Suasana di rumah itu kian mencekam sejak kedatangan Hardin, Katrina serta Omah dan Opah. Tepatnya setelah mereka menceritakan maksud kedatangan mereka ke sana. Yaitu, ingin membicarakan tentang rencana pernikahan Hardin dan Luwi.
Semua orang di sana terkaget-kaget mendengarnya terkecuali Nini yang memang sudah sejak awal mengetahui masa lalu Hardin.
Kak Zaenab berhambur ke sisi Katrina. Dia mengelus-elus bahu Katrina yang sedari tadi hanya tertunduk dalam diam.
Opah baru saja selesai dengan ceritanya. Namun sampai sepuluh menit setelah Opah selesai bicara, tak ada satupun yang terlihat berminat untuk menanggapi. Hingga akhirnya Nini selaku yang paling dituakan disana merasa wajib untuk menengahi.
"Kalau memang renc
Tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Tinggal satu hal yang perlu Luwi lakukan besok, yaitu meminta restu dari sang Ayah di Lapas. Sebelumnya Luwi sudah menelepon sang Ayah dan Hadi sudah merestui, tapi Omah dan Opah bilang kalau Hardin wajib datang langsung untuk menyampaikan niat baiknya pada calon mertuanya itu. Dan Hardin baru ada waktu besok untuk berangkat ke Jakarta.Entah mengapa, sampai saat ini, hati Luwi justru masih dilema. Dia jadi merasa seperti seorang pelakor. Wanita perusak rumah tangga orang. Wanita yang sangat tidak tahu diri. Wanita bodoh. Wanita cengeng.Meski ada satu titik di dalam hati kecilnya yang tak menampik perasaan bahagia, namun tetap saja itu tidak merubah perasaan bersalahnya pada Katrina. Wanita itu sangat baik, rasanya tidak sampai hati Luwi tega menjadi orang ketiga di tengah-tengah kebah
Sebelumnya, pihak keluarga sudah meminta izin pada pihak lapas untuk meminta Bapak Wibowohadi agar bisa menghadiri prosesi akad nikah anaknya di Bandung, tapi ternyata hal itu tidak disetujui oleh pihak Lapas Cipinang.Maka jadilah, Ijab Kabul Hardin dan Luwi dilaksanakan di Mushola Lapas Cipinang.Meski terkesan sederhana, namun kecantikan Luwi dalam balutan busana kebaya pengantinnya tak mampu terelakkan.Bersanding dengan Hardin dihadapan penghulu, pasangan pengantin itu sukses mencuri perhatian para penghuni lapas.Mushola lapas yang memang ukurannya tidak terlalu besar tampak sesak oleh para keluarga inti yang ikut mengantar, di antaranya Omah dan Opah Hardin, Katrina, Reyhan, Gibran da
Tak ada yang namanya resepsi pernikahan atau acara kumpul keluarga bersama di Podomoro. Semuanya selesai begitu saja saat prosesi ijab kabulpun selesai. Hardin sendiri yang meminta supaya acara pernikahannya dengan Luwi tanpa harus resepsi. Dia tidak ingin hal itu menimbulkan buah bibir di media terlebih dia ingin menjaga perasaan Katrina.Bahkan kalau bisa Katrina dan Luwi tidak usah tinggal satu rumah. Tapi permintaan itu di bantah mentah-mentah oleh Omah dan Opah. Mereka sudah sangat paham dengan sifat Hardin diluar kepala, jika hal itu sampai dituruti yang ada akan membuat Luwi semakin terasingkan. Hardin itu umurnya saja yang dewasa tapi pikirannya tak lebih dari anak kecil. Yang ada dia tidak akan menengok Luwi sama sekali jika Katrina dan Luwi harus tinggal di rumah yang berbeda. Dan hal itu jelas akan semakin menyulitkan Luwi sendiri. Jadilah Opah dan Omah tetap menyuruh Luwi tinggal di podomoro bersama-sama dengan K
"Astaghfirullah, Hardin! Apa yang kamu lakukan pada Luwi!" Teriak Katrina saat dia mendengar sebuah teriakan Luwi dari dalam kamar utama.Katrina yang penasaran langsung membuka pintu kamar itu dan dia jadi terperangah hebat saat dilihatnya Luwi sedang tidur dalam posisi tengkurap dengan kaki dan tangan yang terikat di belakang tubuhnya. Sementara Hardin tidur dengan sangat pulas di samping Luwi. Tanpa sedikitpun mendengar teriakan Luwi sejak tadi. Bahkan saat Katrina berkali-kali berteriakpun Hardin tetap terlelap dalam buaian mimpi basahnya.Setelah selesai membantu Luwi melepas seluruh ikatan di tubuhnya, Katrina yang emosi mengambil seember air dari kamar mandi dan menyiram tubuh suaminya hingga basah kuyup.Hardin bangun dengan wajah gelagapan dan pani
"Wah menu baru? Kelihatannya enak," ucap Hardin ketika dihampirinya meja makan. Dia baru saja pulang mengantar Katrina ke Cimahi. Dan dia sangat lapar."Eh, diam saja, ambilkan makanannya untukku," bentak Hardin pada Luwi yang duduk di sampingnya. "Begitu saja masih harus di suruh,"Luwi menghela nafas. Kenapa sih, laki-laki ini tidak bisa bicara baik-baik sedikit saja. Huh! Gerutunya dalam hati, kesal. Diapun mengambilkan piring dan menyendokkan nasi beserta lauk pauknya untuk Hardin."Gibran kemana? Tidak ikut makan?" tanya Hardin lagi."Gibran sudah tidur. Kamu terlalu lama pulangnya, kalau aku membiarkan dia makan menunggu sampai kamu pulang, yang ada dia sudah kelaparan duluan. Jadi aku
Malam ini Katrina terpaksa mengasingkan diri ke kediaman keluarganya di Cimahi. Meski awalnya dia pikir bahwa dia akan kuat, tapi kenyataannya dia tidak sekuat yang dia pikir.Malam itu Katrina terus menangis di pelukan Kak Zaenab. Dia tidak tahu harus kemana lagi mencari tempat untuk bersandar. Hatinya kini sudah hancur lebur berkeping-keping. Tanpa tahu caranya untuk mengumpulkan kembali kepingan-kepingan yang patah itu. Seandainyapun bisa menyusunnya kembali seperti menyusun sebuah puzle, Katrina tidak yakin puzle hatinya itu akan bisa utuh tanpa ada yang hilang pada bagian-bagiannya."Trina, keluarga disinikan tidak memaksakan padamu untuk tetap bertahan. Kamu bisa memilih jalan keluar yang menurutmu baik. Baik untukmu, baik untuk Hardin. Jangan memaksakan diri bila tidak mampu, nanti imbasnya berujung pada kesehatanmu sendiri,"
Reyhan baru saja menunaikan shalat isya. Dia melafadzkan beberapa kalimat dzikir penutup shalat dan Kini dia mulai menengadahkan tangannya ke atas. Berharap penantiannya selama ini akan segera berakhir.Ada tiga hal di dalam dunia ini yang menjadi rahasia sang Ilahi. Hak mutlak prerogatif Allah yang menjadi hujah pada setiap diri hamba-hambanya yang berpikir. Dan tiga hal itu adalah, Rejeki, jodoh dan maut.Reyhan sudah sangat bersyukur atas rejeki yang telah Allah berikan kepadanya selama ini, baginya semua itu sudah lebih dari cukup. Tapi yang hingga kini masih menjadi tanda tanya baginya, yaitu perihal Jodoh dan maut. Tak ada yang tahu di antara ke dua hal itu, mana yang lebih dulu akan menjemputnya.Mautkah? Atau jodoh?
Hardin sudah mulai gelisah. Pasalnya sampai saat ini Katrina belum juga mau di ajak pulang ke Podomoro.Sementara dia sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi untuk menyalurkan hasrat seksualnya yang sudah cukup lama dia pendam. Sudah hampir satu bulan berlalu dan Hardin hanya bisa menyalurkannya melalui mimpi-mimpi basahnya setiap malam. Keterlaluan!Sementara Hardin sendiri merasa gengsi untuk meminta hal itu kepada Luwi. Meski dia tidak menampik perasaannya yang kian hari kian aneh pada wanita itu.Sebenarnya Luwi itu cantik. Kulitnya putih, bersih, mulus dan bau harum tubuhnya itu selalu mampu menghipnotis Hardin. Tapi entah mengapa Hardin merasa enggan memulai hubungan intim dengan wanita itu mengingat Luwi itu hanya bisa diam sambil menangis juga bert