kalau pengen move on harus nangisin dia sepuasnya dulu," jelas Zavira panjang lebar.

Lily menggelengkan kepalanya, "alesannya bagus banget," puji ia dengan nada sarkas.

Zavira yang tahu sarkas dari sahabatnya mendorong pelan bahu Lily, "aku serius." Ia menatapnya dengan tajam.

"Ya ya, aku percaya kok, percayaa," jawab Lily dengan bernada, ia mengangkat kedua tangannya ke atas seakan sedang ditodong pistol.

Lima menit kemudian keduanya sampai di minimarket yang sedang sepi pengunjung karena jam menunjukkan waktu 10 lewat. Sebelum keduanya masuk, Lily menepuk cepat pundak Zavira.

Lily menunjukkan sebuah kertas yang di mana tertera bahwa minimarket ini sedang mencari pegawai baru, Zavira membaca kertas itu begitu antusias karena minimarket yang ingin ia datangi ternyata membuka lowongan.

Lily memilih duduk di kursi yang minimarket itu sediakan, dia akan menunggu sahabatnya keluar sembari meroko.

Berjalan masuk ke dalam minimarket sendirian, Zavira pun bertanya pada kasir itu, "permisi Mbak, ini lowongan kerjanya masih ada?"

Kasir itu menatap Zavira lalu mengecek ponsel, "ah ada, tapi boleh tahu namanya siapa dan umur berapa?"

Zavira mengernyitkan keningnya lalu menjawab, "saya Zavira Anantha, umur 30 tahun."

"Ah, maaf, kalau nama Ayahnya siapa ya?" Sesekali kasir itu mengecek ponselnya seakan memastikan sesuatu.

Zavira terdiam sejenak saat melihat gelagat aneh dari kasir itu. Mencoba menepis pikiran buruk, Zavira lalu menjawab dengan sedikit jeda, "Ayah saya … Gifhari Akhsan."

Kasir itu memasang wajah yang nampak menemukan sesuatu lalu berkata, "ah maaf, untuk Mbaknya gak bisa." Dia menggelengkan kepala.

Zavira sedikit tertegun, ia memilih untuk tidak bertanya lalu segera permisi keluar dengan kepala terasa berdenyut. "Sebenernya salah aku apa?" Wanita itu duduk dengan kepala ia sembunyikan diantara kedua tangan.

"Tunggu, kamu ditolak?" tanya Lily menatap Zavira yang kini duduk di depannya.

Zavira hanya menjawab dengan dehaman. Siapa yang membuatnya kesulitan seperti ini? Apa alasannya? Zavira benar-benar benci hal ini jika tahu ternyata orang dengan kekuasaan mempermainkan hidupnya.

"Mungkin gak sih Nita?" tebak Lily membuat Zavira menatapnya. Jika kalian ingat, Nita adalah rekan kantor Zavira yang merupakan selingkuhan mantan pacarnya.

"Nita gak sekaya itu, dan lagi walaupun dia benci gue, pasti cuman ngerecokin percintaan doang," jelasnya membuat Lily mengangguk mengerti.

Lily menjadi ikut pusing karena memikirkannya. Jika Zavira membutuhkan uang, seharusnya dia meminta tolong saja padanya. "Kamu butuh berapa uang emang?"

"Bukan itu, aku hampa banget kalo gak kerja, kamu tahu kan, selama ini aku sendiri di rumah, jadi aku selalu lampiasin ini ke kerjaan atau nggak dulu kuliah tuh, aku seneng banget sibuk."

Lily sedikit menganga tak percaya, ia benar-benar baru ingat bahwa julukan sahabatnya ini adalah 'si gila kerja'. Tentunya alasan Zavira gila kerja karena kesepian.

"Mau ke bar gak?" tawar Lily dengan alis di naik turunkan seakan menggoda wanita itu.

Zavira menatap malas tetapi ia tidak menolak, "ya udah ayo." Wanita itu berdiri diikuti sahabat mematikan roko.

Sebelum ke bar, keduanya ke rumah Zavira untuk berganti pakaian, setelahnya mereka pergi menggunakan mobil milik Zavira. Selama di perjalanan, Zavira lah yang menyetir, tidak ada obrolan karena keduanya sibuk memikirkan masalahnya masing-masing. Hingga ketika sampai, Zavira menepuk pundak Lily yang termangu sedari tadi.

"Li, udah sampe," ucap Zavira sembari melepaskan sabuk pengaman, ia lebih dulu turun dari mobil dan diikuti Lily yang juga turun.

Sempat terdiam sejenak di depan bar, melihat sebuah nama besar terpampang dengan lampu membentang seperti tali berwarna ungu. Bar yang sudah lama tidak keduanya kunjungi, terakhir saat mereka masih menjadi mahasiswa baru.

"Aku yang traktir! Kita minum yang banyak sampai gak sadar diri!" ucap Zavira menggebu-gebu membuat Lily merasa ragu.

"Kamu yakin? Kadar alkohol Kamu lemah banget, emangnya sanggup?" tanya Lily menatap tak percaya akan sahabatnya begitu bersemangat.

"Sshh, itu dulu, aku yang sekarang berbeda!" Zavira dengan percaya diri masuk sembari menarik tangan sahabatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 59 : Sibuk

    Selama dua minggu ini, Aksara sangat sibuk karena mempersiapkan pernikahannya dengan Zavira. Ia begitu tidak sabar untuk mengikat hubungannya dengan Zavira lebih dalam.Zavira yang tidak begitu banyak membantu merasa tidak enak. Ia melihat Aksara baru saja pulang padahal hari ini hari minggu, tetapi pria itu tidak beristirahat."Kenapa kamu gak minta bantuan aku?" Zavira mengusap kepala Aksara dengan lembut, menatapnya penuh kekhawatiran."Aku tak ingin istriku lelah." Ia menyembunyikan wajahnya pada perut Zavira. Mendengar itu, ia terkekeh dan mencubit gemas pipi pria itu. "Terima kasih sudah bekerja keras hari ini."Aksara mengangguk dan menarik selimut menutupi sebagian tubuh keduanya. Zaviea mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Angin malam berhembus kencang dari arah balkon. "Aku mau nutup pintu balkon," ucap Zavira mendapati penolakan dari pria itu."Biar aku saja."Zavira menahan tubuh Aksara. "Nggak boleh, kamu capek, istir

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 58 : Ciuman

    "Kamu?" Aksara memincingkan matanya. "Dipecat, tidak alasan lagi, jangan pernah merendahkan calon istriku, ini peringatan untuk kalian semua yang mendengarkan." Aksara menatap pada karyawan lainnya lalu masuk kembali ke dalam lift.Saat pintu tertutup, Zavira menghela napas berat. Ia tida memprotes, sejujurnya ia merasa sakit hati dikatakan demikian. "Ah, harusnya aku berhenti kerja aja ya secepatnya," ucap Zavira dengan perasaan berkecamuk.Aksara menatap dengan khawatir. "Sayang, aku gak mau kamu keluar kerja karena orang lain, tapi kalau kamu gak nyaman, aku bakal ikutin kemauan kamu." Aksara memegang kedua pipi Zavira, menatap lebih sendu pada Zavira yang lebih rendah darinya.Zavira terdiam sejenak lalu berujar, "ah maaf, aku plin plan banget."Aksara menggelengkan kepalanya, "nggak, jangan pikirkan itu, ikuti saja kata hatimu sayang.""Makasih banyak." Ia tersenyum lega, mencoba menghilangkan pikiran negatif dan fokus pada pekerjaannya.Beberapa saat kemudian, Zavira kini keluar

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 57 : Menikah?

    "Maaf, sejujurnya aku takut untuk hamil lagi, meskipun aku bener-bener pengen hamil dan ngandung anak aku," ucap Zavira memegang kedua pipi Aksara agar pria itu tidak mengalihkan pandangannya.Aksara terdiam sementara. "Sayang …, apa kamu pikir pernikahan selalu mengarah tentang hamil?""Menurutku begitu, aku pikir semua cowok gak akan mau sama cewek yang nunda punya anak, mungkin mereka ngerasa lebay kalau lihat istrinya trauma sama hamil." Penjelasan itu membuat Aksara mendengarnya sedih."Sayang, gak semua begitu.""Aku tahu." Kini ia melepaskan genggaman pada pipi Aksara.Aksara lalu berdiri, mengangkat tubuh Zavira dan ia bawa agar wanitanya duduk di atas paha ia. Duduk di pinggir kasur dengan Zavira di atas pahanya, Aksara memulai percakapan dengan cukup dalam."Aku akan selalu berusaha menghargai pendapatmu. Aku menikahimu karena ingin hidup selamanya denganmu. Jika kamu ingin nunda punya anak atau kehamilan, aku tak apa, kita bisa menunggu sampai kamu siap." Aksara tersenyum,

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bab 56 : Pekerjaan

    Zavira baru saja pulang dari kantor pada pukul sepuluh malam. Ia sengaja lembur karena sempat libur dua minggu saat kejadian kemarin.Pekerjaan yang menumpuk mengharuskannya menyelesaikan lebih cepat. Dan sesekali ia kelimpungan disebabkan Aksara yang rewel menyuruh Zavira pulang.Kini di parkiran sudah ada mobil Aksara dengan pria itu menyetir di dalamnya. "Lama." Satu kata lolos ketika Zavira baru saja masuk ke dalam."Berapa puluh kali kamu ngomong lama," omel Zavira, ia menarik sabuk pengaman dan menyimpan tas di tempat duduk belakang."Hmm." Aksara berdeham, ia sedikit takut jika ia mengeluh lagi pada Zavira karena keterlambatan pulangnya.Kepala Zavira di sandarkan pada kaca yang setengah terbuka, ia memejamkan mata ketika mobil di jalankan, menikmati hembusan angin malam masuk ke dalam."Mau apa?" tanya Zavira dengan mata masih tertutup.Tangan kiri Aksara yang baru saja ingin memegang rambut si empu terhenti. "Aku …, mau megang rambut kamu." Dengan nada memohon ia menjawab.Za

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 55 : Hutang Nyawa

    Masih berada di ruang tamu, Zavira telah selesai mengobati luka pada tangan Aksara. Kini ia masih duduk di atas paha kekasihnya dengan tangan pria itu merengkuh erat pinggangnya.Melirik ke arah telinga Aksara yang memerah, Zavira lalu memegang telinga kekasihnya yang sensitif. "Ah." si empu menahan tangan Zavira agar tidak mengusap sensual telinganya."Kenapa?" Ia memiringkan kepala, menatap Aksara yang menatapnya dengan tatapan aneh."Sensitif," jawab Aksara singkat, ia menarik tangan Zavira agar memegang pipinya saja."Ah aku paham." Zavira mengangguk mengerti, yang ia tahu jakun Aksara lah yang sensitif, ternyata telinga juga sama halnya.Kepala Aksara di sandarkan pada bahu Zavira, kini kedua tangannya memeluk erat pinggang ramping kekasih. "Sayang.""Hmm?" Zavira membalas dengan dehaman, mengusap belakang kepala Aksara dengan ibu jari yang mengelus pinggir matanya."Tidur di kamar bersamaku lagi, ya?" pinta Aksara, ia menatapnya dengan mata berbinar-binar."Iyaa." Zavira mengang

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 54 : Mawar Merah

    Malam-malam sekali, ketika melihat bulan bersinar indah. Zavira yang ingin melihatnya dari taman, hal itu membuatnya segera keluar kamar dan menuruni anak tangga.Ketika melihat Aksara sedang duduk di sofa sembari bersandar, Zavira seperti biasa akan selalu mengabaikannya. Akan tetapi, kali ini berbeda, Zavira melihat tangan Aksara yang berdarah sedang memegang bunga mawar.Secara perlahan ia mendekati pria itu yang sedang memejamkan matanya, menutup dengan pergelangan tangan kiri sementara telapak tangan telah berdarah serta tangkai mawar yang dicengkram erat.Apa ini perumpamaan? Batin Zavira bertanya. Jika di umpakan, dirinya adalah mawar, lalu duri itu adalah konfliknya.Apa kini Aksara sedang berusaha terus mendapatkan Zavira meski harus melewati konflik hingga mempertaruhkan nyawanya? Entah mengapa Zavira merasa konyol akan perumpamaannya.Ketika ia ingin pergi berlalu, Aksara yang memang tidak tidur sejak awal segera menarik Zavira membuat kekasihnya itu duduk di atasnya.Belum

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 53 : Hadiah dan Penolakan

    Pagi-pagi sekali, Zavira keluar dari kamarnya, ia ingin menghirup udara segera setelah kemarin merasa sumpek diam di kamar serta kamar rumah sakit beberapa hari lalu.Ketika ia sedang menuruni anak tangga, Zavira melihat Aksara tanpa mengenakan pakaian hanya dengan celana tidurnya sedang menyeduh teh hangat.Memilih mengabaikan kehadiran pria itu, Zavira terus melanjutkan jalannya menuju pintu. Panggilan dari Aksara yang menyadari kehadirannya tidak membuat langkah Zavira berhenti.Terdengar suara langkah kaki cepat lalu menahan langkahnya. Aksara memeluknya dari belakang dengan wajah murung. "Kamu ingin pergi?"Zavira menggelengkan kepalanya, mendorong tubuh Aksara yang begitu mudah pelukannya terlepas. Biasanya Aksara akan memeluknya dengan erat, tetapi kini pria itu suka rela di dorong.Aksara hanya takut Zavira semakin membencinya, mengingat perkataan kemarin yang ia ketahui bahwa Zavira menyesal menolongnya.Padahal ucapan yang selanjutnya Zavira katakan, ia menyesal mengatakan i

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 52 : Benci?

    Selama 3 hari di rumah sakit dalam masa pemulihan, Zavira akhirnya di perbolehkan pulang, selama itu pula Zavira masih marah dengan Aksara. Pintu kamar terbuka, Aksara dengan kemeja putih yang nampak berantakan. Ia mencoba membantu Zavira turun dari kasur. Namun, di tepis oleh si empu. "Aku bisa sendiri," ucapnya dengan nada dingin, berjalan mendahului Aksara yang menatap punggung Zavira dengan perasaan sedih. Sungguh ia masih merasa bingung mengapa perkataannya salah. Selama ini ia tak pernah di ajarkan untuk memahami penderitaan yang orang lain rasakan. Orang tuanya hanya melakukan kekerasan padanya. Dari belakang, Aksara membawa tas berisi barang perlengkapan Zavira, sementara kekasihnya itu masih terus berjalan ke depan tanpa melirik ke belakang. Langkah Zavira terhenti ketika di pertengahan lorong, ia meminta tas pada Aksara. "Biar aku yang bawa," ujarnya tanpa mau menatap wajah Aksara sedikit pun. Aksara mengernyitkan keningnya, ia lalu menggelengkan kepala seraya berkata

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 51 : Keguguran

    Terbangun dari pingsannya, Zavira melihat dokter serta suster yang sedang melakukan pengecekkan padanya. "Dokter?" Zavira bertanya lemas, menggerakkan kepalanya, menatap ke segala arah."Ah iya, apakah ada yang sakit?"Zavira menggelengkan kepala pelan, lalu terdiam, "bagian sini, terasa aneh," gumamnya memegang perut.Dokter itu menunjukkan ekspresi sedih, "apa Anda ingin mendengar kabar ini sekarang juga? Jika tidak, saya akan memberitahu saat kondisi Anda benar-benar pulih."Zavira menggelengkan kepalanya, "aku mau denger sekarang juga," pintanya dengan tangan memegang lemas tangan dokter tersebut.Dokter tersebut menghela napas pelan, lalu ia berkata, "Kami telah melakukan pemeriksaan dan menemukan bahwa janin Anda tidak dapat dipertahankan."Zavira terdiam, ia lalu memegang perutnya dengan wajah murungnya. Tunggu, mengapa dirinya tidak sadar bahwa telah hamil?"Sayangnya, kami telah menemukan bahwa janin Anda telah mengalami keguguran karena cedera yang Anda alami," lanjut dokte

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status