Tak ada yang namanya resepsi pernikahan atau acara kumpul keluarga bersama di Podomoro. Semuanya selesai begitu saja saat prosesi ijab kabulpun selesai. Hardin sendiri yang meminta supaya acara pernikahannya dengan Luwi tanpa harus resepsi. Dia tidak ingin hal itu menimbulkan buah bibir di media terlebih dia ingin menjaga perasaan Katrina.
"Astaghfirullah, Hardin! Apa yang kamu lakukan pada Luwi!" Teriak Katrina saat dia mendengar sebuah teriakan Luwi dari dalam kamar utama.Katrina yang penasaran langsung membuka pintu kamar itu dan dia jadi terperangah hebat saat dilihatnya Luwi sedang tidur dalam posisi tengkurap dengan kaki dan tangan yang terikat di belakang tubuhnya. Sementara Hardin tidur dengan sangat pulas di samping Luwi. Tanpa sedikitpun mendengar teriakan Luwi sejak tadi. Bahkan saat Katrina berkali-kali berteriakpun Hardin tetap terlelap dalam buaian mimpi basahnya.Setelah selesai membantu Luwi melepas seluruh ikatan di tubuhnya, Katrina yang emosi mengambil seember air dari kamar mandi dan menyiram tubuh suaminya hingga basah kuyup.Hardin bangun dengan wajah gelagapan dan pani
"Wah menu baru? Kelihatannya enak," ucap Hardin ketika dihampirinya meja makan. Dia baru saja pulang mengantar Katrina ke Cimahi. Dan dia sangat lapar."Eh, diam saja, ambilkan makanannya untukku," bentak Hardin pada Luwi yang duduk di sampingnya. "Begitu saja masih harus di suruh,"Luwi menghela nafas. Kenapa sih, laki-laki ini tidak bisa bicara baik-baik sedikit saja. Huh! Gerutunya dalam hati, kesal. Diapun mengambilkan piring dan menyendokkan nasi beserta lauk pauknya untuk Hardin."Gibran kemana? Tidak ikut makan?" tanya Hardin lagi."Gibran sudah tidur. Kamu terlalu lama pulangnya, kalau aku membiarkan dia makan menunggu sampai kamu pulang, yang ada dia sudah kelaparan duluan. Jadi aku
Malam ini Katrina terpaksa mengasingkan diri ke kediaman keluarganya di Cimahi. Meski awalnya dia pikir bahwa dia akan kuat, tapi kenyataannya dia tidak sekuat yang dia pikir.Malam itu Katrina terus menangis di pelukan Kak Zaenab. Dia tidak tahu harus kemana lagi mencari tempat untuk bersandar. Hatinya kini sudah hancur lebur berkeping-keping. Tanpa tahu caranya untuk mengumpulkan kembali kepingan-kepingan yang patah itu. Seandainyapun bisa menyusunnya kembali seperti menyusun sebuah puzle, Katrina tidak yakin puzle hatinya itu akan bisa utuh tanpa ada yang hilang pada bagian-bagiannya."Trina, keluarga disinikan tidak memaksakan padamu untuk tetap bertahan. Kamu bisa memilih jalan keluar yang menurutmu baik. Baik untukmu, baik untuk Hardin. Jangan memaksakan diri bila tidak mampu, nanti imbasnya berujung pada kesehatanmu sendiri,"
Reyhan baru saja menunaikan shalat isya. Dia melafadzkan beberapa kalimat dzikir penutup shalat dan Kini dia mulai menengadahkan tangannya ke atas. Berharap penantiannya selama ini akan segera berakhir.Ada tiga hal di dalam dunia ini yang menjadi rahasia sang Ilahi. Hak mutlak prerogatif Allah yang menjadi hujah pada setiap diri hamba-hambanya yang berpikir. Dan tiga hal itu adalah, Rejeki, jodoh dan maut.Reyhan sudah sangat bersyukur atas rejeki yang telah Allah berikan kepadanya selama ini, baginya semua itu sudah lebih dari cukup. Tapi yang hingga kini masih menjadi tanda tanya baginya, yaitu perihal Jodoh dan maut. Tak ada yang tahu di antara ke dua hal itu, mana yang lebih dulu akan menjemputnya.Mautkah? Atau jodoh?
Hardin sudah mulai gelisah. Pasalnya sampai saat ini Katrina belum juga mau di ajak pulang ke Podomoro.Sementara dia sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi untuk menyalurkan hasrat seksualnya yang sudah cukup lama dia pendam. Sudah hampir satu bulan berlalu dan Hardin hanya bisa menyalurkannya melalui mimpi-mimpi basahnya setiap malam. Keterlaluan!Sementara Hardin sendiri merasa gengsi untuk meminta hal itu kepada Luwi. Meski dia tidak menampik perasaannya yang kian hari kian aneh pada wanita itu.Sebenarnya Luwi itu cantik. Kulitnya putih, bersih, mulus dan bau harum tubuhnya itu selalu mampu menghipnotis Hardin. Tapi entah mengapa Hardin merasa enggan memulai hubungan intim dengan wanita itu mengingat Luwi itu hanya bisa diam sambil menangis juga bert
Hari ini Katrina pulang ke Podomoro.Pagi tadi Bi Lisa meneleponnya kalau Yumna demam dan dia sangat rewel seharian ini. Biasanya kalau sudah seperti itu, hanya Katrina yang bisa menanganinya. Lagipula, sebenarnya Katrina sudah di suruh pulang sejak beberapa hari yang lalu oleh pihak keluarganya, tapi Katrina tetap tidak mau. Hatinya masih belum siap jika harus kembali menyaksikan kebersamaan Hardin dan Luwi. Sementara Hardin sendiri, hampir setiap hari meneleponya untuk meminta Katrina pulang. Tapi Katrina masih terus mencari alasan untuk tidak pulang.Jika bukan karena Yumna, Katrina masih merasa berat untuk pulang.Katrina sampai di Podomoro sekitar pukul 19.45 WIB. Katrina sengaja tidak memberitahu Hardin sebab dia tidak mau merepotkan suaminya.
Hardin benar-benar dibuat naik pitam.Belum selesai masalah rumah tangganya, lalu dia mendapati kenyataan bahwa Katrina saat ini hamil dan kini ditambah lagi dengan masalah yang terjadi di perusahaannya di Jakarta.Masalah besar yang mau tak mau harus memaksa Hardin turun tangan langsung untuk menanganinya.Selepas fajar tadi, Hardin berangkat ke Jakarta di antar Pak Budiman. Semalaman tadi Hardin tidak tidur karena harus stand by menjaga Katrina. Bahkan ketika Luwi menyuruhnya untuk istirahat, Hardin tetap tidak bisa memejamkan matanya barang sedetikpun. Dia terus terjaga di samping Katrina sepanjang malam itu. Dokter mengatakan kandungan Katrina sangat lemah, dia harus benar-benar istirahat total di kamar dan tidak boleh stress.&n
Reyhan sudah berniat untuk menguntit aktifitas Dimas sepulang kantor hari ini. Rencana Dimas mendapatkan kode rahasia perusahaan itu sudah berhasil, meski tak sepenuhnya berhasil, sebab Reyhan lebih pintar dari mereka semua. Reyhan yang secara diam-diam, sudah mengubah kode itu dan menggantinya dengan kode yang baru, yang hanya diketahui oleh dirinya dan Pak Sigit, juga Opah Hardin. Reyhan yakin Dimas akan langsung menemui rekan-rekannya yang terlibat dalam hal ini. Dan Reyhan hanya ingin memastikan siapa dalang di balik semua ini. Itulah sebabnya Reyhan tidak mau gegabah untuk melaporkan masalah ini ke pihak yang berwajib, selain belum ada bukti, Reyhan juga takut hal itu justru akan membahayakan nyawa Kisya. Malam itu Reyhan melihat Dimas