Chritsy Xu mengejar langkah Edward Gu. "Tuan apakah Nyonya besar galak?" tanya Christy.
"Sebentar lagi kau bisa mengetahuinya," ucap Edward Gu. Mereka berdua sampai di Ruang Makan. Edward menggandeng tangan Christy, lalu membisikan sesuatu ke telinga Christy. "tersenyumlah"! perintah Edward Gu. Christy Xu memasang senyuman termanisnya. "Nyonya Gu, Selamat malam," Sapa Christy seraya memberikan hormat membungkukan badannya. Nyonya Gu, merasa senang melihat sopan santun Christy. Tinggal di tengah-tengah kota modern seperti ini, sudah jarang sekali menemui anak Gadis masih menjungjung nilai-nilai luhur norma. "Ya, ya . Gadis manis," ucap Nyonya Gu sambil menarik Christy untuk duduk di sebelahnya. Mereka bertiga duduk dengan tenang di meja makan bundar tersebut. Selesai makan Nyonya Gu mengajak Christy meminum Teh herbal untuk menambah stamina tubuh. "Ceritakanlah tentang dirimu," ucap Nyonya Gu kepada Christy Xu. Christy mulai menceritakan tentang dirinya. Jika dia dari keluarga sederhana, Ayahnya hanyalah seorang pegawai negri yang bekerja menjadi seorang guru, dan ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Orang Tuanya meninggal dalam kecelakaan Bis ketika dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya. Semenjak itu dia hidup di bawah asuhan Nyonya Xie, sahabat baik ibunya. Edward berpura-pura tidak mendengarkan cerita Christy. Edward terlihat serius membaca majalah yang ada di tangannya, pada nyatanya sebenarnya dia mendengarkan dengan sangat-sangat serius. "Xie, apakah itu ibu dari Eric Xie. Pria brengsek yang telah menghianatinya," pikir Edward. "Dasar wanita bodoh, bisa-bisanya dia tertipu cinta palsu selama tujun tahun dari pria brengsek itu," ucap Edward dalam hati. Edward memandangi dua wanita yang ada dihadapannya ini mengobrol dengan akrabnnya. "Bagus sekali akting wanita ini," Pikir Edward. "Nyonya, Rumah Keluarga Gu ini sangat indah. Sangat-sangat indah," ucap Chirsty memuji. "Benarkah, apakah kau akan menyukai jika bisa tinggal disini?" tanya Nyonya Gu. "Tentu saja, Tinggal di rumah sebagus ini, hanya orang bodoh saja yang menolaknya". Ucap Christy sambil memandang mengejek ke arah Edward Gu. "Ma, sudah malam. Aku akan mengantar Christy pulang," ucap Edward Gu yang kesal mendapatkan Tatapan Provokasi dari Christy Xu. "Lain kali bawa kembali Christy Xu ke rumah ini," ucap Nyonya Gu kepada Putranya. Sambil tersenyum Edward Gu melingkarkan tangannya di pinggang Chrity Xu. "Tentu saja Ma," jawab Edward sambil mencium puncak kepala Chirsty dengan lembut, membalas provokasi yang tadi Chirsty berikan kepadanya. "Berani-beraninya kau menyindirku sebagai orang bodoh!" ucap Edward Gu berbisik kepada Christy Xu. Christy ingin sekali menghempaskan Presiden Direkturnya ini. Namun demi menjaga hati Nyonya Gu yang sudah berlaku ramah terhadapnya. Christy Xu memilih menahan kemurkaannya kepada Pria yang sedang merangkulnyan ini. Edward mengantarkan Chirsty Xu pulang. "Apakah ini tempat tinggalmu?" tanya Edward sambil melihat kanan kiri lingkungan tempat tinggal itu. "Untuk saat ini aku masih menumpang tinggal di tempat teman ku," ucap Christy. "Nanti setelah aku menerima gaji pertamaku, baru aku akan pindah," ucap Christy lagi. "Besok bonusmu akan di transfer," ucap Edward Gu. "Benarkah?" tanya Christy dengan berbinar memandang Presiden Dirketurnya ini. "Apa menurutmu aku memiliki tampang seorang pembohong?" tanya Edward Gu. "Ah, tidak. Tidak, bukan begitu. Enn lupakan saja pertanyaanku yang tadi," ucap Christy sambil tersenyum lebar membayangkan pundi-pundi uang yang akan ada di rekeningnya bertambah banyak di esok hari.TERLIHAT BAGUS
Alarm jam Christy berbunyi. Chirsty tersentak terbangun dan langsung meraih ponselnya membuka web E-banking. Wajahnya tersenyum puas melihat angka nol yang bertambah di dalam rekeningnya menjadi puluhan Juta dalam semalam saja. Christy segera bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas mandi. Dia berencana mencari unit apartemen yang bisa disewa di sekitaran dekat dengan kantor tempat dia bekerja. Setelah berkeliling ke beberapa Agent, akhirnya christy mendapatkan satu unit yang bisa disewa, bahkan dengan harga yang cukup murah. Christy merasa puas sekali karena bisa berhemat banyak. Christy membayar penuh sewa satu tahun kedepan. Segala prosedur dan persyaratan telah selesai di penuhi, Christy sudah bisa langsung menempati apartemen barunya. Helen sedikit tidak rela kehilangan teman sekamarnya itu. "Haruskah kau pindah?" tanya Helen. "Tentu saja," jawab Christy sambil memberi tanda kepada Helen untuk melihat ke arah pacarnya yang nampak berekspresi senang karena Christy akhirnya pindah. "Lagipula, jika nanti kau lembur dan pulang terlalu malam. Kau bisa menginap di tempatku," ucap Christy. "Ya, ya kau berhati-hatilah disana !. Jangan terlalu merindukan aku nanti," ucap Helen. Christy Xu sibuk menata dekorasi Apartemennya. Ponsel Christy berdering, "Ya Direktur," ucap Christy. "Apa kau sudah pindah ?" tanya Edward Gu. "Ya Direktur, hari ini baru saja pindah," jawab Christy. "Bagus, berikan lokasimu dan buatkan aku makan malam Mie dingin pedas !" ucap Edward. "Enn, itu. Maksudnya apakah kau akan datang kesini?" tanya Chirsty Xu. "Tentu saja, bukankah sudah ada dalam kesepakatan kau datang jika aku pinta. Hari ini aku yang berbaik hati mendatangimu. Masakan aku mie dingin dan juga daging panggang!" ucapnya Lagi lalu menutup telponya. "Ya Tuhan apakah kepalanya baru saja kena Bola sepak. Akhir pekanku yang tenang terobrak-abrik," Chrsity meringis kesal. Christy mengambil jaket dan tasnya lalu pergi ke Toko serba ada untuk membeli bahan-bahan untuk membuat mie dingin. Baru saja pindah mana ada terfikir untuk memasak. Bukankah ada delivery food, untuk apa susah-susah masak jika sedang dalam keadaan repot. "Ya, ya hanya mahluk dingin satu itu yang suka sekali membuat hal kecil menjadi sebuah kerepotan," ucap Christy melirih dalam hati dan menghela nafas panjang. "Aaaah Direktur, apakah Nyonya Gu salah makan ketika sedang mengandungmu dulu ? kenapa kau menyebalkan sekali," pikir Christy. Dzzrt, ponsel Chirsty berdering. "Turunlah, jemput aku !" perintah Edward Gu. "Nanti berikan aku satu kartu aksesnya," Ucap Edward. "Aah yang itu jugakah ? maksudku kartu akses?" tanya Christy " Ya, aku adalah Tuanmu, apakah kau lupa," ucap Edward Gu sambil berlalu masuk ke Apartemen Christy. "Hmm, ini terlihat bagus," ucap Edward Gu dalam hati sambil memperhatikan dekorasi unit apartemen Christy. Edward memandangi Christy yang sibuk di dapur. Lalu melangkah ke ruang tamu dan menyalakan TV . Edward merasakan suatu rasa yang aneh ketika wangi daging panggang menyeruak ke penciumannya. "Rasa apa ini? mengapa ku merasa seperti seorang suami yang sedang menunggu istrinya selesai memasak," pikir Edward Gu. tetiba saja Edward merasa datang kesini hanya untuk memakan mie dingin pedas sungguh keputusan yang sangat tepat. Hari ini sebenarnya dia di undang ke pesta Para Tuan Muda di salah satu pulau pribadi. Namun dia menolaknya karena sedang malas meladeni para nona muda yang akan sibuk sepanjang malam untuk menarik perhatiannya. Lalu dia memiliki ide untuk makan malam mie dingin dengan Christy. "Nanti pilih lingkungan tempat tinggal yang lebih baik dari ini!" oerintah Edward Gu "Siap pak Bos," jawab Christy sambil memberi hormat dan tersenyum.Edward mendekati Christy dengan langkah tenang, meski jelas terlihat rasa khawatir menguasainya. "Christy..." suaranya lembut, tetapi sarat dengan perasaan. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku terlambat."Christy menatapnya dengan mata yang masih sedikit buram karena peristiwa barusan. Dia mencoba tersenyum, meskipun rasa lelah begitu nyata di wajahnya. "Aku baik-baik saja, Edward. Kau menyelamatkanku... seperti biasa."Edward mengulurkan tangannya, menyentuh lembut wajah Christy. Jarinya yang hangat menyusuri pipinya yang masih sedikit basah oleh air mata. "Kau selalu kuat. Lebih kuat dari yang kau kira."Christy merasa ada sesuatu yang berubah dalam cara Edward menatapnya saat ini. Seolah-olah beban yang lama menghimpit perasaan mereka berdua mulai terangkat. Untuk pertama kalinya, ada kelegaan di antara mereka. Meski tubuhnya masih gemetar, hatinya mulai merasakan kehangatan dari kehadiran Edward yang begitu dekat."Edward..." Christy mencoba mengumpulkan kekuatannya unt
Saat Yvone mengangkat pisau, waktu seolah melambat. Wajahnya penuh kebencian, napasnya terengah-engah, dan matanya memancarkan kegilaan yang tak terkendali. Dia melangkah maju, siap menyerang Christy yang masih tergeletak lemah di lantai."Yvone! Jangan!" seru Edward dengan suara penuh kekhawatiran, namun Yvone sudah terlanjur dikuasai oleh emosi dan obsesinya yang tak terbendung.Christy, meskipun lemah, tahu bahwa ini adalah titik kritis. Dia mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terlalu lelah dan nyeri akibat pergulatan sebelumnya. Pisau yang dipegang Yvone berkilat di bawah cahaya ruangan, dan Christy hanya bisa menatap dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan ketidakberdayaan.Tepat saat Yvone hendak menyerang, Edward melangkah cepat, berlari menuju Yvone dan meraih pergelangan tangannya. Gerakannya cepat dan tepat, tetapi Yvone melawan dengan sekuat tenaga. "Lepaskan aku, Edward! Aku harus melakukannya! Aku harus menyingkirkannya!" teriak Yvone histeris, berusaha melepaskan
Christy berdiri tegak di ambang pintu kamar, tubuhnya masih lemah tapi tatapannya penuh determinasi. Dia yang biasanya bisa menyembunyikan kegelisahannya dengan tenang, kini terlihat sangat terganggu. Ruangan itu seolah dipenuhi oleh ketegangan yang kian memuncak."Yvone," ujar Christy lagi, kali ini lebih tegas. "Kau selalu berada di bayang-bayang, merancang sesuatu. Tapi Edward tidak akan tinggal diam lagi. Kau tidak akan pernah bisa menggantikan posisiku di hidup Edward."Yvone tertawa kecil, namun senyumnya penuh kepahitan. "Kau tahu apa yang membuatku muak, Christy? Aku selalu pandai berpura-pura menjadi korban. Setiap orang di sekitarku akan berlutut untuk melindungiku, padahal aku tidak lemah dan tak berdaya!"Christy terdiam sejenak, menatap Yvone yang kini terlihat lebih seperti seseorang yang arogan manipulatif. "Yvone, kau yang membuat hidup ini menjadi pertarungan yang tidak pernah kuminta.""Omong kosong!" teriak Yvone, matanya berkilat marah. "Sejak kau muncul, semua or
Di ruangan kerja Edward, suasana semakin memanas. Jia He berkutat dengan laptopnya, berusaha mencocokkan untuk data dari rekaman dengan berbagai database, mencari tahu siapa wanita yang ditemui oleh Mark. Sementara itu, Edward berdiri dengan tangan mengepal, mengamati layar dengan mata menyipit, berharap petunjuk berikutnya segera muncul."Apakah kau sudah mendapatkan sesuatu?" tanya Edward dengan nada mendesak.Jia He mengangguk cepat. "Aku sedang mengolah pengenalan wajah dari video. Prosesnya mungkin butuh sedikit waktu."Edward berjalan mondar-mandir, pikirannya melayang kembali pada Christy. Ingatan tentang malam ketika semuanya berubah terus menghantuinya. Jika dia tidak datang tepat waktu, pasti Christy terluka, dan jika itu terjadi dia pasti tidak akan bisa mengampuni dirinya. Namun, yang tidak bisa dia lepaskan adalah firasat bahwa ini bukan kebetulan."Tunggu!" seru Jia He tiba-tiba. "Aku mendapatkan kecocokan! Wanita yang terlihat bersama pelaku. Dia… ini sebaiknya kau lih
Sambil melajukan mobilnya, Yvone terus berpikir tentang apa yang terjadi. Meskipun di dalam hatinya ada rasa khawatir untuk Christy, dia tidak bisa menahan diri untuk merasa sebal. Kenapa Christy selalu menjadi pusat perhatian? Bagaimana mungkin semua orang melupakan perannya dalam skenario yang sebenarnya?Di sisi lain, di dalam ruangan yang dipenuhi dengan teknologi canggih, Jia He sudah mulai mendapatkan gambaran dari pemantauan kamera. "Oke, aku menemukan beberapa rekaman di area sekitar. Mari kita lihat apa yang bisa kita temukan," ujarnya dengan penuh semangat. Edward mendekat ke layar, matanya menyipit fokus pada setiap gerakan yang ditampilkan."Ini dia!" seru Jia He. Layar menampilkan sosok seorang pria yang terlihat mencurigakan. Dia tampak gelisah, seperti sedang mencari seseorang. Edward menjulurkan lehernya, memperhatikan setiap detail."Ini rekaman dari beberapa jam sebelum kejadian," jelas Jia He. "Dia terlihat berbicara dengan seseorang sebelum Christy datang. Mungkin
Edward melajukan mobilnya sementara Christy masih menangis sampai tertidur. Dia membawa pulang Christy ke rumah tua Gu, berharap ibunya dapat menghibur Christy. Ketika sampai wanita itu masih terpulas di kursi mobil Edward.Dengan lembut Edward menggedong Christy masuk ke rumah tua, Nonya Gu langsung saja menghampiri, "Apa yang terjad?" tanyanya."Dia demam?" ujar Nyonya Gu sembari mengusap kening Christy.Nyonya Gu membuka pintu kamar tamu, lalu Edward nerebahkan Christy di ranjang besar itu. dia mengelus pipi halus wanitanya itu. hatinya merasa marah ketika mengetahui Christy akan di gagahi oleh pria lain. Sementara, dia selama ini benar-benar menjaga Christy seperti porselen tapi malah ada laki-laki asing yang sengaja ingin menjamahnya.Edward menarik Nyonya Gu keluar dari kamar tamu Lalu menceritakan tentang apa yang baru saja terjadi. Mendengarnya jelas saja membuatnya marah, "Temukan siapa pun pelakunya, tak peduli jika kita mengenalnya.