Malam itu hujan turun dengan lebatnya. Christy Xu pulang dengan berlari mengabaikan hujan dan petir . Dia baru saja membujuk ibu dari pria yang dia cintai agar merestui pernikahan Putranya dengan wanita yang telah dipilih Putranya. Christy Xu begitu mencintainya sehingga memilih melepaskannya jika itu membuat pria yang dia cintai bahagia. Christy Xu berlari sambil menangis, tiba-tiba langkahnya terhenti, tersandung. Buugh. Christy pun terjatuh. Christy menghapus air hujan dan butiran-butiran air mata yang ada di matanya. "Tuan! Tuan kau kenapa ?" tanya Christy sambil menggoyang-goyangkan tubuh pria yang tersungkur dan terlihat penuh darah itu.
View MoreNyonya Xie menangis harus melepaskan wanita sebaik Christy Xu. Malam itu Hujan turun dengan Lebatnya .
Christy Xu pulang dengan berlari mengabaikan hujan dan petir. Dia baru saja membujuk Ibu dari orang yang dia cintai agar merestui pernikahan Putranya dengan wanita yang telah di pilih putranya. Christy Xu begitu mencintainya sehingga memilih melepaskannya jika itu membuat kaki-laki yang dia cintai bahagia. Christy Xu berlari sambil menangis, tiba-tiba langkahnya terhenti dan tersandung . 'Buuuugh' Christy pun terjatuh. Christy menghapus air hujan dan butiran-butiran air mata yang ada di wajahnya. "Tuan! Tuan kau ini kenapa?" tanya Christy sambil menggoyang-goyangkan tubuh pria yang tersungkur dan terlihat penuh darah itu. "Aaah, dia berdarah," ucap Christy dengan panik dan ketakutan. "Tuan! Tuan sadarlah," ucap Christy sambil memapah tubuh pria itu. Dengan tubuh kecil imutnya, Christy agak kesusahan mengangkat tubuh pria itu. Christy membawa Pria itu ke rumahnya. Dengan susah payah Christy memapah pria itu masuk kedalam rumahnya. Christy merebahkan tubuh pria itu di sofa, lalu terduduk dengan nafas tersengal-sengal di sampingnya dan menatapi pria asing tersebut. "Huuufh," Christy mencoba mengatur nafasnya lalu bangkit mengambil kotak P3K nya. "Apa yang terjadi pada pria ini," pikir Christy sambil membersihkan luka pada tubuh pria itu. Wajahnya nampak terlihat habis di pukul dan ada beberapa luka tusukan di tubuhnya. "Ini, ennn apa yang harus kulakukan dengan ini," ujar Christy bergumam pelan karena merasa takut dan gemetar. "Een, apa yang harus ku lakukan dengan luka ini ?" ucapnya sambil terus membersihhkan luka-lukanya dengan alkohol. Christy menghentikan pendarahannya dengan menakan pelan di bagian lukanya lalu menempelkannya dengan kain kasa. Christy ada mengganti pakaian pria itu dengan Kemeja Eric Xie yang masih ada di Apartemennya. Kemeja itu nampak pas di tubuh pria itu. Christy sangat merasa kelelahan dan tertidur di bawah sofa. Tak berapa lama Pria itu tersadar. Melihat Chrstiy tertidur. Lalu mencoba bangkit dari sofa, mencoba berdiri tapi malah terjatuh menindih tubuh Christy yg sedang terlelap tidur. "Aaah, apa yang mau kau lakukan?" tanya Christy ketakutan. "Kau bantu aku panggilkan taksi," ucap pria itu sambil menahan sakit. Christy memapah pria itu duduk di sofa. "Kau tunggu lah disini, aku akan mencoba mencari taksi," begitu Chirsty membuka pintu nampak Eric Xie tengah berdiri di depan pintunya. "Eric, sedang apa kau disini?" tanya Christy. Eric menarik lengan Chrity masuk ke dalam. "Apa kau sudah bicara dengan ibuku?" tanya Eric. "Iya," jawab Christy sambil mengepalkan tangan dan menahan tangis. "Kau pulanglah, aku sudah membujuk ibumu agar memberikan restu kepadamu. Mulai hari ini kita tidak ada hubungan apa-apa lagi," ucap Christy Xu. Eric menyadari jika sedari tadi ada yang memandangi mereka. "Kau .... kau siapa?" tanyanya. Christy teringat kalu dia baru saja membawa pria asing ke Apartemnnya. "Aku Edward, temannya," jawabnya enteng. Melihat kemejanya di pakaikan ke Edward hati Eric terasa panas. "Bagus sekali Christy. Nampaknya tidak memakan waktu lama untuk melupakanku," ucap Eric. "Eric aku sudah tidak menyambutmu lagi disini, kau pergilah," ucap Chirsty Xu. "Jika ada barang-barangmu yang tertinggal di sini aku akan mengirimkannya kepadamu," tambah Christy. Dengan hati marah Eric meninggalkan Apertemen Christy. Edward terus mengamati Christy yang sedang menahan tangis. "Apakah wanita ini baru saja di campakan," pikir Edward. "Kau tunggulah disini, aku aka mencarikan taksi untukmu," ucap Christy lagi. Tak berapa lama Christy menemukan Taxi, dan meminta bantuan Supir taxi tersebut untuk membantu memapah Edward. Christy menatap kepergian taksi tersebut. "Pria itu bahkan tidak berterima kasih kepadaku," ucap Christy sambil telak pinggang tidak percaya jika ada orang seperti itu. Christy kembali masuk ke Apartemennya. Matanya mulai berkaca-kaca kembali mengingat tiap sudut kenangan dengan Eric disini. Tujuh tahun, Christy Xu setia menunggu Eric di Kota kecil Sin chuan ini. Setia menunggu sambil merawat Nyonya Xie. Tiba-tiba Eric Pulang dengan membawa Seorang wanita yang tengah mengandung bayinya, dan meminta restu kepada Nyonya Xie. Ketika Nyonya Xie menolak memberikan restu, Eric mendatangi Christy untuk membantunya bicara membujuk ibunya agar mau merestui pernikahannya. Semakin di Ingat, isak tangis Christy semakin pecah. Christy membuang cincin pemberian Eric ke toilet flush. Hatinya terlalu sakit untuk memakainya. Karena terlalu lelah Chirsty terkena demam, namun tetap harus pergi bekerja. Dengan wajah pucat Christy duduk di dalam bus dengan pandangan kosong dan menyedihkan. Edward, mengenali Christy Xu, dan memandanginya dari dalam mobilnya yang berhenti sejajar ketika lampu merah. "Wanita itu tampak menyedihkan," ucap Edward enteng dan mengalihkan pandangannya. "Henry apa yang kau ketahui tentang kejadian semalam?" tanya Edward Gu. "Direktur, nampaknya itu adalah perbuatan salah satu wanita yang pernah dekat dengan Direktur." "Sial," batin Edward mengutuki Bethany. Hanya dia wanita yang mengetahui jika Edward ada takut gelap . Dan malam itu ketika di toilet pria, ada kesengajaan dengan merusak lampu di toilet tersebut pada saat itulah, Edward dianiaya orang-orang Bethany. Setelah habis dipukuli dan ditusuk mereka membuang Edward begitu saja di pinggir jalan. Jika saja malam itu Christy tidak menemukannya maka Edward sudah pasti akan mati kedinginan dengan sekujur luka di tubuhnya. Edward kembali ke Jiangmen City. Kota besar pusat ekonomi dan kebudayaan. Edward pergi ke kota Sinchuan karena baru saja mengakuisisi sebuah Pabrik kain. Edward kesana untuk meninjau keadaan pabrik yang akan memproduksi bahan kain-kain untuk di Supply ke Butik-butik besar di Jiangmen City. Satu tahun berlalu dari kejadian pahit Yang Christy alami. Dia memutuskan untuk pindah ke Jiangmen City. Temannya yang bernama Helen ada menawarkan dia pekerjaan sebagai staff administrasi di kantornya. Christy menerimanya karena merasa membutuhkan suasana baru untuk benar-benar bisa melupakan Eric. Kebersamaan selama tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Serpihan-serpihan ingatan tentang kenangan mereka masih ada yang menyesap di dalam hati. Christy mengurus segala sesuatu untuk kepindahannya. Mengurus pengunduran diri ke kantornya, dan mencari penyewa untuk apartemen yang dia tempati sekarang. Begitu mendapatkan penyewa, barulah Christy pergi ke Jiangmen City. Helen sudah menunggunya di stasiun kereta. Dua sahabat itu berpelukan karena merasa rindu. terakhir bertemu ketika mereka sama-sama memasuki Universitas. Karena masalah biaya Christy hanya bisa melanjutkan ke Universitas yang ada di Kota Sin chuan. Sementara Helen meneruskan ke Universitas yang ada di Jiangmen City. "Christy kau nampak semakin cantik saja," Ucap Helen memuji. "Tentu saja, semenjak dalam kandungan ibuku. Aku sudah di takdirkan menjadi cantik," jawab Christy serius setengah mecandai Helen. "Ayolah kita makan Hot Pot dulu, baru setelah itu kita pulang ke tempatku," ucap Helen sambil menarik Koper Chirsty dan mengajaknya menaiki taxi. Mereka makan hot pot di pinggiran kaki lima, untuk menghemat uang. Sewa tempat di Jiangmen city sangatlah mahal, karena itu Helen mengajak Christy untuk tinggal sementara dengannya.Edward mendekati Christy dengan langkah tenang, meski jelas terlihat rasa khawatir menguasainya. "Christy..." suaranya lembut, tetapi sarat dengan perasaan. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku terlambat."Christy menatapnya dengan mata yang masih sedikit buram karena peristiwa barusan. Dia mencoba tersenyum, meskipun rasa lelah begitu nyata di wajahnya. "Aku baik-baik saja, Edward. Kau menyelamatkanku... seperti biasa."Edward mengulurkan tangannya, menyentuh lembut wajah Christy. Jarinya yang hangat menyusuri pipinya yang masih sedikit basah oleh air mata. "Kau selalu kuat. Lebih kuat dari yang kau kira."Christy merasa ada sesuatu yang berubah dalam cara Edward menatapnya saat ini. Seolah-olah beban yang lama menghimpit perasaan mereka berdua mulai terangkat. Untuk pertama kalinya, ada kelegaan di antara mereka. Meski tubuhnya masih gemetar, hatinya mulai merasakan kehangatan dari kehadiran Edward yang begitu dekat."Edward..." Christy mencoba mengumpulkan kekuatannya unt
Saat Yvone mengangkat pisau, waktu seolah melambat. Wajahnya penuh kebencian, napasnya terengah-engah, dan matanya memancarkan kegilaan yang tak terkendali. Dia melangkah maju, siap menyerang Christy yang masih tergeletak lemah di lantai."Yvone! Jangan!" seru Edward dengan suara penuh kekhawatiran, namun Yvone sudah terlanjur dikuasai oleh emosi dan obsesinya yang tak terbendung.Christy, meskipun lemah, tahu bahwa ini adalah titik kritis. Dia mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terlalu lelah dan nyeri akibat pergulatan sebelumnya. Pisau yang dipegang Yvone berkilat di bawah cahaya ruangan, dan Christy hanya bisa menatap dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan ketidakberdayaan.Tepat saat Yvone hendak menyerang, Edward melangkah cepat, berlari menuju Yvone dan meraih pergelangan tangannya. Gerakannya cepat dan tepat, tetapi Yvone melawan dengan sekuat tenaga. "Lepaskan aku, Edward! Aku harus melakukannya! Aku harus menyingkirkannya!" teriak Yvone histeris, berusaha melepaskan
Christy berdiri tegak di ambang pintu kamar, tubuhnya masih lemah tapi tatapannya penuh determinasi. Dia yang biasanya bisa menyembunyikan kegelisahannya dengan tenang, kini terlihat sangat terganggu. Ruangan itu seolah dipenuhi oleh ketegangan yang kian memuncak."Yvone," ujar Christy lagi, kali ini lebih tegas. "Kau selalu berada di bayang-bayang, merancang sesuatu. Tapi Edward tidak akan tinggal diam lagi. Kau tidak akan pernah bisa menggantikan posisiku di hidup Edward."Yvone tertawa kecil, namun senyumnya penuh kepahitan. "Kau tahu apa yang membuatku muak, Christy? Aku selalu pandai berpura-pura menjadi korban. Setiap orang di sekitarku akan berlutut untuk melindungiku, padahal aku tidak lemah dan tak berdaya!"Christy terdiam sejenak, menatap Yvone yang kini terlihat lebih seperti seseorang yang arogan manipulatif. "Yvone, kau yang membuat hidup ini menjadi pertarungan yang tidak pernah kuminta.""Omong kosong!" teriak Yvone, matanya berkilat marah. "Sejak kau muncul, semua or
Di ruangan kerja Edward, suasana semakin memanas. Jia He berkutat dengan laptopnya, berusaha mencocokkan untuk data dari rekaman dengan berbagai database, mencari tahu siapa wanita yang ditemui oleh Mark. Sementara itu, Edward berdiri dengan tangan mengepal, mengamati layar dengan mata menyipit, berharap petunjuk berikutnya segera muncul."Apakah kau sudah mendapatkan sesuatu?" tanya Edward dengan nada mendesak.Jia He mengangguk cepat. "Aku sedang mengolah pengenalan wajah dari video. Prosesnya mungkin butuh sedikit waktu."Edward berjalan mondar-mandir, pikirannya melayang kembali pada Christy. Ingatan tentang malam ketika semuanya berubah terus menghantuinya. Jika dia tidak datang tepat waktu, pasti Christy terluka, dan jika itu terjadi dia pasti tidak akan bisa mengampuni dirinya. Namun, yang tidak bisa dia lepaskan adalah firasat bahwa ini bukan kebetulan."Tunggu!" seru Jia He tiba-tiba. "Aku mendapatkan kecocokan! Wanita yang terlihat bersama pelaku. Dia⦠ini sebaiknya kau lih
Sambil melajukan mobilnya, Yvone terus berpikir tentang apa yang terjadi. Meskipun di dalam hatinya ada rasa khawatir untuk Christy, dia tidak bisa menahan diri untuk merasa sebal. Kenapa Christy selalu menjadi pusat perhatian? Bagaimana mungkin semua orang melupakan perannya dalam skenario yang sebenarnya?Di sisi lain, di dalam ruangan yang dipenuhi dengan teknologi canggih, Jia He sudah mulai mendapatkan gambaran dari pemantauan kamera. "Oke, aku menemukan beberapa rekaman di area sekitar. Mari kita lihat apa yang bisa kita temukan," ujarnya dengan penuh semangat. Edward mendekat ke layar, matanya menyipit fokus pada setiap gerakan yang ditampilkan."Ini dia!" seru Jia He. Layar menampilkan sosok seorang pria yang terlihat mencurigakan. Dia tampak gelisah, seperti sedang mencari seseorang. Edward menjulurkan lehernya, memperhatikan setiap detail."Ini rekaman dari beberapa jam sebelum kejadian," jelas Jia He. "Dia terlihat berbicara dengan seseorang sebelum Christy datang. Mungkin
Edward melajukan mobilnya sementara Christy masih menangis sampai tertidur. Dia membawa pulang Christy ke rumah tua Gu, berharap ibunya dapat menghibur Christy. Ketika sampai wanita itu masih terpulas di kursi mobil Edward.Dengan lembut Edward menggedong Christy masuk ke rumah tua, Nonya Gu langsung saja menghampiri, "Apa yang terjad?" tanyanya."Dia demam?" ujar Nyonya Gu sembari mengusap kening Christy.Nyonya Gu membuka pintu kamar tamu, lalu Edward nerebahkan Christy di ranjang besar itu. dia mengelus pipi halus wanitanya itu. hatinya merasa marah ketika mengetahui Christy akan di gagahi oleh pria lain. Sementara, dia selama ini benar-benar menjaga Christy seperti porselen tapi malah ada laki-laki asing yang sengaja ingin menjamahnya.Edward menarik Nyonya Gu keluar dari kamar tamu Lalu menceritakan tentang apa yang baru saja terjadi. Mendengarnya jelas saja membuatnya marah, "Temukan siapa pun pelakunya, tak peduli jika kita mengenalnya.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments